Perasaan Gus Husain

1K 35 11
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***

“ARGHH!!”

Gus Jidan dan Shakira terkejut mendengar teriakkan itu‚ Shakira langsung tersadar bahwa Kahira berada di rak paling belakang.

“Gus... Kahira!” ucap Shakira dengan nada panik.

Kedua orang yang berjenis kelamin berbeda itu langsung berjalan dengan cepat menuju rak paling belakang.

Mereka berdua terkejut melihat Kahira yang menempel di rak dengan kaki yang berada di rak paling bawah.

“Ra‚ kamu kenapa?” tanya Shakira dengan nada khawatir.

Kahira menoleh dengan raut wajah yang takut. “Ada kecoak‚ huhuhu... Takut!” Kahira menjawab dengan nada bergetar.

Shakira dan Gus Jidan menghela nafas lega mendengar jawaban Kahira. Untung saja tidak ada hal yang berat membuat trauma gadis itu kembali.

“Yaudah sekarang kamu turun‚ nanti rak nya nimpa kamu.” ucap Shakira membuat Kahira sedikit kesal sambil turun perlahan.

“Di kira aku gendut apa sampe rak nya bakal ikut jatuh.” sahut Kahira‚ sedikit kesal.

Kemudian mengambil buku yang ia ingin ambil dan memeluk nya di depan dada. Mata nya membola melihat keberadaan Gus Jidan dan langsung menunduk lalu menyapa guru nya itu.

“Eh‚ ada Gus Jidan. Assalamu alaikum‚ Gus!” sapa Kahira dengan ramah.

Gus Jidan mengangguk‚ “Wa alaikumusalam.”

“Yuk balik‚ liat tuh udah jam 9.” ajak Shakira lalu menarik pelan lengan Kahira.

“Gus‚ kamu pulang dulu. Assalamu alaikum.”

***

Keesokan harinya‚ setelah sholat Dzuhur dan makan siang‚ langit perlahan mulai gelap‚ dihiasi awan mendung yang menggantung rendah.

Udara terasa lembab‚ pertanda hujan akan segera turun. Suasana di sekitar pesantren menjadi hening‚ hanya terdengar bisikan angin yang menggerakkan dedaunan.

Di saat para santri lain bergegas kembali ke asrama‚ Kahira justru terlihat terburu-buru menuju masjid. Ada rasa cemas di wajahnya‚ mengingat Al-Qur'an yang tertinggal setelah Tadarus tadi.

Sesampainya di masjid‚ Kahira langsung masuk dan mencari-cari Al-Qur'an miliknya di tempat biasanya.

Setelah beberapa saat‚ akhirnya ia menemukannya di sudut rak. Dengan napas yang sedikit lega‚ ia hendak melangkah keluar.

Namun‚ langkahnya terhenti seketika saat melihat hujan deras mulai turun. Butiran hujan menimpa tanah dan atap masjid‚ menciptakan suara yang menenangkan sekaligus mendominasi suasana siang itu.

Kahira terdiam sejenak‚ memandangi derasnya hujan yang turun tanpa jeda. Ia tampak kecewa karena terjebak di masjid tanpa payung.

Ia akhirnya memilih untuk berjongkok di dekat pintu‚ menatap derasnya air yang menghantam halaman pesantren. Perlahan‚ Kahira  berdiri dan berjalan mendekati tangga masjid dan mengulurkan tangannya‚  membiarkan tetesan hujan yang dingin menyentuh kulitnya.

Ada raut haru yang muncul di wajahnya‚ seolah menikmati momen kecil dalam kesendiriannya.

Tanpa Kahira sadari‚ Ternyata Gus Husain berada di dalam masjid bersama Gus Jidan. Keduanya sedang duduk di salah satu sudut masjid.

Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang