Chapter 23

114 25 2
                                    

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
***

-Tanah Thasatra-

Mastani kini berdiri di atas sebuah batu yang besar dan di bawahnya ada banyak pekerja yang berdiri dan berbaris rapi

Di belakang Mastani ada dua orang kepercayaannya yang telah di tunjuknya kemarin

"Sesuai dengan yang sudah di bagikan, kalian mulailah bekerja..dan ingat aku benci kebohongan jadi cobalah untuk jujur"

Setelah itu mereka pun bubar beberapa mengikut pria pertama sebut saja namanya Raha dan yang lainnya mengikuti pria kedua Sartayana

Sisanya mengikuti Mastani untuk mengelola Hutan Konservasi, namun pastinya hal ini akan sedikit rumit karena hutan itu gersang serta tandus

Sampailah mereka di hutan yang tandus itu, semuanya menunjukkan raut yang tidak biasa

"Bagaimana kita menangani ini Yang Mulia"ujar salah satu pelayan

"Taruhlah semua barang yang kalian bawa di tengah, karena aku akan melakukan pojaa untuk hal ini"

Barang-barang yang di bawah adalah barang-barang untuk pemujaan, ada bunga dan beberapa hal lainnya

Mereka pun segera menyiapkan hal tersebut, Mastani pun berdiri dan menatap semuanya

Di bawah teriknya sinar matahari, Mastani kini duduk dengan sebuah tempat perapian di depannya

Ia mulai membunyikan lonceng kuil di samping api tersebut, sementara para pelayannya berdiri jauh darinya

Mulut Mastani mulai merapalkan beberapa kalimat dan kemudian membakar dupa, setelah itu mulai mengangkat nampan yang berisi beberapa persembahan

Dan mulai mengitari nampan doa itu di depan api tersebut, lalu setelah itu Mastani menaruhnya kembali

Setelah itu Mastani mulai mengatupkan kedua tangannya dan menutup matanya, entah apa yang ia ucapkan

Namun angin kencang mulai melanda mereka, bahkan pelayan pun sampai harus memegang pohon yang sudah lapuk guna menahan diri mereka untuk tidak terbang

Angin itu membentuk seperti tornado yang jika di lihat lagi ada lima tornado yang kini melingkari Mastani yang sedang duduk di tengah-tengah hutan

Api pemujaan pun mati dan Mastani perlahan membuka matanya, namun ia hanya melihat kegelapan

Sedikit panik namun Mastani mencoba untuk tenang dan kemudian ia menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan

"Mastani..."sebuah suara menggema di ruang hampa itu namun tidak berwujud

Melihat seluruh kegelapan ini dan suara yang tegas, bahkan harum api kebenaran serta keadilan tercium di indra penciumannya

Dengan perlahan Mastani menutup mata dan sedikit membungkukkan badannya
"Salam Kepada Dewa Shani Dewa Keadilan"

Setelah mengucapkan hal itu Mastani pun membuka matanya, ia bisa melihat kaki seorang pria di depannya

Mastani pun kembali tegak, dan matanya pun menatap sang Dewa yang kini menampakkan wujudnya, melihat itu Mastani mengatupkan kedua tangannya

"Apa yang kau inginkan dariku"ujar sang Dewa sambil menatap Mastani dengan datar

"Dewa Shani, Dewa yang memberikan keadilan bagi orang-orang serta juga memberi hukuman bagi mereka yang telah menyimpang dari jalan kebenaran.... setelah melihat mu  membuatku semakin mengerti bahwa hutan itu telah kau kutuk..atau lebih tepatnya bangunan sebelumnya yang mendapat kutukan darimu, namun tanahnya juga ikut tercemar sehingga menjadi seperti sekarang ini"

Dewa pun kemudian tersenyum tipis mendengar perkataan Mastani
"Lalu apa yang kau inginkan jika kau sudah mengerti"

"Aku hanya ingin tau apakah aku bisa membuat hutan ini subur kembali"

Sudut bibir sang Dewa pun terangkat
"Aku mengira bahwa kau akan menanyakan tentang apa yang terjadi di tempat itu"dan Mastani pun tersenyum tipis namun menggelengkan kepalanya

"Tetapi tempat itu telah aku beri hukuman"lanjut Dewa Shani

"Tapi Dewa, bukankah tanah itu tidak ada sangkut pautnya dengan sesuatu yang pernah terjadi di tempat itu? Jangan biarkan tanah itu tercemar dan biarlah makhluk hidup dapat hidup di tempat yang sudah seharusnya"jawab Mastani

"Dan lagipula seluruh keturunan Artha telah lenyap, tidak ada lagi yang harus di tanggung disini"lanjut Mastani

Mendengar penjelasan Mastani membuat Dewa Shani pun tersenyum lebar
"Baiklah, aku akan mengabulkan keinginan mu"

"Terimakasih Dewa"

"Tetapi biarlah aku juga mengawasi mu"

"Apakah aku telah membuat suatu ketidakadilan?"

"Tidak, tetapi sebagai syarat untuk mendapatkan keinginan mu maka kau harus membiarkan ku untuk mengawasi mu"ujar Dewa Shani

Dan Mastani pun menganggukkan kepalanya, kedua mata itu saling bertemu, seperti sebuah laser berwarna biru yang keluar dari mata sang Dewa dan menuju pada mata Mastani

Beberapa saat kemudian perlahan cahaya itu menghilang
"Kembalilah dan semua akan kembali seperti semula"ujar Dewa

Dan setelah itu mata Mastani pun tertutup, dan perlahan matanya kembali terbuka dan ia kembali berada di tengah hutan dan tempat pooja

Angin puting beliung telah menghilang dan hutan pun tidak lagi tandus dan justru penuh dengan kehidupan

Pelayan-pelayan yang melihat itu pun terkagum-kagum
"Dewa telah memberkati kita lewat Tuan Putri Mastani"ujar salah seorang dari mereka

Sementara Mastani pun tersenyum
"Terimakasih"bisik Mastani, lalu kemudian ia menutup pemujaan itu dan berdiri
"Semuanya sudah siap, sekarang kita akan memulai dengan tugas dan tanggung jawab kita"ujar Mastani yang di angguki oleh pelayannya

***

Hari yang cukup menguras tenaga Mastani, dengan sedikit gontai Mastani menuju kamarnya

Para pelayan mulai melayaninya , serta memandikannya, membantu memakaikan pakaian

"Aku ingin pakaian yang nyaman dan tidak menganggu saat aku tidur"pinta Mastani

Selesai dengan itu pelayan wanita pun keluar dan dengan tidak elitnya Mastani langsung menjatuhkan tubuhnya ke ranjangnya

Dan dalam hitungan detik Mastani tertidur pulas, efek kecapean ya jadi gitu

Lalu kebiasaan buruk Arjuna yang telah memiliki Drupadi tapi tidak pernah menghilang yaitu selalu mengendap masuk ke kamar Mastani saat Mastani sudah tertidur

Arjuna yang melihat gaya tidur Mastani pun sedikit speechless, ia pun dengan tenang mulai membaringkan Mastani dengan baik dan kemudian memakainya selimut

Lalu Arjuna pun pergi? Oh tentu tidak, ia justru juga ikut berbaring di samping Mastani

Ia mulai memeluk Mastani dan memasukkan kepalanya ke ceruk leher Mastani guna mencari kenyamanan

Sementara Mastani yang sudah tepar pun tidak merasakan apa-apa, dan justru sedang bermimpi indah

Rasa nyaman mulai menyelimutinya dan akhirnya Arjuna pun perlahan menutup matanya dan ikut tidur

Beberapa waktu berlalu dan matahari hampir muncul, Arjuna pun tersadar dari tidurnya, ia pun perlahan bangun dan melihat Mastani yang berada di pelukannya, dengan penuh cinta ia mengecup kening Mastani

Lalu setelah itu bangun dan memperbaiki bajunya dan rambutnya, lalu memperbaiki selimut Mastani setelah itu ia perlahan keluar dari kamar Mastani

Bagaimana jika Dursasana atau Duryudana mengetahui akan tindakan Arjuna?

Atau Drupadi? Atau Mastani sendiri yang mengetahui hal tersebut?

***

Cerita ini di buat iseng-iseng aja, tidak sepenuhnya mengikuti alur Mahabharata, akan ada banyak hal yang di ubah terutama tentang peperangan Bharatayuddha

TBC

***

Mastani Venenum WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang