1 MINGGU KEMUDIAN
INT. RUMAH GUMARA - PAGI
Hari itu terasa berat bagi Wiwit. Pagi yang cerah tak mampu menenangkan hatinya. Ia berdiri di ruang tamu dengan koper di sebelahnya, bersiap untuk perjalanan ke Malaysia bersama Gumara. Mereka berdua akan mewakili kampus dalam acara karya ilmiah, sebuah kesempatan yang tak bisa ditolak. Namun, pikiran Wiwit penuh dengan kekhawatiran.
" Aku tidak bisa tenang, Bang... Key sendirian di rumah, apalagi setelah apa yang terjadi. Aku khawatir teror itu akan semakin mendekat, apalagi di saat kita tidak ada di rumah maupun di sekitar Key, Bang." ucap Wiwit sambil melihat ke arah jendela, cemas.
Gumara mendekat dan memeluk Wiwit dari belakang, mencoba memberikan rasa aman pada istrinya. Ia mengerti sepenuhnya kekhawatiran Wiwit, tapi mereka harus pergi.
" Sayang, aku sudah memastikan semuanya. Ki Maung, kakeknya Alina, sudah aku minta untuk menjaga Key. Dia sesama Inyek Kumayan, kita bisa percaya padanya. Key akan aman bersamanya." ucap Gumara tenang dan lembut.
Wiwit menarik napas panjang, masih merasa ragu, tapi ia tahu Gumara selalu memastikan keamanan keluarganya dengan sangat serius. Namun, naluri keibuannya tetap kuat, terutama dengan ancaman misterius yang dirasakan putrinya belakangan ini.
" Aku tahu, tapi... aku tetap merasa ada yang tidak beres. Wanita itu... teror itu... aku takut ada sesuatu yang lebih besar menyerang putri kita, Bang." ucap Wiwit berusaha tersenyum, tapi tetap gelisah.
Gumara mengangkat wajah Wiwit, menatap matanya dengan keyakinan.
" Percayalah, Sayang. Key bukan hanya gadis biasa. Dia anak yang cerdas dan kuat, dia bisa menjaga dirinya dengan baik. Dan dengan Ki Maung yang menjaga, tidak akan ada yang bisa menyakitinya." ucap Gumara meyakinkan.
" Bang Mara... meskipun Key bukan darah dagingku, aku mencintainya seperti anakku sendiri. Keberadaannya dalam hidupku... melebihi segalanya." ucap Wiwit sambil menahan emosi.
Gumara mendekat, meraih tangan Wiwit dengan lembut, menatapnya dengan penuh pengertian. Ia tahu, hubungan Wiwit dan Key begitu spesial. Wiwit, meski bukan ibu kandung Key, telah memberikan cinta dan perhatian tanpa syarat selama bertahun-tahun.
" Key... dia bukan sekadar anak. Dia adalah cahaya di hidupku, hal yang paling berharga yang aku miliki di dunia ini. Aku tak bisa membayangkan jika sesuatu terjadi padanya..." ucap Wiwit suaranya bergetar, tapi penuh kejujuran.
Mata Wiwit mulai berkaca-kaca, memikirkan kemungkinan yang membuat hatinya berdebar. Ketakutan kehilangan Key, apalagi dengan ancaman yang membayangi, terlalu berat baginya. Gumara, yang sangat memahami ketulusan cinta Wiwit, mencoba menenangkan istrinya.
" Sayang, aku tahu betapa dalam cinta kamu untuk Key. Kamu sudah memberikan segalanya untuknya, dan dia sangat beruntung memiliki ibu seperti kamu. Aku juga akan melakukan apa pun untuk memastikan dia aman." ucap Gumara meremas lembut tangannya.
Wiwit menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Ia tahu Gumara berusaha menenangkannya, tapi perasaan seorang ibu, meskipun tidak biologis, begitu kuat dan sulit diabaikan.
" Dia dunia bagiku, Bang. Aku tak bisa kehilangan dia..." ucap Wiwit berbisik.
Gumara mengangguk dengan penuh pemahaman. Ia kemudian mendekap Wiwit, memeluknya erat seakan mencoba mentransfer kekuatan dan ketenangan. Ia tahu betul, meskipun Wiwit bukan ibu kandung Key, cinta yang diberikan Wiwit untuk putrinya jauh lebih dalam daripada sekadar hubungan darah.
" Kita akan selalu melindungi Key. Dia bukan hanya anak kamu, dia putri kita." ucap Gumara pelan dan penuh keyakinan.
Wiwit menatap suaminya, mencoba menenangkan pikirannya. Meskipun hatinya masih cemas, ia tahu bahwa Gumara sudah melakukan segala yang bisa dilakukan untuk melindungi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATTPAD VERSION : 7 MANUSIA HARIMAU NEW GENERATION
Fanfiction17 tahun telah berlalu sejak Pitaloka, istri tercinta Gumara Peto Alam, diculik secara misterius. Gumara, yang masih terpukul oleh kehilangan istrinya, berjuang keras untuk menemukan Pitaloka namun selalu menemui jalan buntu. Kehidupan Gumara kini h...