BAB 5

50 5 0
                                    

05. Aku Ingin Memperbaiki Segalanya...

Suasana di dalam mobil terasa begitu tegang. Sepanjang perjalanan Ardhito terus menginjak pedal gasnya kuat-kuat, juga menekan klakson panjang agar kendaraan di depannya menyingkir. Dia pun terus mengumpat dan menyalip sembarangan hingga nyaris bertabrakan beberapa kali. Sosok aktor papan atas itu sepertinya begitu terbakar emosi yang membara. Raut wajahnya kini terlihat menyeramkan.

Namun Serena yang duduk di sampingnya tak terpengaruh sama sekali. Serena hanya duduk tenang dengan pandangan lurus seraya melipat tangan. Dia juga tidak mempertanyakan kenapa Ardhito tiba-tiba menyeretnya pulang. Pesta itu menjadi kacau setelah insiden jatuhnya Cherry. Keadaan menjad gaduh karena ternyata ada awak media yang diam-diam menyamar sebagai kru kapal. Kejadian itu langsung menjadi heboh di jagad sosial media. Cherry baik-baik saja, tapi pesta itu terpaksa dihentikan. Kapal akhirnya menepi kembali ke dermaga dan saat itulah Ardhito langsung menyeret Serena dengan kasar.

Setelah menempuh perjalanan yang menantang maut, akhirnya mobil itu berbelok memasuki pekarangan rumah mereka yang megah. Ardhito segera keluar dari mobil dan membanting pintunya keras-keras.

"Haaah..." Serena mengernyit sambil menutup kupingnya.

Serena yang masih duduk di dalam mobil pun melihat sosok Ardhito yang kini berjalan masuk ke dalam rumah seraya melonggarkan ikatan dasinya. Serena pun tersenyum melihat pemandangan itu.

Ya... dia tersenyum.

Setelahnya Serena juga ikut turun dan melangkah masuk ke dalam rumah dengan santai. Suara sepatu tumitnya terdengar nyaring saat bersentuhan dengan lantai keramik. Di depan sana, Serena melihat Ardhito berdiri berkacak pinggang membelakanginya. Kedua bahu suaminya itu naik turun seiring dengan helaan napasnya yang sesak.

Serena terus melangkah hingga jarak antara mereka menjadi tak terlalu jauh.

Tuk.

Suara langkah Serena pun terhenti. Wanita cantik itu melipat tangan dan tersenyum sumbang.

"Kalau kamu memang mengkhawatirkan wanita jalang itu... kenapa tadi kamu tidak melompat ke laut untuk menyelamatkan dia?" ejek Serena sambil tertawa kecil.

Ardhito langsung berbalik, menghampiri Serena dengan bola mata memerah dan langsung melayangkan tamparan keras ke pipi wanita itu. Suara tamparannya menggema. Serena sampai tersungkur ke lantai saking kerasnya.

"Aaakh...." Serena terkejut dan menyentuh pipinya yang terasa panas.

Sedangkan Ardhito kini menatap murka. "Aku tahu semua ini ulah kamu, Serena! KAMU YANG SUDAH MENDORONG CHERRY, KAN?"

"....."

Serena hanya diam. Masih dalam posisi terduduk di lantai.

"Kamu benar-benar wanita iblis! Gila...! kamu harus mengerti bahwa dunia ini berjalan tidak selalu harus sesuai dengan keinginan kamu. Kamu sudah keterlaluan. Berapa banyak lagi nyawa yang harus melayang karena keegoisan kamu, ha?" bentak Ardhito.

Serena menatap dengan air mata tergenang, tapi bibirnya tersenyum. "Tapi... dia kan, belum mati!"

"SERENAAA...!" hardik Ardhito kencang.

Serena perlahan bangun sambil merapikan rambutnya kembali ke belakang telinga. Dia bersikap sangat tenang. Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Tak ada guratan rasa bersalah di wajahnya juga. Ekspresi Serena yang menyebalkan itu membuat emosi Ardhito kembali tersulut. Dia kembali melayangkan tangannya ke udara, tapi kali ini...

Serena menangkisnya.

"Cukup, Sayang..." Serena menahan tangan Ardhito dengan genggamannya yang kuat. Ardhito bahkan terlihat kesulitan melawan kekuatan itu.

Perfect Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang