Episode 10

2 0 0
                                    

Pelajaran terakhir baru saja selesai. Hal ini sekaligus menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar pada hari ini. Alih-alih segera keluar kelas dan pulang, anak-anak kelas 12-B kompak melakukan peregangan dan pelemasan otot terlebih dulu. Tiga jam berturut-turut dicekoki dengan pelajaran Matematika, membuat tubuh mereka tegang dan otak mereka panas. Untuk itu, mereka butuh relaksasi sebelum pulang.

"Eh, Sin?" salah satu anak me-notice kemunculan Oisin di kelas yang sudah ditinggal guru beberapa menit lalu. Gara-gara celetukkannya, anak-anak lain jadi kompak menoleh ke arah munculnya cowok itu.

"Ngapain tuh orang?" tanya Sophie heran setelah melihat langkah Oisin yang pelan dan jelas tertuju ke tempat Michika duduk.

Tanpa beranjak dari duduknya, Michika melirik cowok yang kini berdiri di sampingnya. "Apa?" tentu saja pertanyaan itu ia lontarkan dengan jutek dan tak ada manis-manisnya sama sekali.

Setelah berhenti berinteraksi beberapa waktu lalu, kini interaksi antara Michika dan Oisin kembali terjalin. Hal ini kembali memicu pembicaraan serta diskusi antar nitizen di kelas 12-B tentang hubungan kedua anak itu.

"Ikut gue." Oisin berkata pendek.

"Nggak mau." Michika langsung menolak sambil membuang muka.

"Gue udah pake cara yang paling wajar."

"Ya gue emang nggak mau ikut lo, gimana dong?" Ulang Michika sambil masih enggan menatap Oisin.

"Mau gue seret, gue gendong atau gue bikin pingsan?"

Kalau yang mengatakan itu Oisin, kesannya kok seperti bukan sekedar ancaman ya? Kayak ada serius-seriusnya. Karena itu, dengan terpaksa dan sambil meringis kesal, Michika pun terpaksa mengikuti permintaan cowok itu. Tapi sebelum pergi, lebih dulu ia mengemasi buku-buku serta alat tulis yang masih berserakan di atas mejanya. Ia melakukan pekerjaan itu dengan sewot dan asal-asalan hingga tak sengaja membuat salah satu bollpoint-nya terjatuh ke lantai, tepatnya ke kolong mejanya sendiri.

Sudah Michika memang sedang kesal, ditambah acara bollpoint jatuh segala. Ia pun jadi semakin kesal. Untuk mengambil bollpoint-nya, ia hanya menjulurkan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih tetap berada di atas meja. Karena posisinya yang seperti itu, secara otomatis membuat punggung Michika jadi melengkung dan posisi kepalanya jadi miring ke kiri.

Oisin yang melihat Michika kesusahan hanya diam dan menunggu. Sampai secara tak sengaja, ia melihat sisa rambut Michika yang tidak ikut terikat ke belakang, jatuh ke arah depan, membuat telinganya terlihat. Bukan peristiwa jatuhnya rambut Michika yang membuat mata Oisin sedikit menyipit, melainkan sebuah benda berbentuk bintang yang terpasang di daun telinga Michika sebelah kanan. Sebuah anting yang familier untuknya.

Michika segera kembali duduk dengan sempurna setelah bollpoint jatuh tadi sudah berhasil ia ambil. Ia pun sengan cepat memasukkannya ke dalam kotak pensilnya yang lucu, yang berbulu berwarna abu-abu dengan hiasan wajah Totoro di ujung kanannya. "Udah." Ucap gadis itu masih sewot sambil berdiri di hadapan Oisin dengan ransel yang sudah tercantol di punggungnya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Oisin pun berbalik badan dan pergi diikuti Michika.

*

"Mau ke mana?" Michika baru kembali bersuara ketika mobil yang ia naiki bersama Oisin keluar dari pelataran sekolah. Tatapannya lurus ke depan, masih enggan menatap Oisin.

"Ntar lo tau sendiri." Begitu pun Oisin, menjawab tanpa menatap lawan bicara.

Meski jawaban Oisin seperti itu, sedikit banyak Michika sudah bisa menebak kalau tujuan Oisin membawanya pasti untuk urusan pekerjaannya. Sebab tidak ada lagi urusannya dengan Oisin selain urusan pekerjaan.

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang