Matanya membelalak maksimal. Mulutnya terbuka lebar. Rahangnya nyaris saja jatuh. Semua karena satu objek yang tersaji di depan matanya saat ini. Tak ada angin, tak ada banjir, tak ada badai, tak ada pertanda alam apa pun, Oisin muncul di rumah Michika!
"Lama sekali kamu turunnya, ini temen kamu udah dari tadi loh." Marinka, ibu dua anak yang sekitar lima sampai tujuh menit lalu menemani Oisin di ruang tamu, segera protes pada anak pertamanya yang baru turun dari kamarnya di lantai dua. Entah apa saja yang Michika lakukan sedari tadi.
Michika seperti tidak mendengar protesan Marinka. Ia masih kalut, masih belum bisa mencerna apa yang sebetulnya tengah terjadi. Seingatnya, tadi ia sedang asyik meng-edit konten untuk ia unggah di sosial medianya. Lalu Bi Nana mengetok kamar dan memberitahu kepadanya bahwa ada teman yang mencari Michika. Michika pikir teman itu Sophie atau paling tidak Alan, makanya ia santai-santai menyelesaikan editing-nya. Ternyata, oh, ternyata, teman yang dimaksud adalah seseorang yang sebetulnya tidak bisa disebut sebagai teman olehnya. "Lo tau rumah gue dari mana?" ini adalah kalimat pertama yang terucap dari bibir Michika setelah pertemuannya dengan Oisin malam hari ini.
Kening Marinka mengernyit. Ia tatap Michika dan Oisin satu per satu dan bergantian. Entah kenapa ia merasakan ada aura yang aneh di antara kedua remaja itu. "Kalian... baik-baik aja?"
"Baik-baik aja, Tante." Pada pertanyaan Marinka, Oisin segera menjawab. Tapi pertanyaan Michika, ia biarkan menguap begitu saja.
"Ngapain lo ke sini?" Michika kembali melempar pertanyaan. Tak hanya nada bicaranya, wajahnya juga terkesan jutek.
"Kalian... Beneran baik-baik aja?" Marinka kembali bertanya. Keningnya makin mengernyit, makin terasa aura aneh di antara anaknya dan anak laki-laki di ruang tamu ini.
Kali ini Oisin tidak menjawab pertanyaan Marinka. Yang ia jawab kini adalah pertanyaan Michika. "Ada yang mau gue omongin sama Mama lo."
Mata Michika melebar, kemudian menyipit seketika. Mendadak perasaannya tidak enak. Jangan-jangan tujuan Oisin datang ke sini adalah...
"Michi, beneran kamu dapat tawaran buat jadi BA She-Ya yang baru-baru ini launching?"
EXACTLY! 100% dugaan Michika benar. Oisin datang ke sini untuk itu. Soal itu Michika tidak terlalu terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah Oisin mendatangi rumahnya tepat sehari setelah ia berbicara dengan Chava di telepon. Apakah artinya Chava kembali memberitahu soal keputusannya kepada Oisin? Apakah Chava sengaja melakukannya agar Oisin bisa memaksanya? Michika meringis, gigi atas dan gigi bawahnya saling beradu. Tiba-tiba ia merasa dihianati oleh Chava.
"Michi," Marinka kembali memanggil putrinya yang tidak menjawab pertanyaannya.
Perhatian Michika pun segera beralih. Dari Oisin, lalu hinggap pada Marinka. "Iya, Ma. Tapi Michi tolak karena Michi tau pasti Mama sama Papa nggak bakal kasih ijin kan?" Pasti Oisin sudah tau kalau Michika berbohong pada Chava dengan mengatakan alasan Michika menolak adalah masalah ijin orang tua. Makanya sekalian ia tegaskan di kalimatnya, agar Oisin dengar sendiri kalau kebohongan itu akan menjadi sebuah kenyataan.
Marinka tersenyum. Dari awal, Marinka memang melarang anak-anaknya untuk 'bekerja' selagi masih bersekolah. Karena menurutnya dan menurut sang suami, bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan kemauan anak-anaknya adalah tugas mereka sebagai orang tua. Selain itu, mereka juga ingin agar anak-anaknya fokus pada sekolah saja. Nanti, jika sudah saatnya, baru mereka akan membiarkan anak-anak mereka melakukan apa pun yang anak-anak mereka mau. Entah bekerja, berwirausaha, atau bahkan mungkin skenario yang lainnya. "Seperti itu, Sin."
Sebelum Michika muncul, Marinka juga sudah menjelaskan ketidaksetujuannya terhadap penawaran untuk Michika kepada Oisin.
"Tante juga berterima kasih buat kesempatannya. Tapi Tante nggak bisa ngijinin Michi melakukan pekerjaan itu. Apalagi Michi kan sudah kelas 12. Sebentar lagi akan tambah sibuk buat persiapan masuk kuliah." Kata Marinka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Teen FictionBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...