10: You Chose Her

946 145 30
                                    

"Gue ke toilet dulu," ucap MJ, menoleh ke arah Jeff.

"Mau gue anter?" Jeff menawarkan diri dan dengan cepat ditolak oleh MJ dengan menggelengkan kepalanya.

"No, you stay here. Gue sendiri aja."

MJ berjalan menuju toilet, butuh waktu sejenak untuk menjauh dari sandiwara yang ia dan Jeff mainkan sepanjang hari. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya dari semua perhatian yang menghujaninya. Pada dasarnya, MJ memang tidak terbiasa dengan spotlight. Dulu, saat dirinya berpacaran dengan Arlo, mereka lebih memilih untuk private dan tidak mengunjungi tempat-tempat yang akan menyita perhatian publik selain di paddock. Ketika MJ keluar dari toilet yang terakhir ia harapkan adalah mendengar suara yang begitu familiar dan seketika membuat perasaannya kacau.

"MJ."

MJ berbalik, detak jantungnya langsung melonjak, dan di sana dia berdiri—Arlo dengan tatapan yang intens. Apakah MJ pernah bilang kalau tatapan intens Arlo itu bisa membuat seseorang bergidik ngeri?

Sebelum MJ sempat bereaksi, Arlo langsung meraih pergelangan tangannya, menariknya ke sudut yang lebih sepi, jauh dari tatapan orang-orang.

"What the hell are you doing?" sergah MJ, menarik tangannya dengan kasar dari genggaman Arlo, perasaannya campur aduk, terkejut dan kesal bertemu dengannya seperti ini.

Tatapan Arlo tajam, campuran frustrasi dan sesuatu yang MJ tidak ingin terlalu pikirkan. "Aku yang harus nanya gitu ke kamu. Apa yang kamu lakuin sama Jeff?"

MJ merasakan perutnya bergejolak, rasa tak nyaman menjalar. Dia sama sekali tidak menyangka akan menghadapi ini sekarang. "That's none of your business, Arlo."

"It's Aro," Arlo mengoreksi panggilan MJ dengan nada tajam, melangkah lebih dekat.

MJ menaikkan alis, nadanya dingin. "Iya, tapi kita udah selesai, Arlo. Jadi nggak penting kamu mau dipanggil apa."

Arlo menghela napas panjang, jelas frustrasi, rahangnya mengeras. "Aku tahu apa yang kamu lakuin. Kamu dan Jeff. Ini cuma drama PR, kan? Kamu pikir aku nggak ngerti permainan yang kamu mainin?"

MJ menyilangkan tangan, tatapannya menyipit. "Kenapa kamu peduli? Kita udah selesai. Kamu sekarang sama Eleanor. Bukannya kamu harusnya lebih mikirin dia?"

Ekspresi Arlo menggelap saat dia melangkah lebih dekat lagi, suaranya rendah dan penuh ketegangan. "And what about you? Pretending with Jeff—why are you even doing this?"

MJ merasakan dada sesak, amarahnya mulai muncul. "Aku nggak perlu kasih kamu penjelasan, Arlo. Kamu nggak punya hak buat nanya-nanya aku, not after everything."

Tatapan Arlo melembut lalu tangannya berjalan mengusak rambutnya, frustasi. "MJ, aku dan kamu tahu, ini bukan kamu. You wouldn't be with Jeff unless you had no choice."

Kata-kata Arlo membuat hati MJ berdegup kencang, amarahnya mulai menyala. "Aku sama Jeff karena aku mau, bukan karena kamu. Ini nggak ada urusannya sama kamu. Kita udah selesai. Aku udah move on dan kamu harusnya gitu juga."

Tatapan Arlo terkunci pada MJ. Sesaat, dia tampak ingin mengatakan sesuatu yang lebih dalam, lebih tulus. Kemudian suaranya menurun, lebih lembut. "Aku masih sayang kamu, Chellie."

Kata-kata itu menghantam MJ seperti tamparan keras di pipinya. Dia berdiri lebih tegak, menatap Arlo dengan tajam. "No, you don't. You chose Eleanor, remember? You can't have it both ways. We're done, Arlo."

Arlo mencoba meraih lengannya, kali ini lebih lembut, tapi MJ langsung menariknya kembali. "I didn't—"

"You chose her," MJ memotong dengan tegas, suaranya kini lebih kuat, penuh dengan kekecewaan yang sudah lama terpendam. "Kamu udah pilih Eleanor, dan aku udah nggak lagi jadi bagian dari hidup kamu. You have Eleanor. So go. Be with her."

Sejenak, mereka hanya berdiri di sana, atmosfer ruangan itu penuh ketegangan. Arlo tidak bicara apapun selain menatap MJ dalam-dalam. Akhirnya, MJ memecah keheningan dengan nada tegas. "Kita udah selesai. Jangan coba-coba ungkit ini lagi. Aku sekarang sama Jeff dan kamu harus terima itu. We're done. Goodbye, Arlo."

---

Note: finally... the reaction we've been waiting for. HAHAHA thoughts on Arlo? Kata aku sih ya Mas Arlo, mending urusin El, kasihan T_T

vote and comment would help me write next chapter!!! xoxo

Rule Number FiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang