Awan mengganggap bahwa sahabatnya telah menghilang selama 2 tahun, karena itu dirinya menyebarkan poster dengan wajah Karam yang ia sebarkan ke internet dan jalanan, tetapi selama itu tidak ada kabar juga mengenai Karam, tidak ada yang tahu.
"Karam, apa yang sedang terjadi? Pulang, aku rindu... "
Akhir-akhir ini Awan selalu bermimpi tentang Karam dan Bapaknya yang tengah asyik berbincang di dunia bawah laut. Mereka terlihat begitu dekat dan memiliki senyuman indah, wajah mereka begitu bercahaya.
"Apa kau sedang bersama, Bapak?"
Awan tak kuasa menahan tangis, tidak mungkin kalau sahabatnya telah pergi untuk selamanya.
"Aku yakin kau masih hidup, entah dimana."
Namun, Awan sepertinya tidak yakin kalau Karam memang benar masih hidup, untuk kesekian kalinya Awan berkunjung kerumah dan bertanya kepada Karma tentang sahabatnya. Tapi, jawaban Karma selalu tidak tahu, "Sudahlah, untuk apa mengkhawatirkan Karam. Aku sebagai Abangnya juga biasa saja."
Angin begitu lembut menyentuh kulit dan Awan duduk pada bangunan batu, seperti saat itu ia menatap lurus kedepan—begitu lama ia duduk dengan pikiran kosong dan hatinya penuh tanda tanya.
"Awan sahabatku, kau harus bahagia bersama dengan ibumu dan aku juga akan bercerita kepada pahlawanmu disini," Awan menoleh dengan cepat saat telinganya menangkap suara tipis saat angin melewatinya.
"Apakah itu... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpuh || Masa Revisi
Short Story[JANGAN DICOPY, HARGAI PENULISNYA] Bagi Karam, dirinya bagai manusia yang lahir kembali dengan keadaan cacat. Seumur hidup dihabiskan dengan duduk pada kursi roda, itu menyedihkan. Dalam mimpinya ketika tertidur, Karam selalu melihat dirinya mengena...