Chapter 32

2.7K 162 44
                                    

DARK VIBES



-🐊🦋-

       Sunday night at 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunday night at 19.15 PM then.

"Abang, wake up! We're gonna be late for grandpa's."

Edeline menyisir rambut tebal Jendra yang masih memejamkan mata dengan selimut yang menggulung tubuhnya.

"Go ahead, Mam!" titah Jendra serak tanpa membuka matanya. "Nanti aku nyusul."

"Do you wanna be alone or with mom and dad, darling?"

"Bilang sama Papa aku mau sendiri."

"Okay! Sebelum pergi jangan lupa makan malam dulu sayang, Mama udah buatin toast and hot chocolate, di makan ya."

Jendra mengangguk samar, kedua matanya enggan sekali untuk terbuka. "Thank you, Mam."

Edeline mengecup dahi Jendra cukup lama, lalu berlalu dari sana.

Setelah pintu tertutup, Jendra bangkit dari tidurnya, ia mengumpulkan nyawa nya sebentar. Lelaki itu bangun dalam keadaan rambut yang berantakan, tubuh atasnya shirtless, hanya mengenakan celana pendek selutut.

Jendra menyugar rambutnya ke belakang karena berantakan. Lalu melangkah menuju bathroom untuk membersihkan diri.

Tepat pukul setengah delapan malam, Jendra sudah siap dengan kaos putih terbalut jeket kulit hitam dengan bawahan celana jeans.

Lelaki itu membuka lemari untuk mengambil jam tangan hitam fossil, lalu memakainya di tangan kiri, tak lupa menyemprotkan parfume pada baju, pergelangan tangan dan lehernya.

Pintu kamarnya kembali terbuka menampakan pria berpakaian santai, Andre- asisten pribadinya.

"Selamat malam, tuan muda. Ini..." Andre memberikan kunci mobil pada Jendra. "Mobil-nya sudah siap."

"Thank you, uncle."

Andre mengangguk sopan. "Young Shankara, I wanna ask you something."

"What's that?"

"Did you forget about that little girl?"

Jendra menoleh ke arah Andre dengan alis terangkat satu. "Who?"

"The bracelet of that beloved pair..." Andre terdiam sejenak. "That bracelet belong to your Daddy!"

Sontak Jendra yang baru saja meneguk air putih terbatuk membuat Andre terkejut dan mendekat, lalu mengelus punggung tuan mudanya itu dan meminta maaf.

"Gelang?" Jendra terdiam berusaha untuk mengingatnya. "I remember that... Gelang yang harus aku kembalikan saat ulang tahun Papa, om?"

Andre mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya. "Mr. Arsen, it's his birthday next month, just like yours."

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang