BAB 9

52 7 0
                                    

09. Malaikat Penyelamat

"J-jadi bukan kamu pelakunya...?"

Pertanyaan yang dilontarkan Ardhito dengan raut wajah kaget bercampur bingung itu membuat Serena tegelak. Ia melipat tangan, lalu melangkah mendekati Ardhito.

"Apa-apaan ekspresi itu? sepertinya kamu kecewa karena pelakunya bukan aku," ujar Serena.

Ardhito tersentak. Terlihat gugup dan juga salah tingkah. "B-bukan begitu---"

"Kenapa? kamu berharap aku yang melakukannya?"

"....."

Serena tersenyum kecut. "Lihatlah pemikiran kamu yang kolot itu. Pantas kamu sangat mudah untuk dibodohi."

"Aku tidak bodoh!" bantah Ardhito. "Kamu sendiri yang bilang bahwa dia pantas mendapatkan semua itu!"

"Ya, dia memang pantas mendapatkannya, tapi itu bukan berarti aku yang melakukannya." Serena tersenyum penuh kemenangan.

Ardhito kini terdiam dengan wajah bodohnya. Sementara itu Serena berjalan ke arah pot bunga dan mengambil handphone Ardhito yang tergeletak di sana. Serena tersenyum saat melihat layar yang menunjukkan perekam suaranya masih aktif.

"Hah... kamu lucu sekali," ledek Serena sambil menjatuhkan ponsel itu ke lantai.

Ardhito jelas makin syok karena Serena mengetahui rencananya. Setelahnya Serena melangkah pergi dan Ardhito masih tertegun di tempatnya berdiri. Pikirannya seketika kusut. Apa ini...? bukankah Cherry mengaku dia melihat Serena yang mendorongnya? jadi wanita itu telah berbohong.

Tatapan Ardhito pun kembali tertuju pads layar televisi yang masih memberitakan tentang peristiwa itu. Ardhito meneguk ludah, lalu menyebut nama itu lirih.

"Yoseph Smith."

Ardhito cukup mengenal nama itu. Beberapa tahun lalu, Yoseph termasuk dalam kalangan aktor yang sukses. Selain menekuni dunia akting, Yoseph juga merambah dunia musik. Sosoknya menjadi idola semua kalangan. Ardhito bahkan pernah gagal mendapatkan peran dalam sebuah film karena sosok Yoseph. Saat itu Yoseph lebih diperhitungkan dari pada Dhito. Namun Ardhito sama sekali tidak tahu jika Yoseph pernah menjalin hubungan dengan Cherry. Selama ini Cherry pun tidak pernah bercerita sama sekali padanya.

Ardhito jadi tidak tenang. Dia duduk di sofa dan kembali mencari tahu tentang sosok Yoseph Smith lebih dalam.

"Skandal asusila...?"

Ardhito lanjut membaca artikel yang membahas Yoseph. Karirnya meredup ketika skandal foto-foto panasnya tersebar di media masa. Tak hanya foto, juga ada beberapa video pribadi milik Yoseph yang tersebar. Publik pun langsung mengecamnya. Semua citra baik dan polos yang dibangun selama ini oleh Yoseph pun runtuh begitu saja. Banyak kontrak kerja sama yang dibatalkan, hingga akhirnya pihak agensi pun membuang Yoseph dan setelah itu sosoknya tenggelam seperti di telan bumi.

"Tapi kenapa... kenapa dia mendorong Cherry?" bisik Ardhito.

.

.

.

"Kerja bagus semuanya! sampai ketemu lagi besok!"

Pengumuman dari sutradara itu menandai berakhirnya syuting daily vlog hari ini. Serena terlihat sedikit kelelahan, sementara Ardhito banyak melamun selama proses syuting berlangsung. Pikiran Ardhito tak bisa tenang. Dia ingin segera mendapatkan jawaban dari Cherry. Setelah semua kru meninggalkan rumah, Ardhito melirik arlojinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.

"Hari ini kamu luar biasa," puji Ardhito. Basa-basi itu terdengar sangat dipaksakan.

Serena tertawa. "Ya... aku harus bekerja lebih ekstra karena kamu masih tampak terguncang sekali sejak melihat berita kemarin"

Perfect Marriage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang