11

231 17 2
                                    

BENGKULU

INT. RUMAH DATUK TUNGGAL - PAGI

Rajo Langit, dengan wajah keras dan penuh determinasi, duduk di hadapan Datuk Tunggal, bersama istrinya, Ratna. Meski kakinya terluka dan langkahnya tertatih, ia tak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu hal yakni putranya, Shakti. Ia mendengar dari Gumara dan Humbalang bahwa putranya kini berada di Jakarta. Desakan di hatinya semakin kuat, rasa rindu yang membakar dalam diam selama bertahun-tahun akhirnya menyeruak ke permukaan.

 Desakan di hatinya semakin kuat, rasa rindu yang membakar dalam diam selama bertahun-tahun akhirnya menyeruak ke permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Datuk Tunggal, kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Shakti, putra kami, dia ada di Jakarta. Saya harus menemuinya, Datuk." ucap Rajo Langit serius, penuh tekad.

Ratna duduk di samping suaminya, wajahnya cemas namun mendukung. Ia tahu bahwa keputusan ini berbahaya, namun sebagai seorang ibu, kerinduan pada Shakti tak bisa lagi ia pendam.

" Datuk, kami mohon, ijinkan kami pergi. Kami sudah terlalu lama terpisah dari Shakti. Jika sekarang adalah waktunya, biarkan kami mencarinya." ucap Ratna memohon lembut.

Namun, Datuk Tunggal tampak berpikir panjang, ekspresinya penuh kebijaksanaan. Di sekeliling mereka, para datuk yang lain juga mengamati dengan cermat. Salah satu datuk berdiri, melangkah maju dengan sorot mata penuh kehati-hatian.

" Waktunya belum tiba, Rajo Langit. Luka di kakimu belum sembuh, dan ada banyak hal yang masih belum jelas di hadapan kita. Kami tahu keinginanmu besar untuk menemukan Shakti, tapi bahaya di luar sana terlalu besar. Kau harus bersabar, Rajo.. Ratna." ucap Datuk Tunggal bijak, tegas.

Rajo Langit menggertakkan giginya. Sabar bukanlah sifat yang mudah baginya. Namun, kata-kata para datuk terasa seperti halangan yang tak bisa ia tembus.

" Sabar? Berapa lama lagi saya harus bersabar, Datuk? Shakti adalah darah daging saya, dan saya tidak akan membiarkan jarak ini lebih lama memisahkan kami!" ucap Rajo langit keras, tak sabar.

Ratna meraih tangan suaminya, mencoba menenangkan amarah yang mulai muncul di wajahnya.

" Dang Rajo, tenanglah... kita tidak boleh bertindak gegabah. Kita harus bijak dalam langkah kita." ucap Ratna lembut, mencoba meredakan.

Meskipun Ratna bersuara lembut, matanya menunjukkan raut yang sama putus asanya. Ia pun ingin bertemu putranya secepatnya. Namun, ia tahu bahwa menantang keputusan para datuk bukanlah sesuatu yang mudah.

" Jika kalian pergi sekarang, dalam keadaan seperti ini, kalian mungkin hanya akan menemui lebih banyak kesulitan. Shakti ada di Jakarta, tapi bahaya juga menantinya di sana. Kalian harus menunggu waktu yang tepat." ucap Datuk Tunggal tegas, penuh wewenang.

Rajo Langit menunduk sejenak, terdiam. Amarah di dadanya bergemuruh, namun ia tahu, Datuk Tunggal jarang sekali salah dalam penilaiannya. Namun, rasa tidak sabarnya untuk bertemu Shakti membuat pikirannya tak tenang.

" Saya tidak akan menunggu terlalu lama, Datuk. Luka ini tidak akan menghentikan saya untuk bisa bertemu dengan anak kami. Begitu saya merasa cukup kuat, saya akan berangkat, apapun yang kalian katakan." ucap Rajo Langit membalas, dingin.

WATTPAD VERSION : 7 MANUSIA HARIMAU NEW GENERATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang