06. The Drama Begins
"Tapi kenapa...?"
Serena masih bertanya-tanya. Kenapa Ardhito tiba-tiba mau menerima tawaran reality show itu? Jelas-jelas Serena juga sudah mendapatkan kabar dari pihak agensi bahwa sebelumnya Ardhito menolak tawaran itu mentah-mentah. Penolakan itu pun sesuai dengan dugaan Serena. Tapi sekarang kenapa Ardhito tiba-tiba setuju? Dan lagi... perubahan sikapnya yang terlalu drastis bernar-benar membuat Serena bergidik ngeri.
Hari ini mereka akan dijadwalkan untuk pra-syuting. Agendanya sedikit wawancara singkat tentang program acara 'Perfect Marriage' dan juga house tour singkat. Serena sudah tampil cantik dengan dandanan casual yang santai, tapi tetap terlihat elegan. Rambutnya dikuncir rapi, riasan wajah flawless dan on point. Memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan dengan celana jeans. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Di lantai bawah para kru produksi sudah ramai sejak pagi buta mempersiapkan segalanya. Untuk program itu, rupanya beberapa kamera harus terpasang di beberapa sudut rumah. Gunanya untuk merekam aktivitas Ardhito dan Serena sehari-hari.
Tok.
Tok.
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Serena. Ardhito menyembul dari balik pintu, membawa secangkir teh chamomile yang masih mengepulkan asap. Ardhito pun sudah siap dengan outfitnya. Setelan baju kaos hitam polos dengan celana abu-abu yang fit. Wajahnya berseri-seri, apalagi saat ia tersenyum pada Serena.
Ya, Ardhito tersenyum dan hal itu masih terasa sangat ganjil bagi Serena.
"Your favorite tea." Ardhito menyodorkan teh itu, masih dengan senyum mengembang.
Serena menatap cangkir teh itu, lalu kembali menatap Ardhito.
"Hahahaha... tenang aja! ini nggak ada racunnya kok." Ardhito seolah-olah tau isi pikiran Serena.
Serena berdehem dan mengambil cangkir teh itu. "Thanks."
Ardhito berdiri di belakang Serena yang masih duduk di meja riasnya. Menatap Serena dari pantulan cermin di depannya, lalu berbisik.
"Kam cantik sekali hari ini...."
"...."
"Uhukk!"
Serena tersedak. Teh yang baru ia sesap itu pun melompat keluar dari mulut dan mengenai bajunya.
"Astaga, Sayang... kamu ceroboh sekali." Ardhito mengambil beberapa helai tisu dan memberikannya pada Serena."
Serena menyeka bajunya, masih sambil terbatuk-batuk. Kerongkongan dan rongga hidungnya terasa pedih.
"Hah... bajunya jadi kotor," lirih Serena.
"Wait..."
Ardhito beranjak ke lemari penyimpanan. Serena pun mengikuti gerak gerik Ardhito dengan matanya.
"Nah, ini dia!" Dhito mengambil minidress warna hitam. Berlengan panjang, tapi roknya pendek di atas lutut.
Kening Serena berkerut. Masih terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu.
"Warna hitam selalu cocok untuk kamu, Serena dan juga... warna baju kita akan jadi serasi," ucap Ardhito.
Serena termangu.
Sedangkan Ardhito masih sibuk sendiri dan kemudian bermaksud untuk membantu Serena melepaskan retsleting di belakang punggungnya.
"B-biar aku sendiri!" cegah Serena cepat.
Gerakan tangan Ardhito terhenti. Menatap Serena melalui cermin, lalu mengangguk. "Hmmm okey. Aku tunggu kamu di bawah, ya! sebentar lagi syutingnya akan di mulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Marriage (END)
RomancePernikahan dua bintang besar, Ardhito Sofyan dan Serena Howey sukses menghebohkan jagad hiburan tanah air. Semua orang sepakat bahwa mereka adalah pasangan sempurna. Pertemuan mereka berawal dari project kerja sama dalam sebuah film yang sukses besa...