Kertas Berabu

11 6 1
                                    

Buku catatan ini sudah penuh dengan tulisan tanganku yang berantakan dan tak menentu, aku tidak tahu apakah selembar kertas ini adalah yang terakhir atau aku akan merobek lembaran kertas lainnya lagi untuk menulis hal-hal yang aku alami selama hidupku.

Jika ini adalah yang terakhir, mungkin aku sedang menulis sebuah pesan untuk seorang sahabat, sahabatku yang selalu ceria, Awan. Aku memang tidak tahu, tapi ini hanyalah sebuah sangkaan, mungkin kau tengah membaca tulisan ini, sendirian (?)

Sahabat, teruslah bahagia bersama Ibumu dan jangan menyerah untuk menggapai mimpimu, bukankah selama ini kau ingin membuat Ibu dan Bapakmu bangga? Kejarlah mimpi itu, aku disini selalu mendukung.

Aku bermimpi, aku bertemu dengan Ibu disebuah tempat yang indah. Itu jelas dan masih aku ingat tempatnya; ada air terjun yang airnya sangat jernih, langitnya cerah, bunga-bunga tumbuh berwarna-warni seperti mereka ditanam dengan penuh cinta. Aku masih mencium wanginya, aku masih mendengar suara alamnya yang begitu menenangkan.

Mimpi itu mengobati rinduku padanya, "Bu... tidak bisakah Ibu kembali pulang? Rumah berubah setelah Ibu pulang."

"Ibu sudah pulang. Kalau nanti Ibu jemput Karam untuk pulang, Karam bersedia?" Aku tidak mengerti saat Ibu mengatakannya, aku memeluknya begitu erat dan tidak mau melepaskannya lagi untuk kedua kalinya.

"Karam bersedia... "

Perasaanku menjadi tenang, seperti kekhawatiran yang selama ini aku rasakan menghilang. Ibu memang paling bisa dalam menghilangkan rasa khawatir dan hilangnya kepercayaan diri, aku ingin berada dalam rumah yang sama dengan Ibuku, di manapun.

Awan, singkatnya begini...

Aku bukan manusia yang diberi kelebihan untuk bisa melihat masa depan, aku menulis ini karena hati kecilku terus berbisik dan mengusik ketenangan. Kalau sudah sampai tulisan ini kepadamu, berarti aku sudah tidak ada lagi di sampingmu. Tapi, aku akan terus menjadi seorang sahabat bahkan ketika raga ku tak mampu kau lihat.

Apakah tulisan ini aneh, sahabat? Hati dan kepalaku sama kosongnya ketika menulisnya.

Lumpuh || Masa RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang