Episode 2

2 1 0
                                    

Ananta merupakan seorang perempuan riang, ceria dan tampak selalu bahagia. Ia memiliki seorang kakak bernama Abraham yang selalu berhasil masuk ke sekolah bergengsi dengan prestasi. Selagi kakaknya selektif dalam memilih teman bergaul, Ananta tidak pernah membatasi dirinya untuk bergaul dengan siapa saja. Ia benar-benar menerapkan hidup semaunya dan sebebasnya tanpa memperhatikan apalagi menuruti peraturan yang ada di keluarganya.

Hingga di usianya yang masih 19 tahun, Ananta hamil.

Kehamilannya membuat keluarga geger. Apalagi saat itu Ananta masih kuliah. Tidak seperti Abraham yang kuliah di kampus top luar negeri, Ananta bisa dan mau kuliah—di dalam negeri—saja sudah membuat orang tuanya bersyukur. Namun karena perbuatannya yang tidak terkendali itu, secara langsung telah mencoreng nama baik keluarga. Sampai membuat sang ayah sakit dan meninggal.

Saat kejadian itu terjadi, Abraham sudah pulang dan sudah kembali tinggal di Indonesia bersama istrinya yang tengah hamil anak kedua dan anak pertamanya yang masih anak-anak. Ia yang kelewat marah dengan Ananta, segera menyuruh adiknya untuk melakukan aborsi lalu pindah ke luar negeri. Hal itu tidak dicegah oleh sang ibu karena saat itu sang ibu masih kalut dengan kepergian sang suami.

Meski merasa menyesal karena telah membuat ayahnya meninggal, Ananta tidak sepenuhnya menyetujui perintah Abraham. Ia bersedia untuk pindah ke luar negeri, tetapi ia menolak untuk menggugurkan kandungannya. Setelah menjadi pembunuh ayahnya, ia tidak mau menjadi pembunuh anaknya. Ananta ingin menjaga, melahirkan dan membesarkannya. Selain itu, Ananta juga meminta kepada keluarganya untuk menikahkan dirinya dengan laki-laki yang telah menghamilinya dan mengijinkan laki-laki itu untuk ikut pergi bersamanya.

Dengan berbagai pertimbangkan, akhirnya keluarga menyetujui permintaan Ananta. Seminggu setelah Ananta resmi menikah—tanpa dihadiri kerabat—dengan laki-laki yang menghamilinya, Ananta bersama laki-laki itu pun pindah ke Swiss.

Setelah pindah dan tinggal bersama di Swiss, kemudian melahirkan dan membesarkan anak mereka yang diberi nama Oisin Chaanakyasaki hingga usia empat tahun, Ananta baru tau kalau ternyata suaminya—Agarish—memiliki sifat yang buruk. Agarish gemar bermain perempuan, suka mabuk-mabukan bahkan mengkonsumsi narkoba dan sering memukulinya.

Ananta pikir, sifat Agarish yang seperti ini dikarenakan lingkungan tempat tinggalnya. Karena itu, Ananta mencoba menghubungi keluarganya untuk kembali pulang ke Indonesia. Harapannya, agar Agarish kembali menjadi sosok laki-laki seperti saat mereka masih pacaran dulu.

Niat Ananta langsung ditentang keras oleh Abraham. Menurutnya, kepulangan Ananta hanya akan menimbulkan masalah baru di keluarga. Sebisa mungkin, Abraham tidak akan pernah membiarkan adiknya kembali mengacau apa yang sudah ditata ulang sejak kepergiannya hingga saat ini.

Namun Ananta tetap meminta, bahkan memohon dan berjanji untuk tidak kembali membuat kesalahan. Untuk menunjukkan tekadnya, Ananta bersedia ditempatkan di rumah yang lain dan bersedia untuk tidak melibatkan diri dalam urusan keluarga. Intinya, Ananta hanya ingin pulang. Itu saja.

Permintaannya diluluskan dengan syarat persis seperti yang Ananta ajukan. Ananta bersama keluarga kecilnya akan ditempatkan di rumah yang berbeda dari rumah utama—rumah yang ditempati ibu, Abraham beserta keluarga kecilnya.

Semua anggota keluarga Ananta tau seperti apa Agarish. Pria yang tidak jelas asal-usulnya, bibit bobotnya. Sama sekali tak ada kelebihan dari dirinya selain wajahnya yang menawan. Jika Ananta tidak hamil olehnya, sudah pasti laki-laki seperti itu tidak akan diijinkan menjadi bagian dari keluarga tempat Ananta lahir dan dibesarkan.

