***
“Eh itu Gus Husain lagi jalan kesini ya?” ucap Ayesha‚ gugup.
Nadira dan Shakira menoleh dan agak gugup ketika melihat Gus Husain mendekat kearah mereka. Entah apa yang dikatakan pria itu pada mereka.
“Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumusalam..”
“Bagaimana keadaan Kahira? Apa ada kemajuan?” Gus Husain bertanya kepada Shakira.
Shakira menggeleng pelan‚ ia menoleh sambil menatap Kahira yang murung.
“Tidak‚ Gus! Kahira masih murung dan seperti terlihat trauma.” jawab Shakira‚ pelan.
Terdengar nafas panjang Gus Husain‚ ia pun meminta kepada ketiga teman Kahira untuk membiarkan dirinya berbicara empat mata dengan Kahira. Tentu saja tetap di awasi karena takut ada timbul fitnah.
Setelah ketiga gadis itu pergi‚ Gus Husain duduk disebelah Kahira. Namun tetap ada jarak untuk memisahkan mereka karena bukan mahram.
“Masih belum melupakan kejadian itu?” tanya Gus Husain. Kahira menoleh dengan wajah datar tapi lelah.
Gus Husain menatap Kahira dengan lembut, penuh empati. Ia tahu betul bagaimana perasaan yang mungkin sedang bergemuruh dalam diri gadis itu, bagaimana sulitnya melupakan pengalaman yang begitu mengguncang. Sambil menghela napas, ia pun mulai menasihati Kahira dengan suara lembut.
“Kahira, saya paham, kejadian itu pasti sangat membekas dalam hatimu. Terkadang, apa yang kita alami memang sulit dihapus begitu saja dari ingatan, apalagi kalo itu membuat kita takut atau bahkan merasa kehilangan kendali. Namun, hidup ini memang penuh ujian, dan Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya.”
Kahira menundukkan kepala, menggigit bibirnya dengan raut wajah yang berat. “Tapi, Gus... setiap kali saya menutup mata, bayangan itu seperti datang lagi. Saya merasa seolah-olah masih berada di sana, di tempat yang gelap dan asing. Sulit sekali bagiku untuk melupakannya.”
Gus Husain tersenyum kecil. “Kamu tahu, Kahira, ada banyak kisah orang-orang terdahulu yang pernah menghadapi pengalaman berat, bahkan lebih menakutkan. Misalnya, Nabi Yunus yang ditelan ikan besar. Dalam gelapnya perut ikan itu, beliau terus berzikir dan memohon ampun pada Allah hingga akhirnya Allah menyelamatkannya. Bayangkan saja, bagaimana beliau menghadapi ketakutan dan kesepian yang begitu pekat. Tapi dengan keikhlasan dan keyakinan, beliau berhasil keluar dari ujian itu.”
Kahira menatap Gus Husain, tampak ada sedikit ketenangan di matanya. “Jadi, menurut Gus, saya harus mencoba lebih ikhlas dan berserah pada Allah, begitu?”
“Betul, Kahira,” jawab Gus Husain sambil mengangguk.
“Ikhlas dan tawakal. Jika kamu mau mencoba memandang pengalaman itu sebagai ujian dari Allah, lambat laun, insya Allah, rasa takutmu akan mereda. Seringlah berzikir dan mintalah kekuatan pada-Nya. Insya Allah, Allah akan memberikan ketenangan dan membantumu melupakan hal-hal yang mengganggu pikiranmu.”
Kahira menghela napas panjang, kali ini lebih ringan. Ia mulai merasa ada harapan untuk berdamai dengan peristiwa itu. Meski tidak akan mudah, ia bertekad untuk mencoba.
...
Siang itu‚ Kahira sudah jauh lebih baik dan mulai ceria seperti biasanya. Akan tetapi tetap saja membuat Shakira khawatir.
“Eh‚ Ra. Tadi aku denger santriwati bilang buah rambutan nya keluarga Ndalem udah berbuah‚ mana merah-merah lagi!” ucap Ayesha‚ bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomanceJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...