***
Setelah melaksanakan sholat subuh‚ Kahira‚ Shakira‚ Ayesha dan Nadira masih latihan ringan untuk mengikuti lomba-lomba tersebut.
“Ra‚ kamu ikut lomba apa?” tanya Shakira‚ penasaran.
Di hari-hari kemarin‚ Kahira tidak memberi tau bahwa dirinya mengikuti lomba yang mana. Kahira yang mendengar pertanyaan itu tersenyum tipis.
“Kepo amat!” balas Kahira.
Shakira hanya bisa menghela nafas saat mendengar jawaban Kahira yang bisa saja membuat esmochi.
“Yaudah kalo nggak mau ngasih tau‚ aku sih cuma nanya.” ucap Shakira‚ santai.
Kahira terkekeh lalu kembali melakukan kegiatan nya. Kegiatan gadis itu tidak luput dari perhatian Ayesha dan Nadira. Mereka berdua juga penasaran dengan lomba apa yang Kahira ambil.
“Kamu tebak‚ Dia bakal ambil lomba apa?” Ayesha berbisik pada Nadira.
Nadira menoleh sekilas lalu mengangkat bahu nya‚ “Nggak bisa nebak‚ Ay. Soalnya opsi nya ada dua‚ antara ceramah sama debat.”
Ayesha menatap Kahira yang sedang bersiap-siap‚ “Debat. Aku yakin dia pilih debat‚ soalnya kalo ceramah‚ dia tuh gampang gugup.”
Nadira pun menganggukkan kepalanya‚ “Bisa jadi‚”
...
Pagi yang cerah di pesantren Al-Jabbar terasa istimewa dengan kedatangan tamu istimewa‚ yaitu Kyai Hasan dan Umi Leya. Keduanya adalah kerabat dekat yang sangat dihormati oleh Kyai Ibrahim dan Umi Maryam.
Sesampainya di Ndalem‚ tempat tinggal Kyai Ibrahim‚ kedatangan mereka disambut dengan hangat dan penuh keakraban. Umi Maryam dengan senyumnya yang lembut menghidangkan teh hangat dan kudapan untuk menemani perbincangan mereka pagi itu.
“Alhamdulillah‚ senang sekali bisa berkumpul di sini. Sudah lama rasanya tidak bertemu. Bagaimana kabar di pesantren Al-Syuhada‚ Kyai Hasan?”
Kyai Hasan mengangguk sambil tersenyum‚ “Alhamdulillah‚ baik. Semuanya berjalan lancar. Kami juga sangat senang diundang ke sini. Bagaimana kabar santri-santri di Al-Jabbar? Apakah mereka semakin bersemangat menuntut ilmu?”
Umi Leya pun menambahkan‚ “Kami sering mendengar kabar baik tentang pesantren ini. Pasti banyak perubahan sejak terakhir kali kami ke sini.”
Umi Maryam tersenyum sambil menatap suaminya‚ “Iya‚ banyak hal baru. Bahkan para santri kini lebih giat dan kreatif. Kami merasa bangga dengan semangat mereka.”
Obrolan ringan itu pun berlangsung hangat. Dua keluarga ulama yang bersahabat ini terlihat akrab dan penuh kebersamaan. Ada rasa bahagia dan syukur yang terlihat di wajah mereka‚ seolah mengingat kembali masa-masa perjuangan mereka dalam merintis pesantren dan mengajarkan ilmu kepada santri-santri mereka.
...
Kyai Ibrahim mengajak Kyai Hasan untuk berkeliling sembari melihat-lihat lapangan yang sudah didirikan sebuah tenda untuk acara perlombaan yang akan di adakan.
“Wah‚ hiasan nya indah sekali. semoga lancar ya acara perlombaan nya.” ucap Kyai Hasan dengan nada kagum.
“Aamiin...”
Saat sedang melihat-lihat hiasan yang ada di tenda itu‚ tak sengaja Kyai Hasan melihat Kahira yang sedang berjalan dengan melamun. Raut wajah nya murung seperti banyak pikiran.
“Kyai‚ dia santriwati tingkat berapa ya?” tanya Kyai Hasan‚ penasaran.
Kyai Ibrahim menoleh ke arah yang di tuju Kyai Hasan. Mata nya melihat dengan seksama Kahira yang terlihat murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomanceJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...