Berjalan di acara-acara mewah seperti ini kadang terasa seperti jadi pemeran utama di sebuah teater, di mana MJ adalah tokoh yang terlihat sempurna di mata penonton namun diam-diam merasa asing di atas panggung. Semua mata tertuju padanya, setiap gerak-geriknya diperhatikan, seolah-olah ada skenario tak tertulis yang harus dia ikuti. Jeff, yang berdiri di sampingnya dengan tenang dan selalu tampil sempurna, seakan dia terbiasa dengan semua ini. Di balik senyumnya untuk kamera dan lensa yang terus membidik, MJ menyembunyikan kegugupan yang tak pernah benar-benar hilang, terutama saat sorotan terasa lebih intens dari biasanya—seperti malam ini.
Acara Richard Mille malam ini berjalan semarak dengan lampu-lampu chandelier yang menyinari ruangan elegan dan tamu-tamu yang berdandan glamor dan menyeruput sampanye. Tawa dan obrolan terdengar bergaung di seluruh aula, sesekali diiringi kilatan kamera yang langsung mengarah padanya dan Jeff. Tentunya malam ini menjadi ajang Jeff dan MJ mempertontonkan kemesraannya sebagai pasangan kekasih, MJ sangat sadar bahwa semua mata akan tertuju padanya malam ini.
Jeff memberikan senyum penuh pengertian kepada MJ, dia mencondongkan tubuhnya mendekat agar dia bisa mendengar suaranya. "Smile. You're amazing at it, remember?"
"I know the drill," jawabnya sambil merangkul lengannya untuk foto. Saat mereka berpose, Jeff menempatkan tangannya di pinggang MJ.
"You know, I think we're getting good at this." bisik Jeff.
Kilatan kamera kembali menerpa dan MJ tersenyum kecil, berbisik balik, "Pretty sure it's you. Kayaknya lo lebih cocok jadi aktor sih daripada pembalap,"
Jeff menggelengkan kepala dan menatap MJ dengan senyumnya. "Gue nggak mau serakah, cukup jadi pembalap aja, kasihan aktor yang lain kalau gue terjun juga,"
Setelah beberapa foto lagi, mereka beranjak menuju kerumunan tamu yang bercengkrama, di mana sekelompok eksekutif dari Richard Mille mendekat, masing-masing dengan senyum lebar.
"Jeff! Senang melihatmu. Dan ini pasti MJ," tambahnya, tersenyum hangat padanya. "Aku dengar tentang debutmu kemarin, MJ. Anak perempuanku penggemar berat kamu! Congratulations!"
"Terima kasih," jawab MJ, merasa bangga. "It was definitely something. Berbeda dengan apa yang biasanya aku lakuin tapi aku sangat menikmatinya."
"We're all fans of your work. It's wonderful to see you in the spotlight for a change."
Jeff menyenggol MJ lembut, senyumnya penuh rasa bangga. "Told you they'd love you."
"Jadi, bagaimana musim ini berjalan?" tanya perwakilan Richard Mille lainnya pada Jeff, menepuk punggungnya. "Kami lihat kemenanganmu di British Grand Prix. It was super intense, you did a great job, though."
Mata Jeff berkilau penuh kebanggaan, meskipun ada sedikit kelelahan di sana. "Yeah, it's been a rollercoaster, but that's how it goes. I've learned to roll with the ups and downs."
MJ memperhatikan Jeff saat dia berbicara, memperhatikan bagaimana wajahnya terlihat begitu antusias saat membicarakan balapan. Meski terus berada dalam sorotan media, ekspektasi tinggi, dan persaingan yang berat, MJ bisa melihat jelas bahwa dia benar-benar mencintai dunia balap ini. Dia sedikit kagum dan menghargai dedikasi dan tekad Jeff dalam dunia ini. Karena dia tahu, ini tidak mudah.
"Dan bagaimana Oliver di grid tahun ini?" tanya sponsor lainnya mengarah ke MJ, tampak benar-benar tertarik dengan MJ. "Dia cukup bertahan dengan baik untuk pembalap tahun kedua."
Perasaan bangga melintas di wajah MJ. "He's doing well. It's a tough field, but he's determined. Sometimes I think he's got too much of my dad's spirit in him."
Mereka semua tertawa ringan, Jeff sedikit menekan pinggangnya dengan lembut, memberikan tatapan penuh arti. Gestur kecil dan sederhana ini cukup membuat MJ merasa seperti dia tidak sendirian di tengah sorotan publik malam ini. I swear to God, Jeff really knows how to treat a woman, batin MJ.
Saat mereka meninggalkan kelompok itu, MJ mengambil napas pelan, berharap bisa sedikit bersantai. Tapi tatapan Jeff yang tajam menangkap ketidaknyamanannya. Dia melirik ke arah meja buffet, menyadari bahwa MJ tidak makan sama sekali sepanjang malam.
"MJ, lo belum makan sama sekali malam ini," komentarnya pelan, dengan nada khawatir.
MJ melambaikan tangannya seolah tidak penting, mengalihkan pandangannya. "I'm fine. It's just... these events, all the cameras. Eating in front of people, you know?"
"You need to keep the energy up, Jellybean." katanya, mengambil piring kecil dan meletakkan beberapa makanan kecil di atasnya. Dia mengulurkan piring itu padanya, tatapannya tenang namun tegas. "Please? For me?"
MJ menggigit bibirnya. Dia menatap piring itu, lalu melihat Jeff, akhirnya menyerah pada desakan lembutnya. "Fine. But just because you're being too pushy about it."
Jeff tertawa, tampak puas dan lega saat melihat MJ mulai makan. Dia mengelus pelan rambut MJ. "Good girl,"
MJ menggelengkan kepala, tertawa meski tak bisa menahan diri. "Kalau lo terus-terusan maksa gue makan, media bisa-bisa mikir gue hamil atau semacamnya."
"Nah bagus dong, tujuan kita kan emang kasih mereka sesuatu yang bisa digosipin," jawab Jeff sambil mengedipkan mata. Komentar itu membuatnya merasa geli dan menggelengkan kepalanya dengan tingkah Jeff.
Jeff mengambil salah satu kue dari piring MJ dan menyicipinya. "Enak. Mau coba nggak?"
"Nggak." jawab MJ, menggeleng.
Jeff mengarahkan makanannya mendekat ke arah bibir MJ dengan menggerakannya seperti saat menyuapkan anak bayi lima tahun. "Aaaa... open your mouth,"
MJ tertawa kecil. "Nggak ah, pasti manis banget."
"Kan belum coba. Small bites won't hurt?" Jeff masih mengarahkan kue coklat itu kepada MJ. "Aaaaaa..."
MJ menggelengkan kepalanya dan tertawa lembut sebelum dia menerima suapan Jeff. "Hmm..."
"Enak kan?"
"Enak. Happy now?"
Pengakuan MJ membuat Jeff mengulas senyum lebar di wajahnya. "Ecstatic. Gue suka lo makan kayak gini, Michelle Jane. Jangan buat diri lo kesiksa dengan nggak makan sama sekali, boleh nggak?"
MJ tampak terlihat seperti berpikir sebelum menjawab, "Boleh."
Jeff mengedipkan sebelah matanya. "That's my girl."
----
a/n: absen siapa yang capek senyum terus? HAHAHA. Btw, kalau kalian ngerasa ada something's missing, that's because aku nggak post semua chapter di wattpad, lengkapnya akan ada di buku. so who's excited? HEHEHEHEH
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five
عاطفيةMichelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbakat dengan reputasi buruknya di luar trek, berad...