10. Napak Tilas Masa Lalu
"AYO BERCERAI...!"
Eh.
Ardhito tercekat. "A-apa?"
Serena menatap hambar. "Ayo kita bercerai. Itu yang kamu mau, kan? "Dulu kita memulai semuanya secara baik-baik... jadi sekarang, MARI AKHIRI SEMUANYA DENGAN BAIK-BAIK PULA."
"...."
Keadaan menjadi hening.
Ardhito terpaku di tempatnya berdiri. Terlihat sangat kebingungan setelah mendengar semua perkataan Serena. Ardhito jelas masih tidak memercayai pendengarannya sendiri. Matanya masih menatap nanar pada Serena yang kini tersenyum santai sambil melepas ikatan rambutnya.
"Kamu tidak salah dengar!" pungkas Serena. Seakan bisa membaca keraguan di wajah suaminya itu.
Ardhito tersadar. "T-tapi kenapa tiba-tiba?"
"Semua ini bukan tiba-tiba. Aku bahkan sudah mempertimbangkannya selama satu tahun terakhir. Dan selama ini juga aku sadar bahwa... pernikahan ini memang tidak bisa lagi dipertahankan. Untuk apa mempertahankan seseorang yang jelas-jelas ingin bebas dan lepas. Oh ya, aku juga tidak akan menuntut tentang harta gono-gini. Hak asuh anak juga sudah jelas jatuh ke tangan kamu, toh dia bukan darah dagingku," lanjut Serena lugas.
Ardhito makin terhenyak. Harusnya dia merasa senang. Harusnya saat ini dia melompat girang karena apa yang dia idam-idamkan selama ini akan jadi kenyataan. Tapi...
Kenapa Ardhito malah merasa hampa.
"Jadi mulai sekarang kamu tidak perlu melakukan hal-hal konyol yang hanya akan menghancurkan kita berdua!" Serena tersenyum kecut.
Ardhito tertunduk malu. Teringat semua usaha dan upayanya untuk menjatuhkan Serena. Setelahnya Serena keluar dari kamar itu, meninggalkan Ardhito yang tetap pada posisinya. Selama tiga tahun terakhir ini Serena begitu kekeuh mempertahankan rumah tangga mereka yang sudah diujung tanduk. Sudah tak terhitung berapa kali Ardhito mengungkapkan niatannya untuk berpisah, tapi Serena selalu membantah. Menolak untuk berpisah, hingga melakukan hal-hal gila agar Ardhito tidak bisa lepas darinya. Tiga tahun terakhir itu juga Serena selalu berusaha menunjukkan bahwa pernikahan mereka tetap baik-baik saja di hadapan publik. Tapi sekarang kenapa tiba-tiba Serena ingin bercerai...?
Kenapa dia menyerah? kenapa begitu mudahnya...?
Malam itu Ardhito tidak bisa terlelap sepicing pun. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Dia coba
memaksakan mata untuk terpejam, tapi kemudian kelopak mata itu kembali terbuka menatap langit-langit di atas sana. Suara deru napas Ardhito terdengar sesak. Dalam keheningan itu, ingatannya menelisik lembaran masa lalu. Saat di mana pernikahannya diuji. Saat di mana Ardhito mulai bermain api, hingga akhirnya terbakar oleh api pengkhianatan itu sendiri.
Flasback On...
3 tahun lalu...
"Bagaimana hasilnya?"
Ardhito menatap antusias pada Serena yang baru saja keluar dari kamar mandi untuk melakukan pengujian tespack yang kesekian kalinya.
Serena menatap sayu, lalu menggeleng lemah.
Ardhito yang tadinya masih rebahan itu pun segera bangun, menghampiri Serena, lalu menarik istrinya itu ke dalam pelukannya.
"It's okey... tidak apa-apa," bisik Ardhito.
"...."
Serena tak merespon apa-apa. Hingga kemudian Ardhito merasakan dadanya basah. Ia terkejut dan sedikit mendorong kedua pundak Serena untuk bisa melihat wajah istrinya itu,

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Marriage (END)
RomancePernikahan dua bintang besar, Ardhito Sofyan dan Serena Howey sukses menghebohkan jagad hiburan tanah air. Semua orang sepakat bahwa mereka adalah pasangan sempurna. Pertemuan mereka berawal dari project kerja sama dalam sebuah film yang sukses besa...