Ananta, Agarish dan Oisin pun pulang ke tanah air setelah kurang lebih lima tahun mereka merantau di negeri orang. Tapi justru inilah awal neraka baru bagi Ananta. Juga bagi Oisin.

Bukannya membaik seperti harapan Ananta, kebiasaan Agarish saat masih di Swiss, terbawa hingga ke Indonesia. Malah makin parah. Kini hampir setiap hari Ananta dipukuli. Tak hanya Ananta, Oisin juga jadi sering ikut menjadi korban kekerasannya. Ananta tau, jika ia mengatakan apa yang ia alami pada keluarganya, pasti hal itu hanya akan kembali membuat masalah dan mencoreng nama keluarga. Ia pun tak punya pilihan lain selain menutupi hal yang ia dan Oisin alami dari keluarganya hingga Oisin tumbuh besar.

"Kita beneran dibuang ya?" suatu ketika, saat Oisin sudah kelas 7, Oisin pernah bertanya dengan nada sinis pada Ananta.

Ananta tersenyum. Senyum yang jelas ia paksakan. "Nggak kok. Kita nggak dibuang. Kita cuma harus mandiri. Itu aja."

Seperti itu. Ananta selalu menutupi dan selalu mengatakan hal-hal yang baik tentang keluarganya kepada Oisin. Awalnya Oisin percaya. Tapi setelah ia mendengar Agarish mengatakan bagaimana semua keluarga Ananta dan bagaimana mereka memperlakukan Ananta, Oisin merasa perkataan Agarish lebih masuk akal.

Sejak Oisin lahir dan tumbuh besar di Swiss, sekali pun ia tidak pernah bertemu dengan kakek, nenek, paman atau apa pun istilahnya secara langsung. Ia hanya tau dari cerita Ananta. Bahkan sampai Oisin pulang ke Indonesia, ia masih belum pernah bertemu dengan salah satu dari anggota keluarga Ananta yang katanya kaya raya itu.

Sedangkan keluarga Agarish, Oisin tidak pernah berharap sih. Sebab Agarish sendiri yang mengatakan padanya kalau sejak kecil Agarish sudah tinggal di panti asuhan.

Yang dijanjikan Ananta, terhianati. Tercium kabar bahwa Agarish ditangkap polisi karena pemakaian obat-obatan terlarang. Sebelum berita itu kian merebak, pihak keluarga Ananta dengan cepat mengamankannya. Dari hasil koneksi dan kerja sama antar dua belah pihak, Agarish berhasil dikeluarkan. Saat itulah, Agarish, Ananta, Abraham dan ibu kembali bertemu dalam satu tempat dan satu waktu.

Abraham menyuruh Agarish dan Ananta untuk bercerai secepatnya. Setelah cerai, Ananta dan Oisin akan dikirim kembali ke Swiss. Mereka tidak mau menanggung beban dalam wujud Agarish lebih dari itu. Tanpa perlu Abraham suruh, sebetulnya ide untuk menceraikan Agarish sudah ada sejak dua tahun yang lalu. Tapi setiap kali Ananta mengatakannya, Agarish tidak terima dan makin menjadi.

Seperti saat Agarish, Ananta dan Oisin pulang dari pertemuan itu. Kedua orang tua Oisin cekcok di dalam mobil. Ananta bersih keras minta cerai, Agarish menolak karena jika ia bercerai, dari mana nanti ia dapat uang? Alhasil, Agarish yang tengah menyetir kehilangan kendali. Sebuah kecelakaan yang menewaskan Agarish dan Ananta tak bisa dielakkan. Oisin menjadi satu-satunya penyintas dalam peristiwa mengerikan itu.

Mengetahui peristiwa itu, sang ibu menangis histeris. Setelah kepergian anak bungsunya untuk selamanya, ia baru tau sekelam apa kehidupan yang dijalani Ananta beserta Oisin yang tak pernah ia temui. Dalam tangisnya, sang ibu merasa menyesal dan bersalah sedalam-dalamnya. Seharusnya sejak awal ia tidak dikuasai perasaan kalut akan kepergian sang suami. Seharusnya sejak awal ia tidak sekeras itu pada Ananta. Seharusnya sejak awal ia memaafkan kesalahan Ananta.

Tapi semua telah terlambat. Ananta telah pergi. Satu-satunya yang bisa sang ibu lakukan untuk menebus penyesalan serta rasa salahnya hanyalah dengan merawat Oisin selama sisa hidupnya.

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang