20. Jadian?

11 3 2
                                    

"Komunikasi adalah kunci dari permasalahan antar teman atau kekasihmu. Belajarlah untuk menghargai ucapan seseorang dan jangan pernah menyela nya sebagai bentuk menghargai."

—Azalea Vyora Grizzellyn

๑๑๑

"Gue mau bilang sesuatu," ucap Kenzie yang membuat Ara mengerutkan keningnya.

"Tiba - tiba banget?? mau bilang apa emang?" tanya Ara.

"Jadi gini..." ucap Kenzie yang ragu, dan bingung harus memulai dari bagian mana.

"Kenapa?" tanya Ara lagi yang sudah menunggu - nunggu.

"Gue ga tau bisa ngungkapin ini sekarang, atau ga. Karna gue ga boleh buang - buang waktu lagi," jawab Kenzie yang semakin membuat gadis itu kebingungan tetapi juga kepedean.

"Yang lo maksud dari tadi tuh apa sih?" tanya Ara yang mulai kesal.

"Apanya??" tanya balik Kenzie.

"Lo, laki - laki pertama yang selalu bikin gue kebingungan dengan setiap apa yang lo lakuin Ken," jelas Ara sambil menggelengkan kepala nya, ia benar - benar tidak habis pikir.

"Oh ya? Sorry," ucap Kenzie meminta maaf yang membuat Ara semakin kesal.

*udah tau dari tadi cewe lu kesel karna lu minta maaf mulu, malah diulangin terus 😭😭😭*

"STOP IT, sial-" geram Ara yang memotong perkataannya karena sebuah panggilan yang berbunyi.

RINGGG RINGG!!! RINGG RINGGG!!!!

Dering telepon dari ponsel Kenzie membuat keduanya berhenti beradu argumen.

"Siapa sih?" kesal Kenzie yang omongannya selalu dipotong oleh hal - hal tak terduga.

"Mana gue tau? hp lo yang bunyi tuh," ucap Ara yang masa bodo dengan lelaki itu.

Kenzie bertanya terlebih dahulu kepada gadis itu apakah ia boleh mengangkat teleponnya dulu? menggunakan bahasa isyarat dan diangguki oleh Ara yang emosinya mulai mereda.

"Halo?" panggil Kenzie yang baru mengangkat telepon dari sang Leader.

"Ken... bisa balik ke ruangan Bian?" tanya Ryan yang kedengarannya seperti seseorang yang menyedihkan, bahkan dari napasnya saja terdengar bahwa ia baru saja usai menangis.

"Oh, bisa - bisaa. Ada apa emangnya Yan?" tanya Kenzie yang mulai khawatir dan melirik ke arah Ara.

"Kata dokter, keadaan Bian makin memburuk. Bian kritis parah," ucap Ryan yang membuat air mata menggenangi kelopak mata Kenzie.

"HAH??! YANG BENER LO YAN??" tanya Kenzie tak percaya.

Ara yang melihat hal tersebut tak bisa hanya tinggal diam, ia menghampiri lelaki itu lagi dan menepuk pundak nya dengan halus, ia berusaha menenangkan lelaki dengan tubuh besar yang hatinya sangat lembut itu dengan cara memperlakukannya seperti adiknya sendiri.

"Iya Ken, gue juga ga kuat banget ngeliat keadaannya," tangis Ryan pecah terdengar di telinga Kenzie yang sedang berkomunikasi dengannya melalui telepon genggam.

"Oke Yan, gue bakal secepatnya pergi ke sana," ucap Kenzie yang segera bergegas merapihkan dirinya dan memasukkan ponselnya ke sakunya lagi.

"Ayo Ra, kita harus cepet!!" ajak Kenzie yang menarik pergelangan tangan gadis itu.

Keyza - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang