Episode 12

2 0 0
                                    

Pulang sekolah, Michika sudah tiba di kantor She-Ya. Tentu saja Chava menyambutnya dengan ramah, hangat, dan antusias, mengingat bagaimana susahnya ia mendapatkan talent satu ini. "Maaf ya, Michika, karena aku sibuk banget dari tadi pagi, aku nggak sempet jemput kamu di sekolah." Chava merasa bersalah, karena telah membiarkan talent-nya capek-capek sepulang sekolah langsung pergi ke kantor untuk meeting. Sebagai orang yang menjerumuskan Michika ke She-Ya, Chava merasa perlu bertanggung jawab kepada Michika. Apalagi Michika ini kan tidak punya manager pribadi. Jadi pasti Michika butuh pendamping yang bisa mendampinginya.

"It's okay." Michika menjawab dengan santai.

"Kamu ke sini naik apa? Taksi?"

"Dianter Sin."

Jawaban enteng Michika membuat kedua mata Chava sedikit melebar. Untuk beberapa detik, Chava terdiam karena butuh waktu untuk mencerna ucapan Michika. "Dianter siapa tadi? Sin?"

Michika mengangguk.

Chava terkejut sekaligus heran. Permintaan Chava kepada Oisin sudah Oisin penuhi sejak Oisin berhasil membujuk, ah, bukan, tapi memaksa Michika menjadi brand ambassador She-Ya. Setelahnya, Chava tidak lagi meminta bantuan Oisin. Sebab Michika ini kan sudah tanda tangan kontrak. Artinya, Michika sudah resmi ia dapatkan dan sudah diikat dalam ikatan kontrak kerja. Jadi, mau tidak mau, Michika harus mengikuti apa yang ada di dalam kontrak tanpa perlu paksaan lagi dari Oisin. "Terus, sekarang Sin mana?"

"Nggak tau. Tapi nanti kalo meeting udah selese, dia bakal ke sini lagi jemput gue."

Makin terkejut saja Chava mendengarnya. Oisin akan melakukan itu? Pacarnya akan melakukan itu kepada cewek lain?

Seperti menyadari keterkejutan Chava, Michika mengulum senyum. "Dia aja bisa seenaknya sama gue, kenapa gue nggak?"

Kedua mata Chava melebar. Ia tidak percaya mendengar kalimat tadi terlontar dari mulut Michika. Ia pikir, Michika gadis polos yang bisa dipaksa dan dimanfaatkan. Ternyata ia bisa licik juga ya.

Pukul 16.15 meeting dimulai. Meeting tersebut bertujuan untuk membahas secara lebih jelas dan lebih rinci mengenai isi kontrak perjanjian kerja antara Michika dan She-Ya. Selain itu, dibahas pula tugas-tugas, tanggung jawab serta konsekuensi seorang brand ambassador. Juga tentang jadwal-jadwal Michika sampai satu bulan ke depan.

Kepala Michika cukup panas setelah mengetahui jadwalnya yang bisa dibilang cukup padat. Pemotretan, syuting konten dan iklan, event online dan offline. Hanya membayangkannya saja, Michika sudah capek duluan. Ya capek fisik, juga capek pikiran. Karena bagaimana pun, statusnya kan pelajar, jadi tugasnya untuk belajar juga tidak boleh ia lupakan. Lalu kapan waktunya untuk santai dan bermain? Rasanya ingin menangis.

"Semangat ya, Michika. Aku tau ini pasti berat buat kamu. Tapi aku yakin, kamu pasti bisa ngelakuin ini." Chava terus menyemangati Michika sejak meeting berlangsung sampai sekarang, meeting berakhir.

"Iya, deh. Makasih." Michika tidak terpengaruh sama sekali. Namanya capek ya tetep saja capek.

"Oya, katanya Sin bakal jemput kamu. Mana? Kok nggak ada?" Chava memang mengantar Michika sampai area drop off depan kantor. Ia celingukan, mencari mobil Oisin.

"Ng—Itu." Michika baru mau bilang 'nggak tau', tapi kemudian mobil Oisin terlihat memasuki area drop off dan benar, berhenti tepat di depannya.

Chava diam. Memperhatikan apa yang tersaji di depannya. Michika segera menghampiri mobil Oisin, membuka pintu mobil Oisin. Kemudian menurunkan kaca mobilnya. Chava hanya bisa mematung, tidak percaya ia harus melihat pemandangan itu. Seharusnya dirinya yang ada di posisi Michika saat ini.

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang