Bab 23 : Diam Dalam Ancaman

54 31 17
                                    

Setelah selesai sarapan bersama, Rama bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai sarapan bersama, Rama bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Hari ini terasa berbeda. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Ayahnya, yang biasanya sangat jarang mengantar ke sekolah, kini menawarkan untuk berangkat bersama.

"Rama, biar Ayah yang antar kamu ke sekolah hari ini," ucap Ayahnya dengan nada lembut.

Rama terkejut. "Beneran, Yah?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

"Iya, Nak. Ayo!"

Sebelum mereka keluar, Ibu Rama datang dengan bekal yang sudah terbungkus rapi. "Ini bekalmu, Nak. Ibu masak khusus untuk kamu hari ini," ucapnya sambil menyerahkan kotak bekal itu.

Rama menerima bekal itu dengan rasa senang. "Terima kasih, Bu. Rama pasti makan sampai habis," ucapnya lalu memeluk Ibunya sebentar sebelum berjalan ke arah Ayahnya yang sudah siap di mobil.

Perjalanan menuju sekolah terasa menyenangkan. Ayahnya mengajak Rama mengobrol ringan, sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya. Mereka tertawa bersama membahas hal-hal kecil, mulai dari pelajaran di sekolah hingga rencana akhir pekan. Di sepanjang perjalanan, Rama merasakan kedekatan dengan Ayahnya yang selama ini ia rindukan.

Sesampainya di gerbang sekolah, Ayahnya menepuk bahu Rama dengan lembut. "Belajar yang rajin, Nak. Kalau ada apa-apa, Ayah selalu ada untukmu," ucapnya sambil tersenyum.

"Iya, Ayah. Terima kasih sudah mengantar Rama." balas Rama sambil tersenyum lebar sebelum keluar dari mobil.

Hari ini, Rama merasa seperti anak paling bahagia di dunia. Ia duduk di bangkunya dengan hati yang penuh semangat, menyadari bahwa perubahan kecil dalam keluarganya membawa kebahagiaan besar.

Tidak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Seluruh siswa masuk kedalam kelasnya masing-masing, begitu juga dengan guru yang mengajar di jam pertama. Pelajaran matematika dimulai, dan gurunya memberikan latihan soal yang harus dikerjakan. Rama merasa percaya diri, ia mengerjakan setiap soal dengan sungguh-sungguh. Ketika gurunya menjelaskan materi, ia mendengarkan dengan saksama, mencatat hal-hal penting yang disampaikan.

Ketika sesi kuis dimulai, Bu Tari memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. "Siapa yang bisa menjawab soal ini?" tanya Bu Tari sambil menuliskan soal di papan tulis.

Rama mengangkat tangannya dengan antusias. "Saya, Bu!"

Semua teman sekelasnya langsung melihat ke arah Rama dengan tatapan tidak suka. Rama menyadari hal itu, tapi ia berusaha untuk mengabaikan mereka.

"Baik, Rama. Silakan jawab," kata Bu Tari sambil tersenyum.

Rama maju ke depan kelas dan menjelaskan jawabannya dengan lancar. Bu Tari mengangguk puas. "Bagus sekali, Rama! Jawabanmu benar. Kamu sungguh memperhatikan pelajaran hari ini."

Tidak ada tepukan tangan maupun senyuman yang Rama dapatkan dari teman sekelasnya, mereka hanya melemparkan tatapan jijik dan merendahkan. Melihat itu, Rama segera kembali ke tempat duduknya.

Kapan Aku Bisa Menjadi Diriku Sendiri? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang