***
Malam hari yang tenang‚ para santri baru saja melaksanakan sholat isya dan menunggu sampai selesai nya ceramah.
Ceramah yang dibawa Ustadz Azzam bertemakan 'menjaga hati dan lisan dalam kehidupan sehari-hari.'
Dengan suara tenang namun penuh wibawa‚ Ustadz Azzam mengajak para santri untuk merenungkan bagaimana pentingnya menjaga hati agar tetap bersih dari prasangka buruk dan menjaga lisan agar tidak melukai orang lain.
Beliau menyampaikan‚ 'Hati yang bersih akan membawa kedamaian‚ sementara lisan yang terjaga akan menyebarkan kebaikan di sekeliling kita.'
Para santri mendengarkan dengan khidmat‚ sesekali mencatat poin-poin penting yang dirasa perlu diingat. Di antara mereka‚ Kahira terlihat sesekali membisikkan sesuatu kepada Ayesha dan Nadira‚ mungkin bercanda kecil untuk mencairkan suasana.
Sementara Shakira menatap ke arah ustadz dengan fokus penuh‚ mencoba menyerap setiap kata yang disampaikan.
Hingga akhirnya ceramah itu selesai dan waktunya makan malam sebelum tadarusan. Di tengah-tengah aktivitas makan itu‚ tiba-tiba saja Kahira berucap yang membuat ketiga teman nya hampir tersedak.
"Aku mau confess sama Gus Husain‚" ucap Kahira‚ pelan.
Shakira menoleh dengan alis terangkat tinggi. "Hah? Kamu serius? Emang berani?" tanyanya setengah berbisik namun jelas terdengar oleh Ayesha dan Nadira.
Ayesha langsung terbatuk kecil‚ menutupi mulutnya dengan tangan. Sementara Nadira mencoba menahan tawa‚ meski bibirnya sudah bergetar hebat. "Ra‚ kamu nggak lagi bercanda kan?" Nadira berkata sambil menatap tajam‚ mencari tanda-tanda bahwa itu hanyalah lelucon khas Kahira.
Namun Kahira malah memasang ekspresi serius‚ meski matanya memancarkan keusilan.
"Kalian ini kenapa‚ sih? Kok kaget banget pas aku bilang mau confess ke Gus Husain‚ apa salah nya coba? Gus Husain itu kan dingin sama perempuan‚ cuek cuek manis‚ ganteng apalagi‚ terus kharismatik. Yaa... Meskipun galak!" katanya sambil menggigit sendoknya dengan penuh gaya dramatis.
Ning Sekar yang kebetulan ingin melintas saat itu‚ berhenti sejenak di luar pintu aula makan‚ mendengar dengan jelas percakapan Kahira dan teman-temannya.
Wajahnya memerah. entah karena malu‚ kesal‚ atau khawatir. Sebagai putri dari Kyai yang disegani‚ Ning Sekar memang sudah lama merasa ada tekanan untuk menjaga hubungan baik dengan Gus Husain. Apalagi Kyai Hamid- Aba Ning Sekar- adalah kerabat dekat Kyai Ibrahim.
Saat mendengar nama Gus Husain disebut terlebih dalam pembicaraan Kahira dan teman-teman nya‚ Ning Sekar langsung merasa gusar.
"Apa benar Gus Husain dingin sama aku karna dia tertarik sama santriwati seperti anak itu?" pikirnya‚ dadanya berdebar campur aduk.
Tak ingin mengambil risiko‚ Ning Sekar segera melangkah cepat menuju kamar pribadinya. Sesampainya di sana‚ ia mengambil ponsel dan mengetik pesan kepada Aba-nya‚ mencoba menyusun kata-kata agar tidak terkesan memaksa. Setelah beberapa detik‚ ia memutuskan untuk langsung menelepon.
"Assalamu'alaikum‚ Aba‚" suaranya terdengar hati-hati.
"Wa'alaikumusalam‚ ada apa‚ Sekar?" suara di ujung telepon terdengar hangat namun penuh wibawa.
"Aba‚ Sekar cuma mau menyampaikan... Apa tidak lebih baik kalau Aba mempertimbangkan untuk menjodohkan Sekar dengan Gus Husain? Supaya hubungan keluarga kita makin erat‚ dan... dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,‚" ucapnya‚ mencoba menyembunyikan kecemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomanceJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...