Setelah pertemuan canggung di taman, Gita dan Ai berjalan menuju parkiran motor dengan semangat. Keduanya masih membahas Raka yang tiba-tiba muncul, dan Ai tampak lebih ceria dari sebelumnya.
“Jadi, apa rencanamu selanjutnya dengan Raka?” Gita menggoda, dengan senyum nakal.
“Gitaa, berhenti! Aku belum tahu mau bales chat-nya atau tidak,” jawab Ai, tersipu.
“Tapi dia kan tampan, Ai! Jangan sia-siakan kesempatan ini!” Gita tertawa, merasakan keceriaan yang menyebar di antara mereka.
Setelah sampai di parkiran, Ai mencoba menyalakan motornya, tetapi mesin tidak mau hidup. "Aduh, motor ini mogok," keluh Ai, frustasi.
“Tenang, Ai. Kita bisa titipkan di pos penjaga. Aku akan bawa kamu pulang dengan motorku,” Gita menawarkan dengan yakin.
"Ya sudah, terima kasih, Gi. Untung ada kamu," Ai menjawab, lega.
Setelah menitipkan motor Ai di pos penjaga, Gita dan Ai melanjutkan perjalanan dengan motor Gita. Mereka bercanda dan membahas topik-topik acak, mulai dari tugas kuliah hingga rencana liburan.
Namun, tiba-tiba, motor Gita mengeluarkan suara aneh dan berhenti. "Waduh, habis bensin!" seru Gita, melihat jarum penunjuk bahan bakar yang menunjukkan kosong.
“Di sini mana ada yang jual minyak eceran?” Ai berkata dengan nada putus asa, melihat sekeliling ternyata kedainya tutup.
Saat mereka berdiri bingung di tepi jalan, tiba-tiba, Raka melintas dengan motornya. Melihat dua sahabat yang terjebak, dia memperlambat laju motornya dan menghampiri mereka. “Eh, kalian kenapa?” tawar Raka.
"Oh ini bensin ku habis rak" gita membalas nya dengan cengiran.
"Butuh tumpang ngga?yaa..walaupun hanya bisa satu orang sih"
"Kamu aja ai sana" sambil mencolek bahu aisyah
Aisyah menghela nafas keberatan "Aduh gitaa,gak mungkin aku ninggalin kamu sendiri disini"
“Tidak apa-apa, Ai! Tumpang saja, aku tidak keberatan!” Gita mendorong, berusaha meyakinkan Ai.
“Yakin, Gi?” Ai bertanya, masih tampak ragu.
“Yakin! Lagian, ini kesempatan kamu untuk lebih kenal dia, kan?” Gita menyenggol Ai dengan lincah.
Akhirnya, dengan sedikit dorongan dari Gita, Ai mengangguk dan menerima tawaran Raka. “Oke deh, kalau kamu bilang tidak apa-apa, aku ikut.”
Gita tersenyum lebar saat melihat Ai menaiki motor Raka. “Have fun, ya! Semoga kalian bisa ngobrol banyak!” Gita menggoda dengan kodenya, membuat wajah Ai memerah.
Saat Ai dan Raka mulai menjauh, Gita merasa sedikit kesepian, namun dia tersenyum puas.Tetapi senyum gita tak bertahan lama,ia menupuk dahi nya jika dirinya masih terjebak ditengah jalan yaa terpaksa gita mendorong motor nya yang kehabisan bensin.
Sudah sampai 10 meter gita mendorong nya tetapi dari arah berlawanan, seorang cowok berhelm mendekati Gita, menutupi mulutnya dengan masker.
“Perlu tumpangan?” tanyanya, suaranya rendah dan menenangkan.
Gita terpaku sejenak. Postur tubuh dan cara bicara cowok itu mengingatkannya pada seseorang yang sangat ia kenal. Jantungnya berdegup kencang, dan ia tidak bisa mengabaikan rasa curiga yang muncul.
“Ti-tidak” jawab Gita, dengan suara bergetar,gita hanya takut pada orang tidak dikenal
"Tidak apa jangan takut, kita masih satu kampus.Keliatan nya motormu mogok ya?mau ku antarkan saja?motornya titipkan dirumah warga dekat sini saja nanti ku suruh temanku mengambil nya." Jelasnya panjang lebar.
Setelah menimang-nimang cukup lama akhirnya gita mengangguk,karna kalau mendorong motornya saja itu akan melelahkan dengan jarak kerumahnya yang masih jauh."Baiklah"
Cowok itu mengangguk dan mempersilakan Gita naik. Motor yang dikendarainya tampak sangat keren,hitam mengkilat dengan desain yang sporty.
Setelah menempuh perjalanan 15 menit, mereka tiba di depan rumah Gita. Saat Gita turun, cowok berhelm itu hanya menatapnya dengan intens. "Terima kasih," ucap Gita, berusaha menyembunyikan rasa aneh di dalam hatinya.
Sebelum pergi, cowok itu menatap lamat-lamat wajah Gita, seolah-olah ingin mengingat setiap detailnya. "Semoga baik-baik saja," ucapnya sebelum mengendarai motornya pergi.
Gita berdiri di depan rumah, menatap motor cowok itu menjauh,"Kenapa dia ngeliatin aku sebegitu nya ya? atau jangan-jangan itu om-om?!iiihhhh" rasanya gita merinding jika benar-benar itu om-om yang ingin pdkt-an dengan nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Pulang
Teen FictionSejak kecil, Gita sudah terbiasa hidup dalam ketakutan. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung, berubah menjadi medan perang. Setiap malam, teriakan ayahnya yang mabuk menggema di dinding, mengiris hatinya seperti sembilu. Ibu yang dulu pen...