BAB 20

97 8 0
                                    

20. Jangan Pergi, Serena

Sudah tiga hari berlalu. Berita tentang sosok Widi Ayu yang muncul ke publik dan mengaku sebagai wanita yang pernah menjalin hubungan spesial dengan Ardhito hingga memiliki seorang anak masih santer dan hangat menjadi pembicaraan. Widi Ayu selalu muncul di podcast-podcast. Menghadiri berbagai konferensi pers yang tiada berujung. Ada pula banyak oknum yang memanfaatkan momentum itu untuk meraih engagement. Semua influencer juga berlomba-lomba mengangkat topik itu sebagai sajian konten mereka. Hal itu membuat posisi Serena dan Ardhito kian terpojok. Namun secara keseluruhan Serena-lah yang menjadi pihak paling banyak dihujat. Hal itu lantaran pengakuan Widi Ayu bahwa semua skenario itu adalah kehendak Serena.

"Saya ingin melakukan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya!" pekik Ardhito.

Sang CEO agensi mengembuskan napas kasar, lalu menatap tajam. "Keadaannya masih belum kondusif... apa kamu ppikir konferensi pers bisa menyelesaikan semua kekacauan ini, ha?"

"Setidaknya kita bisa mencoba! semua cerita itu terlalu dilebih-lebihkan."

"Tapi faktanya kamu memang pernah menjalin hubungan dengan Widi Ayu dan anak itu benar darah dagingnya?"

"...."

Ardhito terdiam.

Sang CEO agensi mengangguk-angguk. "Tidak ada yang bisa kamu lakukan Ardhito... kita hanya bisa menunggu sampai kapan bola panas ini bergulir."

"Lalu saya harus tetap bersembunyi?" tanya Ardhito dengan wajah geram.

"Silakan saja kalau kamu mau muncul... tapi jika kekacauannya semakin besar. KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA UNTUK SEMUA KERUGIANNYA!"

Ancaman itu membuat Ardhito tertegun. Sang CEO kemudian keluar dari ruangan itu sambil mengomel, tapi tak jelas apa yang dikatakannya. Setelah ruangan itu kosong, suara embusan napas Ardhito berubah sesak. Detik berikutnya dia meninju meja di depannya dengan sangat keras.

"HAAAH... HAH.... HAAH...."

Aliran darah segar mengucur dari sela jemari Ardhito. Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih selama tiga hari ini juga ia sama sekali tidak tahu di mana keberadaan Serena.

"Kamu di mana, Serena...?"

.

.

.

Malam ini Ardhito sudah berada di kamar hotel tempat persembunyiannya. Dia sedang duduk di tepi ranjang dengan wajah kusut. Dia sedang berada dalam dilema. Segalanya menjadi rumit dan melebar ke mana-mana. Ardhito sudah memikirkan semuanya matang-matang. Dia sudah siap dengan semua risiko yang nanti akan diterimanya. Ardhito bersiap untuk merelakan kehancuran karir dan kehilangan materi untuk ganti rugi pada pihak agensi nantinya.

Lama Ardhito termenung bersama pekatnya pikiran. Hingga kemudian dia mengangguk-angguk pelan, lalu berbisik lirih. "Aku akan melakukan konferensi pers... aku harus meluruskan semuanya."

Kini pikira Ardhito sedikit lebih jernih. Dia mengembuskan napas panjang, lalu memicingkan matanya sejenak. Tiba-tiba handphone-nya berdering. Ardhito melihat dan terkejut. Ia buru-buru mengangkat panggilan telepon itu dan menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"HALO SERENA... KAMU DI MANA...?"

"Di mana kamu sekarang?"

"Kenapa kamu menghilang?"

"Serena...."

Ardhito langsung menyerbu Serena dengan rentetan pertanyaan.

"...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang