Chapter 4

281 28 3
                                    

Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
***

Harum semerbak bunga Lavender, memenuhi indra penciuman, angin yang berhembus menerbangkan beberapa anak rambut

Tubuh yang indah dan sehat, rambut ikal yang dibiarkan terurai, kaki yang di hiasi oleh gelang kaki serta hena yang tergambar di kakinya

Tatapan mata pun naik ke atas, melihat betapa lentiknya bulu mata itu, dan bibir semerah buah ceri

Matanya pun kemudian bertatapan dengan sepasang mata lain yang kini melihat ke arahnya

Mata berwarna biru, warnanya sangat menenangkan namun menghanyutkan membuat siapapun yang menatapnya akan terlena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata berwarna biru, warnanya sangat menenangkan namun menghanyutkan membuat siapapun yang menatapnya akan terlena

Sesaat keduanya saling bertatapan, tanpa di sadari sang gadis, bahwa tatapan itu meninggalkan kesan yang indah bagi sang pria

Pria itu kini dapat melihat dengan jelas keindahan sang gadis
'betapa indahnya ciptaan Dewa yang satu ini'batin sang pria

"Siapa kau?"suara lembut itu mengalun indah di telinga sang pria yang sedari tadi menatapnya dengan kagum

Sang pria yang terlena pun hanya diam, sementara yang di tatap pun mengerutkan keningnya tidak suka

"Berani-beraninya kau memasuki wilayah ku"suara yang awalnya lembut kini berubah menjadi tegas

Dan lebih mengejutkan lagi sebuah pedang sudah di todongkan pada si pria, membuat pria itu sekali lagi kagum

"Turunkan pedangmu nona, aku hanya tersesat"ucap si pria membuat gadis di depannya menatapnya tajam, pedang tetap tidak ia turunkan

"Alasan mu tidak dapat di terima, apakah kau penyusup!?"cerca si gadis, membuat sang pria tersenyum tipis

"Aku minta maaf karena sudah menginjakkan kaki ku di wilayah mu, namun ketahuilah bahwa aku bukan penyusup"jawab si pria dengan senyuman tipisnya

Baru saja si gadis ingin menjawab terdengar sebuah suara dari seberang
"Yang Mulia Putri, Para Pangeran akan pulang dari tempat perguruan hari ini"ucap salah seorang pelayan si gadis

Mastani yang mendengar itu pun terdiam, kemudian ia menurunkan pedangnya, namun tatapannya masih sama

Ia kemudian melangkah ke samping sang pria
"Pergilah, jika aku kembali dan masih mendapati mu berada disini maka aku tidak akan segan untuk melukai mu"

Setelah itu bunyi gelang kaki itu pun menjauh dari taman tersebut meninggalkan sang pria yang terdiam kaku

Nyatanya sang pria tidak tersesat, awalnya ia hanya melewati istana namun tercium harum bunga yang begitu kuat, membuatnya sampai menyelinap ke dalam istana untuk datang ke taman Mastani

Sedangkan di sisi lain, dengan semangat Mastani berlari sambil tersenyum senang, kakak-kakaknya akan pulang

Dengan semangatnya ia mempersiapkan segala yang di perlukan untuk penyambutan kakak-kakaknya

Mastani Venenum WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang