SELAMAT MEMBACA...
***
Malam itu‚ setelah Gus Husain dan Ning Aisha mengantarkan Kahira kembali ke asrama‚ Kahira berterima kasih dengan tulus kepada keduanya.
Ia menyadari sesuatu yang istimewa saat melihat tatapan Ning Aisha kepada Gus Husain-tatapan penuh kekaguman dan perasaan yang tak mampu disembunyikan.
Sepulangnya dari pertemuan itu‚ Kahira tak bisa memejamkan mata‚ pikirannya berputar tentang kemungkinan Ning Aisha akan meminta dijodohkan dengan Gus Husain.
Malam itu hujan deras mengguyur tanpa henti‚ suara rintik yang terus-menerus menimpa atap pondok menemani gelisah Kahira yang terbaring di atas ranjang.
Matanya sulit terpejam‚ pikirannya dipenuhi kekhawatiran bahwa mungkin saja Ning Aisha‚ suatu saat akan meminta untuk dijodohkan dengan Gus Husain.
“Gimana kalo nanti‚ Ning Aisha minta di jodohkan dengan Gus Husain? Kok aku kayak nggak rela yaa liat Gus Husain bersanding bersama orang lain?” gumam Kahira‚ di sela tidurnya.
***
Pagi hari setelah hujan selalu terasa segar. Embun masih menempel di dedaunan‚ dan aroma tanah basah memenuhi udara.
Matahari mulai muncul malu-malu dari balik awan‚ memancarkan cahaya lembut yang memantul di atas tetesan air.
Suara burung-burung terdengar nyaring‚ seolah merayakan kesegaran baru setelah hujan semalam.
Kahira beserta kedua temannya berjalan pelan-pelan di sekitar taman pesantren‚ menikmati udara pagi yang segar setelah sesi Tadarus Al-Qur'an sejak subuh tadi.
“Aku jadi kangen sama Shakira‚” ucap Kahira tiba-tiba‚ sambil menatap hamparan rumput yang masih basah oleh embun.
Ayesha menoleh dan tersenyum kecil‚ “Iya ya‚ tanpa Shakira kayaknya kita jadi kurang lengkap‚”
Nadira mengangguk‚ “Bener. Shakira memang diam aja kalau kita bahas hal-hal yang kurang bermanfaat‚ Tapi aku kangen kalo dia udah negur kalo kita udah kebablasan.”
Kahira menghela napas panjang‚ “Iya‚ rasanya sepi tanpa dia yang selalu ngingetin kita biar nggak kebablasan. Kapan ya dia pulang kesini?”
Ayesha dan Nadira diam sejenak‚ mungkin merasakan hal yang sama. Mereka bertiga melangkah tanpa banyak bicara‚ menikmati kedamaian pagi yang baru saja tersapu hujan.
“Eh‚ coba bayangin deh‚ kalo Shakira di sini sekarang‚ pasti dia langsung kasih kita ceramah pagi-pagi soal manfaat diam dan nggak ngomongin hal yang nggak penting‚” kata Nadira sambil tertawa kecil‚ mencoba mencairkan suasana.
Kahira ikut tertawa‚ membayangkan wajah Shakira yang serius‚ tapi juga penuh perhatian. “Iya‚ dia pasti bilang‚ 'Kalian ini kapan mau mulai dewasa?'”
Ayesha ikut tersenyum‚ ”Tapi jujur‚ aku juga kangen‚ sih. Ada Shakira tuh rasanya lengkap. Dia kayak kakak kita yang selalu ngingetin buat jalan lurus.”
Mereka bertiga saling pandang‚ merasa lebih dekat dari sebelumnya karena merindukan sahabat yang seolah menjadi perekat persahabatan mereka.
”Semoga Shakira segera pulang dan bisa kumpul lagi sama kita ya‚” kata Kahira dengan penuh harap.
Ayesha dan Nadira mengangguk setuju‚ dan mereka pun melanjutkan langkah mereka‚ kini dengan hati yang lebih ringan‚ seolah pagi itu memberi mereka semangat baru untuk menunggu kedatangan Shakira.
***
Setelah sholat Dzuhur‚ pesantren kedatangan tamu istimewa‚ yaitu Ustadzah Rania‚ adik dari Umi Maryam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
Roman d'amour"Saya memang menyukaimu Gus‚ Gus berhak untuk tidak menyukai Saya‚ dan Gus juga berhak menentukan siapa yang akan menyempurnakan ibadah Gus!" --- Kahira. "Begitu‚ ya? Baiklah... Jika begitu‚ saya memilih kamu untuk menyempurnakan ibadah saya." --- G...