***
Keesokan harinya‚ Kahira terlihat sudah jauh lebih baik setelah kemarin keracunan makanan ringan. Wajahnya kembali cerah‚ dan ia terlihat duduk di gazebo— yang dekat dengan dapur— sambil menikmati segelas teh hangat.
Nadira‚ yang baru saja selesai dari dapur menghampiri nya dengan wajah lega.
“Ra‚ Alhamdulillah kamu udah mendingan. Muka kamu juga udah nggak se pucat kemarin.” ujar Nadira sambil meletakkan sepiring roti bakar di meja. “Kamu bikin kita khawatir banget kemarin.”
Kahira tersenyum tipis. “Iya‚ aku juga kaget. Nggak nyangka makanan kemarin itu bisa bikin aku keracunan.”
Nadira mengangguk sambil duduk di samping Kahira. “Iya‚ soalnya bakso dan es teh itu kan keliatannya aman-aman aja. Tapi mungkin saus atau minuman yang dipakai nggak bersih.”
Shakira tiba-tiba muncul dari arah dapur sambil membawa buku yang selalu ia bawa. “Semalam aku ada tanya-tanya sama Suster Ziva tentang gejala keracunan. Katanya‚ itu bisa jadi karena bakteri dari makanan yang nggak disimpan dengan benar.”
Ayesha yang baru saja keluar membawa tambahan cemilan‚ menimpali‚ “Tapi serius‚ Ra‚ aku nggak habis pikir kamu bisa makan itu. Padahal pas aku lihat bakso-nya‚ sausnya warnanya aneh banget.”
Kahira tertawa kecil‚ meski masih sedikit lemas. “Habis gimana‚ aku udah lapar banget waktu itu. Lagipula kalian tau kan kalo nggak habisin makanan yang udah di ambil nanti malah mubadzir.”
Shakira menghela napas panjang. “Ya‚ tapi mulai sekarang hati-hati‚ ya. Jangan cuma lihat enaknya aja. Perhatiin juga kebersihannya.”
“Pelajaran buat kita semua‚ sih‚” tambah Shakira sambil duduk bersama mereka.
Ayesha mengangguk setuju sambil menyerahkan sepiring pisang goreng. “Iya‚ mulai sekarang kita harus lebih teliti‚ terutama kalau makan di luar. Kalau ragu‚ mending jangan.”
Nadira tersenyum sambil melirik ke arah Kahira. “Tapi tetap aja‚ Ra. kamu tuh juara soal nggak bisa nolak makanan. Apalagi kalau udah lapar banget.”
Kahira tertawa kecil. “Iya‚ iya‚ aku kapok. Pokoknya nanti kalau aku lapar dan mulai ceroboh‚ kalian ingetin aku‚ ya.”
Shakira menepuk pundak Kahira pelan. “Pasti‚ kita semua saling jaga. Tapi kamu juga harus belajar bilang ‘nggak’ kalau ada makanan yang mencurigakan.”
Sambil mengunyah pisang goreng‚ Ayesha tiba-tiba berkata‚ “Kamu tuh keliatan banget suka sama Gus Husain‚ Ra.”
Kahira terkejut dan menatap Ayesha‚ “Loh‚ iya kah? Masa sih‚ berarti Gus Husain nyadar dong?”
Ayesha mengangkat kedua bahunya acuh‚ seolah tidak ingin tahu-menahu soal itu. Kahira mendengus melihat respon Ayesha dan ikut memakan pisang goreng itu.
“Mungkin nggak ya kalo aku confess‚ Gus Husain nggak bakal ilfeel sama aku?”
...
Langit sore mulai memerah di atas pesantren‚ angin sepoi-sepoi menggerakkan daun-daun di taman. Kahira berdiri di dekat pohon mangga yang berada di dekat ruangan guru‚ gadis itu berniat mencari angin karena merasa bosan di kamar asrama.
Awalnya‚ Ayesha dan Nadira ingin ikut‚ tapi Kahira melarang karena dirinya ingin menikmati waktu sendiri.
Suara langkah pelan terdengar mendekat. Gus Husain berhenti beberapa langkah darinya‚ menjaga jarak yang cukup sopan. Ia menundukkan kepala sedikit‚ suaranya tenang namun mengandung nada ingin tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomansaJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...