1: Unexpected Assignment

15.7K 783 7
                                    

Pagi itu di kantor Haute terasa seperti hari biasa bagi MJ Kennedy. Meja kerjanya dipenuhi dengan tumpukan majalah mode edisi terbaru dan catatan-catatan tentang liputan yang sedang dikerjakannya. Namun, semua berubah ketika sebuah email masuk dari Melinda Soedibjo, sang editor-in-chief. MJ melihat nama pengirimnya di layar dan naluri langsung memberitahunya bahwa ini bukan email biasa. Something's wrong.

to: michelle.kennedy@haute.com

from: melinda.soedibjo@haute.com

subject: IMPORTANT

Hi Michelle Jane, could you come to my office for a quick meeting? There's something important I need to discuss

Regards,

Melinda Soedibjo

MJ merasa ada sesuatu yang sangat penting dan mendesam sampai Mellinda harus menemuinya di ruangannya. Ia mencoba untuk tidak berpikir buruk, tapi ada rasa tidak nyaman yang perlahan muncul dalam benaknya. Tanpa pikir panjang, dia merapikan beberapa barang di mejanya dan segera menuju ruang kerja Melinda.

Sesampainya di sana, dia mengetuk pintu pelan sebelum membuka. "Mbak Mel, Michelle masuk ya,"

Melinda, seorang wanita karismatik dengan selera fashion yang menarik, duduk di belakang mejanya. "Michelle, masuk, duduk dulu,"

"Aku tahu kamu sibuk dengan project yang lain, tapi aku butuh kamu untuk menggantikan Vanya," ujar Melinda tanpa basa-basi. "Adik Vanya kecelakaan, jadi dia nggak bisa pergi ke Miami GP. Kamu harus ambil alih tugasnya untuk mewawancarai Jeff Gautama."

Detak jantung MJ seakan melompat. Nama itu, Jeff Gautama, langsung membuat MJ terdiam sesaat. Jeff bukan hanya pembalap F1 yang terkenal, dia juga rekan setim adiknya, Oliver. Terlepas dari itu, MJ dan Jeff sudah saling kenal sejak kecil, meski mereka tidak pernah benar-benar dekat. Ayah mereka—keduanya adalah seorang pembalap F1 di era 1980-an—sering mempertemukan mereka di berbagai acara balapan bahkan liburan musim panas bersama. Sekarang, dia harus mewawancarainya?

"Wait Mbak.. are you really serious? Aku kan–" MJ mencoba beralasan, tapi kata-katanya dipotong cepat.

"I know, kamu nggak bisa megang assignment F1 lagi. Tapi kamu pernah pacaran sama pembalap F1, adikmu juga pembalap F1. You'll be fine," kata Melinda dengan nada tak terbantahkan.

MJ terdiam, merasa sedikit tersudutkan. Bukan karena dia tidak mampu melakukan tugas itu, tapi lebih kepada perasaan canggung yang muncul. Dunia F1 adalah sesuatu yang dulu ia coba hindari, terutama setelah hubungannya dengan Arlo, mantan pacarnya, yang berakhir dengan buruk. Rasanya dia sudah cukup lama berusaha untuk tidak terlibat lebih dalam di dunia itu, tapi sekarang, sepertinya takdir punya rencana lain.

"Kenapa aku, Mbak Mel? Amanda kayaknya lebih cocok buat gantiin Vanya apalagi dia penggemar berat Formula 1 juga. It would be nice if you give this opportunity to her," MJ menjelaskan dengan sedikit gugup.

"Setelah aku pikir, kamu yang paling cocok. Kamu punya background F1, kamu familiar dengan lingkungannya dan aku tahu kamu yang paling bisa diandalkan dalam hal ini. Plus, kamu punya hubungan personal dengan keluarga Gautama, that would help."

MJ tertawa, setengah tidak percaya. "Hubungan personal? Mbak, aku dan Jeff itu jarang ngobrol. Kami cuma ketemu di paddock, say hi, terus selesai."

Melinda tersenyum kecil, "That's exactly why you're perfect. You know the industry, you know the dynamics. Dan yang paling penting, kamu bisa handle orang kayak Jeff yang terkenal nggak suka wawancara."

MJ tahu dia tidak punya pilihan lain, apalagi melihat Melinda yang begitu yakin memberikan tugas ini kepada MJ. Masalahnya, MJ tahu narasumbernya kali ini adalah sosok yang selalu sulit ditembus oleh media. Pria itu menjaga privasinya dengan sangat rapi dan ketat. Sampai sekarang pun MJ tidak pernah mendengar pria itu berbicara di luar hal tentang pekerjaannya. Mengingat betapa terbatasnya interaksi mereka selama ini, MJ merasa ini akan menjadi tugas yang tidak mudah.

Rule Number FiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang