***
Hari-hari terus bergulir hingga tanpa terasa‚ Kahira dan teman-teman seperjuangan mereka yang berada di tingkat 2 akhirnya menapaki jenjang berikutnya‚ naik ke tingkat 3.
Perjalanan belajar mereka kini semakin menantang dan penuh tanggung jawab. Namun‚ ada momen yang sedikit melankolis di awal semester ini‚ yakni perpisahan dengan kakak kelas tingkat 3 yang telah lebih dulu menyelesaikan masa belajar mereka.
Kehangatan dan canda tawa bersama kakak-kakak kelas yang selama ini menjadi panutan bagi Kahira dan santri lainnya‚ perlahan digantikan oleh rasa rindu dan harapan akan kesuksesan mereka di luar sana. Kini‚ giliran Kahira dan teman-temannya yang memegang peran sebagai kakak kelas‚ siap menginspirasi adik-adik di bawah mereka.
Shakira‚ Kahira‚ Ayesha dan juga Nadira mendekati Arum dan teman-teman nya. Mereka adalah santri senior yang tidak pernah gila hormat dan senioritas terhadap santri junior.
Arum tersenyum saat melihat keempatnya mendekat. “Wah‚ udah siap jadi kakak kelas yang akan mengayomi para adik-adik‚ nih?” candanya‚ seraya melirik mereka satu per satu.
Shakira tersenyum malu-malu‚ “InsyaAllah‚ Kak. Kami masih belajar banyak dari kakak-kakak semua.”
“Bener‚ Kak! Meski kalian udah lulus‚ kami akan mencoba menjaga semangat kebersamaan yang selama ini kakak-kakak tanamkan kepada kami.” timpal Ayesha sambil tersenyum.
Salsa tertawa kecil‚ “Kalian pasti bisa! Yang penting ingat untuk selalu rendah hati dan saling membantu. Tidak ada senioritas di sini‚ yang ada hanya saling menuntun dan menginspirasi.”
Nadira menatap Salsa dengan mata yang berbinar‚ “Itu yang selalu kami kagumi dari Kak Arum‚ Kak Salsa dan teman-teman. Kalian nggak pernah memperlakukan kami seperti junior yang harus tunduk dan patuh tanpa alasan. Justru‚ kalian selalu membimbing kami dengan penuh kasih sayang.”
Kahira yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian akhirnya menambahkan‚ “Kami pasti kangen banget sama kalian‚ Kak Arum. Makasih ya untuk semua pelajaran dan kenangan indah yang sudah diberikan. insyaAllah kami yang akan meneruskan kebaikan dan kebersamaan yang diciptakan Kak Arum dan teman-teman.”
Arum tersenyum lembut‚ mengusap kepala Kahira dengan sayang‚ “Terima kasih‚ Kahira. Kalian adalah generasi yang luar biasa. Kami percaya‚ kalian akan membawa pesantren ini menjadi lebih baik lagi.”
Mereka semua saling tersenyum‚ dengan perasaan hangat yang tersisa di antara percakapan itu. Arum dan teman-teman nya kembali pada acara perpisahan itu.
“Nggak nyangka ya? Kita udah naik kelas aja‚” ucap Kahira‚ pelan.
Shakira menoleh‚ “Namanya juga hidup‚ Ra. Pasti terus berjalan lah.”
Kahira mengangguk‚ lalu menoleh dan menatap ketiga teman nya. “Nanti kalo udah lulus‚ kalian mau kemana?”
Ayesha tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan Kahira. “Aku sih pengen nya jadi Ustadzah di pesantren ini‚” jawabnya.
“Tapi aku juga pengen kuliah‚ mungkin ambil jurusan pendidikan Islam atau bahasa Arab. Jadi‚ sambil belajar lebih dalam‚ aku bisa ngajar dan berbagi ilmu di pesantren.”
Kahira mengangguk paham. “Wah‚ keren banget‚ ya. Jadi Ustadzah di pesantren ini bakal jadi impian yang luar biasa. Semoga tercapai‚ ya.”
Ayesha tersenyum‚ lalu menoleh ke Nadira. “Kalau kamu‚ Nad?”
Nadira menghela napas pelan‚ tampak sedikit bingung. “Aku masih belum tau‚ sih. Rasanya banyak pilihan‚ tapi aku belum nemuin yang bener-bener pengen aku jalanin. Mungkin aku butuh waktu untuk cari tau dulu. Sementara ini‚ aku pengen fokus menyelesaikan sekolah dengan sebaik mungkin.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomansaJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...