CHAPTER 23

77 13 12
                                    

Sudah sebulan sejak Huang Junjie pergi ke luar negeri.

Namun bagi Zhiguang, rasanya seperti seumur hidup. Sejak kepergian pria itu, hari-hari Zhiguang kehilangan makna.

Kehampaan yang menyelimuti hatinya begitu nyata, begitu dalam, hingga bahkan napasnya terasa berat. Hidup yang dulu berwarna, penuh gelak tawa dan percakapan hangat, kini berubah menjadi monoton kelabu yang suram.

Di apartemennya yang sepi, Zhiguang tak lagi peduli pada waktu. Siang dan malam berlalu tanpa ada bedanya. Piring-piring kotor menumpuk di meja, tirai jendela tetap tertutup rapat, dan hanya botol-botol alkohol yang menemaninya.

Dia duduk di sofa dengan kepala bersandar lemah, pandangannya kosong menatap dinding. Di meja kecil di depannya, disana terdapat 1  bingkai foto kebersamaan mereka, entah kenapa mengingat hal itu malah menambah luka yang sudah terlalu dalam di hatinya.

Bar favoritnya kini menjadi pelarian. Zhiguang menghabiskan malam-malamnya di sana, tenggelam dalam alunan musik sedih dan aroma alkohol yang menusuk.

Gelas demi gelas ia tenggak, berharap rasa pahit dari minuman itu mampu menghapus rasa sakit di hatinya.

Namun, kenyataannya, setiap tegukan hanya memperjelas apa yang hilang, sosok Junjie yang telah menjadi pusat dunianya.

Kedua kalinya Zhiguang kehilangan Junjie, bahkan Zhiguang tidak dapat menghubungi Junjie lagi.

Semua akses seperti WeChat, Sosial media, semua sudah diblokir, seolah Junjie benar-benar pergi dari kehidupannya.

Setiap memejamkan mata, wajah Junjie muncul begitu jelas, mata indah yang selalu menyimpan kehangatan, senyum lembut yang membuat jantungnya berdebar. Semua itu kini hanya ilusi yang menyiksa.

"Kenapa kau pergi Xiao Huang?" gumamnya pelan, suaranya pecah.

Tangannya menggenggam gelas dengan erat seolah itu adalah satu-satunya yang bisa dia pegang. Tapi kenyataannya, dia merasa semua di sekitarnya lepas kendali.

"Kenapa kau meninggalkanku lagi seperti ini?"

Tak ada yang menjawab. Hanya keheningan yang semakin menyiksanya. Zhiguang tahu, dia sedang terjerumus lebih dalam ke jurang kehancuran.

Tapi tanpa Junjie, dia tak tahu bagaimana caranya keluar dari kegelapan ini. Dunia terasa berhenti, dan dia hanya bisa berdiri diam, membiarkan dirinya hanyut tanpa arah.

"Aku sangat merindukanmu" Lirihnya pelan

___________

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Junjie duduk di tepi jendela kamarnya. Udara dingin musim gugur merayap masuk melalui celah kecil, menusuk kulitnya, namun rasa dingin itu tidak sebanding dengan kehampaan yang bersarang di hatinya.

Ia memeluk lututnya erat-erat, mencoba mengisi ruang kosong di dadanya yang terus menganga.

Setiap tarikan napasnya terasa berat, seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya, menghalangi udara masuk sepenuhnya.

Dalam benaknya, bayangan Zhiguang terus bermunculan, senyum lembut pria itu, suaranya yang hangat, bahkan aroma samar tubuhnya yang selalu mengingatkan Junjie pada rumah.

Kenangan itu seperti belati tajam yang menusuk setiap inci hatinya, membuat Junjie semakin menderita.

Setiap malam, Junjie bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Zhiguang.

Apakah dia masih terluka?

Apakah dia merasa ditinggalkan?

Atau… apakah dia mulai melupakan Junjie? Pikiran itu menghantamnya seperti badai.

LOVE MY EX (GUANGJIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang