BAB 17

98 8 0
                                    

17. War Is Over

"JANGAN MENDEKAT!" pekik Cherry.

Serena tak mengubris peringatan itu. Dia terus melangkah maju, lalu dengan cepat menjambak rambut Cherry hingga wanita itu menjerit histeris.

"AAA....! Sakit. Lepaskan dasar wanita sinting!"

Tatapan Serena beralih pada penampilan Cherry dengan lingerie-nya yang super sexy. "Hahah... apa kamu selalu berpenampilan seperti ini setiap kali tidur dengan suamiku?"

Cherry menatap sengit. "Ya... Ardhito sangat menyukainya. Dia bilang aku sangat atraktif. Berbeda dengan kamu yang monoton dan membosankan."

"AAA.....!" Cherry terpekik lagi saat Serena menarik rambutnya lebih keras.

Serena menatap geram, kedua bola matanya memerah dan juga berair ketika menatap Cherry. Detik berikutnya Serena melayangkan tamparan keras ke pipi wanita itu. Saking kerasnya hingga membuat Cherry terjerembab ke lantai.

"PEREMPUAN GILA! APA YANG KAMU LAKUKAN, HA!?" pekik Cherry.

"Ini belum seberapa dibanding dengan rasa sakit yang aku rasakan selama ini," bisik Serena sambil berjongkok di hadapan Cherry.

Cherry menyeringai sambil memegangi pipinya yang sudah memerah. "Dia tidak mencintai kamu, Serena. Dia sudah melayangkan gugatan cerai... jadi percuma kamu melakukan hal seperti ini!"

Serena tersenyum. "Aku tahu. Justru aku yang menyuruh Dhito untuk melakukannya."

"...."

Cherry menatap bingung.

Sementara Serena kini bangun berdiri dan mengeluarkan handphone-nya.

"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Cherry.

Serena tidak menjawab. Namun lampu flash kamera yang menyala membuat Cherry tercekat. Serena merekamnya dan Cherry langsung berusaha menutupi wajahnya.

"Ayo lihat ke sini, Cantik... jangan ditutup-tutupi...."

Cherry menatap tajam. "Kamu gila, Serena!"

Kalimat itu membuat senyum Serena memudar. Sorot matanya berubah sengit. Secepat itu juga dia meraih Cherry, lalu membenturkan kepala wanita itu ke dinding. Cherry coba melawan, tapi tenaganya tak ada apa-apa dibanding dengan kekuatan Serena yang sudah terbakar emosi. Serena terus

mendorong dan mengayunkan tubuh Cherry ke dinding.

"A-aku akan melaporkan kamu ke polisi!" ancam Cherry.

"Laporkan saja!"

Pandangan Cherry tertuju pada handphone-nya di atas meja nakas. Namun Serena menyadarinya dan mengambil handphone itu lebih cepat.

"SERENAAA...!" pekik Cherry kesal.

Cherry kemudian berusaha untuk lari keluar, tapi Serena terus menghalangi dan mendorong Cherry hingga ia kembali tertelungkup di lantai. Dan saat ia berada di posisi itu, Serena menginjak punggung Cherry dengan sepatu tumitnya.

"S-sakit... ampun... ampun, Serena...." pinta Cherry.

Serena menatap bengis. "Sakit? jadi kamu juga bisa merasa sakit, ha?"

"Aaaargh!"

Cherry tertohok ketika Serena menendang pinggangnya. Cherry berbalik lemah, menatap Serena dengan raut wajah ketakutan.

"Jadi di mana rekaman video milik Ardhito?" tanya Serena.

Cherry terhenyak.

"Di mana kamu menyimpan video itu?" tanya Serena lagi.

Perfect Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang