I cloud make you mad
I cloud make you scream
I cloud make you cry
I cloud make you leave
I cloud make you hate me for everything
But I can't make you come back to me(The Rose, “Back To Me”)
Suara musik memenuhi seisi gudang—pun kepulan asap rokok yang mampu membuat Babul terbatuk-batuk karena ulah teman-temannya dan si ketua Baron. Babul memang berbeda dengan yang lain, dia suka sekali membawa snack dari rumah juga bekal nasi yang diberikan oleh Mommy-nya, kalau kalian mengira Babul itu anak yang memiliki tubuh berisi kalian salah besar; walaupun anaknya adalah pemakan segala tapi tubuh anak itu tetap saja kurus.
Ini masih hari yang sama, mereka sedang bolos sekolah dan memilih untuk melakukan kegiatan yang dapat merusak paru-paru, pankreas, dan atau bisa jadi otak mereka juga ikutan rusak.
"Kalian ini mau mati atau bagaimana? Rokok-alkohol aku lihat hampir setiap hari, memang apa manfaatnya?" Babul menggerutu kemudian keluar dari sana untuk menghirup udara bebas, sungguh teman-temannya memang hendak menyiksa dirinya.
"Dasar cabul, belum tahu aja dia rasanya! Nanti juga kalau sekali coba bakal ketagihan" Ucap Raul dan mereka semua tertawa.
"Kapan hari ulang tahun si anak tuna itu, Bang?" Tanya Baron menoleh pada Karma yang asik memainkan asap rokoknya, wajahnya terlihat tenang tanpa beban.
"Hari ulang tahun itu kan hari bahagia, kita buat hari itu menjadi menakutkan bagi Karam" Lanjut Baron dan mengalihkan pandangannya, ia menoleh lagi sesaat untuk mendapatkan sebuah jawaban dari Karma.
"21 Juni... " Kata Karma melirik Baron sesaat.
"Jadi, maksudmu kita akan menghabisi nyawa anak itu dihari ulang tahunnya?" Tanya Janu mencoba memahami—Baron mengangguk dengan senyuman tipisnya, ini sudah jelas kalau Baron adalah pemimpinnya. Tidak ada alasan kenapa Baron sangat membenci Karam dan menginginkan kematian anak itu, menurut Baron orang lumpuh seperti Karam itu tidak pantas untuk hidup apalagi bahagia, hidup Baron sempurna sejak ia lahir dan ibunya pernah berkata "Laki-laki itu harus diatas perempuan, bagaimana jadinya kalau laki-laki itu cacat? Masa mau perempuan yang bekerja, malu seumur hidup."
"Tapi... Aku takut masuk penjara... " Panji melenguh.
"Halah! Zaman sekarang kok polisi juga bisa disogok pake duit, aku bisa suruh Papa buat bayar mereka supaya tutup mulut. Kalian tenang saja selama ada aku" Kata Baron meyakinkan teman-temannya, Baron memang langganan dapat laporan dari beberapa siswa karena dirinya yang suka membuat onar dan merundung anak-anak lemah di sekolah. Tapi, semenjak tidak ada pembelaan dari sekolah dan Baron masih belum dikeluarkan itu membuat para korban bungkam.
"Bapak aku lho bolak-balik masuk penjara gara-gara kasus pelecehan" Tiba-tiba saja Janu bersuara dengan bangga dan menceritakan tentang Bapaknya.
"Terus masih dipenjara?" Karma ikutan bertanya.
"Sudah meninggal bunuh diri, Bang" Jawab Janu sambil cengengesan dan menggaruk-garuk tengkuknya.
"Kita harus pura-pura meminta maaf sama Karam, bujuk dia secara halus kemudian... " Baron melirik pada Babul yang baru saja masuk dengan membawa beberapa snack-nya, Baron berdiri dan mendekati Babul yang kebingungan dengan tingkah laku ketuanya ini, "Pukul dan dorong sampai mati!" Suara Baron terdengar penuh gairah dan memukul burung Babul lalu mendorong anak itu sampai terjungkal. Babul berteriak kesakitan kemudian segera bangun dan mengelus-elus burungnya, menatap tajam pada Baron.
"Bagong sia! Sakit, Ron, sakit!"
Baron hanya tertawa tanpa dosa begitu juga dengan yang lain, tangan Babul rasanya gatal hendak meninju wajah songong itu tapi ia sadar kalau melakukannya akan berakibat fatal, Karma yang melihatnya heran, kalau ia perhatikan Baron ini anaknya ringan tangan. Beberapa hari ini Karma memang sering bergabung dengan mereka dan beberapa kali juga ia melihat Baron dengan tanpa dosa mencubit, memukul kepala, dan perlakuan kasarnya kepada Babul tapi anak ini selalu diam dan masih bertahan? Atau memang Babul suka diperlakukan kasar, hari itu juga saat Karma diundang ia tidak melihat kehadiran Babul malah wajah-wajah asing yang mungkin Baron kenal dari sekolah lain.
"Tapi, kalau ingat perlakuan kita sama anak tuna itu, memangnya dia akan memaafkan?" Zayn bersuara.
"Manusia kaya Karam itu mudah memaafkan" Ujar Karma.
"Jadi kapan kita mulai beraksi? Tanganku sudah gatal nih" Raul menggaruk-garuk telapak tangannya dan terkekeh kecil.
Mereka melanjutkan rencananya lagi dan apa saja yang perlu mereka lakukan supaya bisa meluluhkan hati Karam. Karma selalu meyakinkan yang lain kalau sosok Karam itu adalah manusia yang mudah untuk dibodohi, "Karam itu memang kelihatan pintar, tapi belum tentu orang pintar tidak bisa dikelabui."
Raul dengan Janu sama-sama tak sabaran dengan mengatakan kalau tangan mereka gatal ingin segera membunuh Karam, sementara Panji takut kalau dirinya akan masuk penjara karena membunuh orang, karena itu Baron dan Zayn meyakinkan Panji bahwa tidak akan terjadi apa-apa selama ada mereka (Baron dan Zayn itu sama-sama lahir dengan sendok emas) mereka pikir kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan uang dan uang.
"Aku tidak mengerti kenapa anak tuna itu gemar sekali membaca buku berwarna hijau, memang isinya apa sih?!" Zayn bertanya penasaran.
"Paling isinya cuman tulisan tidak berguna, buat apa baca-baca buku seperti itu" Sahut Raul.
"Eh, tapi si Karam itu kulitnya bersih ya, terus rasa bibirnya gimana ya kira-kira?" Kata Janu memegangi dagunya dengan mata keatas sambil berkhayal, mendengar itu Panji menjitak kepala Janu membuatnya kesakitan.
"Jangan heran, keturunan bapaknya pasti" Babul berkomentar.
"Ngeri aku anak ini belok."
Hari semakin panas dan mereka malah menyalakan musik dengan volume kencang yang mungkin saja bisa memecahkan gendang telinga. Dan untuk mengisi kekosongan, mereka bermain ular tangga dan yang kalah akan dicoret bedak yang sudah Panji siapkan dari rumah. Bisa dilihat kalau Baron itu bermain dengan cara yang licik dan Babul harus pasrah karena selalu mendapatkan coretan bedak diwajahnya, bahkan sekarang Babul sudah mirip dengan bayi atau seorang badut yang hanya menemani dia ketika kesepian kemudian dilupakan begitu saja.
Di sisi lain Karma merasa ada sesuatu yang membuat hatinya tak nyaman, bayangan sang Mama juga tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Tapi, Karma tidak mau merusak suasana jadi dia mengenyampingkan semua itu dan meminum sebotol alkohol hingga sisa setengah, kepala Karma pusing yang membuatnya setengah sadar tapi telinganya masih bisa mendengar suara bising anak-anak.
Kemudian Janu mendekat pada Karma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpuh || Masa Revisi
Short Story[JANGAN DICOPY, HARGAI PENULISNYA] Bagi Karam, dirinya bagai manusia yang lahir kembali dengan keadaan cacat. Seumur hidup dihabiskan dengan duduk pada kursi roda, itu menyedihkan. Dalam mimpinya ketika tertidur, Karam selalu melihat dirinya mengena...