Kebersamaan

1.1K 44 16
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***

Sesampainya di ruang konseling‚ Gus Husain sedikit terkejut melihat Kahira dan Ayesha yang datang bersama Gus Jidan. Pasalnya ia tau‚ bahwa Kahira baru saja mengalami kejadian mengerikan dan membuat gadis itu trauma. Dan kenapa sekarang gadis itu sudah membuat ulah lagi? Apakah dia sudah melupakan kejadian itu? Pikir Gus Husain.

“Ada apa ini‚ Gus Jidan?” tanya Gus Husain.

“Saya melihat mereka berdua mencuri rambutan.” jawab Gus Jidan.

Gus Husain beralih menatap kedua santri nya‚ tidak heran jika Kahira berulah. Tapi kini? Ia malah memanggil teman se asrama nya. Sungguh tidak ada akhlak.

“Begini kah hasil dari ajaran yang ada di pesantren ini‚ Kahira?” tanya Gus Husain‚ tegas.

Kahira menggeleng sambil menunduk. Ia berubah menjadi takut ketika di marahi. Padahal sebelum-sebelumnya‚ ia begitu berani menyangkal setiap ucapan dan pertanyaan dari Gus nya itu.

“Apa pesantren pernah mengajarkan kamu untuk mencuri? Terlebih milik keluarga Ndalem.” ujar Gus Husain.

“Saya sudah tidak heran jika kamu berulah‚ tapi kenapa sekarang kamu malah memanggil teman mu? Kamu tidak ingin di hukum sendirian lagi?” tanya Gus Husain‚ ia malah menyudutkan Kahira.

Kahira terus menunduk dalam‚ ia tau jika perbuatan nya itu salah. Tapi ia menyukai rambutan. Ayesha merasa bersalah‚ ia tidak ingin Kahira yang terus disalahkan. Lalu ia pun mengangkat kepala nya guna menatap Gus nya.

Afwan‚ Gus. Saya yang mau mengikuti Kahira mengambil rambutan‚ jadi ini kesalahan kami berdua bukan hanya Kahira.” jelas Ayesha. Gus Husain dan Gus Jidan saling pandang.

“Jangan karna Kahira teman mu‚ kamu malah ingin melindungi nya.” sela Gus Jidan. Ayesha menggeleng.

“Tidak‚ Gus. Saya jujur‚ dan memang ini kesalahan kami bukan hanya Kahira sendiri.” ujar Ayesha‚ yakin. Gus Husain dan Gus Jidan pun hanya bisa menganggukkan kepala mereka.

“Baik kalo begitu‚ kalian berdua dihukum karena berani mencuri. Dan hukuman nya‚ setelah sholat Ashar membersihkan ruangan kelas.” ucap Gus Husain.

Sebenarnya ia ingin memberi hukuman membersihkan ruangan perpustakaan. Tapi ia ingat jika Kahira baru saja mengalami kejadian mengerikan itu dan tempat terakhir berada di perpustakaan. Ia tidak ingin jika santrinya kembali trauma hanya karna hukuman darinya. Kahira dan Ayesha pun mengangguk dan pamit pergi dari sana.

Sementara itu‚ Gus Jidan duduk di sofa yang ada di ruangan konseling itu. Ia bersandar sambil menatap Gus Husain yang kembali fokus pada kertas-kertas di hadapannya.

“Emang santri kamu yang itu sudah biasa berulah ya‚ Gus?” tanya Gus Jidan. Gus Husain mengangguk.

“Hm‚ dan saya sudah capek ketika mendengar nama nya selalu saya absen di sini.” jawab Gus Husain.

“Astaghfirullah.. ada ada aja kelakuan nya‚ kayaknya dia suka sama kamu Gus.” ucap Gus Jidan‚ menebak.

“Jangan sembarangan‚ Gus. Saya tidak akan pernah suka dengan santri yang tidak punya akhlak seperti Kahira‚ lagipula dia santriwati disini.” sela Gus Husain.

Gus Jidan terkekeh. “Awas nanti malah menjilat ludah sendiri loh‚ Gus.” ledek Gus Jidan.

“Sudahlah‚ kamu memang tidak pernah senang jika tidak meledek saya. Pergi sana‚ pengacau!”

“Kalo sampe nikah‚ aku orang pertama yang ngetawain kamu‚ Gus. Hahaha..” ledek Gus Jidan sebelum mendapat pukulan dari Gus Husain.

Gus Jidan pun pergi dari sana sambil tertawa setelah puas meledek teman nya itu. Gus Husain memijat kening nya karena merasa pusing dengan tingkah Gus Jidan. Belum lagi memikirkan tentang pekerjaan nya.

Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang