PART 19

103 18 70
                                    

Zhiguang terbaring lemah di lantai ruang kerja Junjie, tubuhnya terkulai lemas dengan berlumuran darah yang mengalir deras, menciptakan genangan merah yang terus melebar di bawahnya.

Wajahnya pucat, bibirnya bergetar menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Peluru itu telah merobek bagian dalam tubuhnya, meruntuhkan kekuatannya dan membiarkannya terkapar tanpa daya di ruangan yang kini dipenuhi aroma besi dan kepedihan.

Zhiguang terengah-engah, setiap napas terasa seperti belati yang menancap lebih dalam ke dalam luka.

Tangannya gemetar saat berusaha menekan bagian sisi perutnya yang terluka oleh tebakan, namun usahanya sia-sia.

Darah yang keluar begitu banyak, membasahi pakaiannya, lantai, dan perlahan mengalir mendekati meja kerja Junjie yang selama ini menjadi saksi bisu banyak kenangan mereka.

Bayangan Junjie masih terlintas di pikirannya, setelah menembak Zhiguang menggunakan pistol, Zheming membawa sosok kekasihnya pergi dengan air mata yang mengalir di wajah cantiknya, meninggalkannya sendiri dalam keadaan sekarat.

Rasa sakit luka tembakan tak sebanding dengan luka yang perlahan mengoyak hatinya, dia sudah menduga hal ini cepat atau lambat akan terjadi.

Zhiguang mencoba bertahan, namun tubuhnya semakin berat, pandangannya mulai kabur, dan kesadarannya berangsur-angsur menghilang.

_________


Di dalam kamar , Huang Junjie berusaha menahan rasa panik yang merayap ke seluruh tubuhnya.

Kilasan kejadian di ruang kerjanya kembali memenuhi kepalanya, saat Zheming sungguh-sungguh menembak Zhiguang.

Darah segar mengucur membasahi bajunya, dalam ketidakberdayaan Junjie mencoba menggapai Zhiguang, tapi tubuhnya di tahan dan dibawa pergi.

Meninggalkan Zhiguang sendirian diruangan itu dengan luka yang pastinya sangat menyakitkan.

Junjie berteriak memanggil Wei Zheming, dengan harapan bisa membujuknya untuk membuka pintu.

Suaranya menggema di dinding, menembus keheningan yang menyakitkan.

"Zheming!...Tolong buka pintunya! Aku harus pergi, aku harus menyelamatkan Zhiguang!" teriak Junjie, suaranya penuh desakan dan ketakutan.

Dari luar, Zheming menjawab dengan nada tenang namun penuh ancaman.

"Kau tidak bisa pergi, Junjie. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengan bajingan itu."

"Dia butuh aku! Aku harus membantunya! Dia terluka parah sekarang hiks" Junjie terus berusaha memukul pintu, rasa putus asa menyelimuti hatinya, ketakutan akan kehilangan Zhiguang hinggap di dadanya.

Zheming mendekatkan wajahnya ke pintu, suaranya lebih dalam dan menakutkan.

"Dia tidak akan selamat, mayatnya akan kubuang besok pagi"

Kata-kata itu seperti belati yang menusuk jantung Junjie.

"Apa yang kau katakan? Kau sangat jahat Wei Zheming!!" Jeritan Junjie semakin putus asa, hatinya sangat sakit ketika membayangkan kemungkinan buruk itu terjadi.

Zheming terdiam sejenak, lalu mengeluarkan desahan berat.
"Tenanglah sayang, Ada aku disini. Kau tidak akan membutuhkan pria rendahan seperti itu lagi"

"Aku sangat membenci mu" Ujar Junjie penuh kebencian menatap tajam kearah pintu tepat dimana Zheming berdiri dibalik sana

"Aku mencintaimu, istirahat lah kau terlalu banyak menangis sejak tadi"

Langkah kaki pun menjauh dari kamar mereka, Junjie terduduk lemah.

Dia sangat putus asa, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang.

LOVE MY EX (GUANGJIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang