18

314 30 14
                                    

EXT. BANGKU TAMAN - MALAM

Key menggenggam tangan Pitaloka lebih erat, menatap wajah ibunya yang menyiratkan beban dan kesedihan yang mendalam. Malam itu begitu hening, hanya ada cahaya bulan yang lembut menerangi mereka, memberikan kehangatan di tengah malam yang sejuk.

Pitaloka terlihat lelah, seolah menceritakan kisah panjang dan penuh penderitaan itu telah menguras emosinya. Key menatap Pitaloka, mencoba merasakan setiap luka yang dialami ibunya selama bertahun-tahun. Perlahan, Key menarik napas dalam, menenangkan dirinya, lalu memeluk Pitaloka erat-erat.

" Ibu... Key tidak bisa membayangkan semua yang telah Ibu lalui selama ini. Tapi sekarang... Key ada disini, Ibu. Key akan selalu ada untuk Ibu sampai kapanpun." ucap Key dengan suara bergetar, penuh empati.

Pitaloka menutup matanya, membiarkan air mata yang sejak tadi tertahan akhirnya mengalir, merasakan pelukan hangat putrinya. Pelukan itu adalah penawar bagi luka-luka yang terpendam selama 17 tahun terakhir, rasa rindu yang tak terungkapkan, kini terobati.

" Terima kasih, Nak. Terima kasih karena sudah mau menerima kehadiran Ibu... meski Ibu baru bisa hadir dalam hidup kamu sekarang ini." ucap Pitaloka berbisik pelan, penuh haru.

Key memandang Pitaloka dengan penuh kasih dan ketulusan, melihat air mata yang mengalir di pipi sang ibu. Ia mengulurkan tangannya, perlahan mengusap air mata itu, mencoba meringankan beban yang selama ini menghantui Pitaloka.

" Ibu, apapun yang telah terjadi, Key akan selalu menerima Ibu... Selama ini, Key memang bertanya-tanya mengenai siapa sosok Ibu kandung Key yang sebenarnya, tapi sekarang Key tahu, dan Key hanya ingin melihat Ibu tersenyum." ucap Key tersenyum hangat.

Pitaloka menatap Key dengan mata berkaca-kaca, perlahan mencoba tersenyum. Key menggenggam tangan ibunya lebih erat, menguatkan dan memberikan kehangatan yang selama ini hilang.

" Semua kesedihan itu sudah berakhir, Ibu. Kita berdua sudah bersama sekarang." lanjut Key sambil tersenyum.

Pitaloka mengangguk perlahan, senyum lembut perlahan muncul di wajahnya, seolah beban yang selama ini ia pikul mulai terangkat. Mereka duduk bersama di taman yang hening, dikelilingi cahaya lembut bulan, menikmati momen yang telah lama mereka rindukan, ibu dan anak yang akhirnya kembali bersatu.

" Ibu, Key ingin memberitahu Ayah! Bayangkan, betapa bahagianya Ayah nanti saat mengetahui kalau Ibu masih hidup. Ayah pasti akan sangat terkejut!" ucap Key bersemangat.

Namun, sebelum Key sempat beranjak, Pitaloka menggenggam tangannya, menghentikannya dengan lembut. Ekspresi Pitaloka berubah, ada ketegangan yang samar namun jelas di matanya.

 Ekspresi Pitaloka berubah, ada ketegangan yang samar namun jelas di matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Sekar, belum saatnya Ayah kamu tahu, Nak... Ibu membutuhkan waktu untuk hal ini." ucap Pitaloka dengan suara tenang.

Key terdiam, masih menatap ibunya dengan raut bingung dan kecewa. Tapi ada sesuatu di wajah Pitaloka yang membuatnya tak mampu mendesak lebih jauh sebuah keseriusan dan ketegangan yang mendalam.

WATTPAD VERSION : 7 MANUSIA HARIMAU NEW GENERATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang