"Chik, nama lo jadi makin sering digosipin sama nama Sin." Apa yang Alan katakan memang benar. Sejak Michika dan Oisin sepakat menandatangani surat perjanjian yang Michika buat secara sepihak, Michika dan Oisin hampir setiap hari selalu terlihat pulang bersama menggunakan mobil Oisin. Tentunya hal itu menimbulkan satu spekulasi yang sama. Michika dan Oisin berpacaran!
Spekulasi ini pastinya membuat anak-anak di SMA Thamrin heboh. Pasalnya, baru pertama kali ini nama Oisin dikait-kaitkan dengan nama cewek. Baru kali ini pula, Oisin terlihat dekat dengan seorang cewek. Sejak kelas 10 sampai sebelum ini, Oisin itu tidak pernah digosipkan dengan gadis mana pun. Sebab ya, Oisin hampir tidak pernah berinteraksi dengan seorang pun gadis di sekolah. Kalau pun ada, ya itu hanya sekedar hal-hal biasa yang umum.
Loh, bukannya Oisin sudah punya pacar, Chava? Memang benar. Tapi tak ada satu pun yang tau, kecuali keempat temannya tentang hubungan itu. Selain karena Chava bukan siswa SMA Thamrin, keduanya juga sama-sama saling menjaga privasi hubungan mereka. Mereka jarang, bahkan hampir tidak pernah pacaran di luar—kecuali makan. Mereka lebih suka melakukan aktivitas pacaran di apartement Chava. Mereka juga sama-sama tidak pernah mem-posting hubungan mereka di sosial media. Bukan karena malu atau apa, karena mereka memang sama-sama tidak menyukai hal-hal seperti itu. Jadi sebetulnya, tidak ada unsur kesengajaan bagi Oisin dan Chava untuk menyembunyikan hubungan mereka.
Kecuali dari Michika. Sebab Chava merasa jika pada saat pertemuan pertamanya dengan Michika ia jujur kalau sebetulnya Oisin adalah pacarnya, itu bisa jadi membuat Michika merasa tidak nyaman yang ujungnya bisa merugikan diri sendiri dalam usahanya membuat Michika menjadi miliknya—milik She-Ya. Entah sampai kapan Chava akan terus berbohong kepada Michika mengenai statusnya dengan Oisin. Chava belum memikirkannya. Atau malah tidak memikirkannya. Karena bagi Chava, Michika begitu berarti untuk masa depan kariernya bersama She-Ya.
Dikata seperti tadi oleh Alan, malah membuat Michika terkekeh. Alan dan Sophie sontak saling tatap, kemudian sama-sama bergidik ngeri. Sejak beberapa hari lalu, tepatnya sejak Michika akhirnya secara resmi menjabat menjadi BA She-Ya, jiwa Michika sepertinya terguncang hingga membuatnya jadi seperti orang gila. Tiba-tiba menggebrak meja, tiba-tiba menyeringai, lalu tiba-tiba terkekeh.
"Nih anak sakit jiwa kayaknya, Lan. Kasian, mana masih muda." Sophie tidak bisa menutupi komentarnya.
"Makin dia kesusahan, makin gue seneng." Michika berseru senang. Komentar Sophie sama sekali tidak membuatnya tersinggung apalagi sakit hati. Ia hanya terlalu senang membayangkan Oisin yang marah karena kesusahan menghadapinya. Sesuai dengan apa yang ia harapkan.
*
"Tiap hari gue denger gosip lo sama Michika makin liar, Sin." Abel berbicara pada Oisin selepas jam pelajaran Biologi.
"Kayaknya sebentar lagi bakal ada yang dapet cewek baru. Ah, sial. Gue keduluan." Leroy bersiul sambil melirik Oisin.
"Nggak sih. Gue rasa ini ada kaitannya sama She-Ya. Ya nggak, Sin?" Kahlil mencoba berpikir serasional mungkin. Di antara teman-temannya yang lain, Kahlil yang paling tau sebesar apa rasa cinta Oisin kepada Chava. Tak segampang itu tergantikan, guys!
Oisin menghela nafas. Beruntung masih ada Kahlil di antara teman-temannya. "Hm."
"Apalagi She-Ya? Mau kontrak dia buat endorse lagi kayak kemaren?" sahut Hunter.
"Lo tau sendiri nanti." Oisin malas menjawab.
"Ooooh. Jadi urusan lo sama Chika hanya sebatas perantara kerja aja ya. Wah, banyak yang salah kira, Sin. Dikiranya lo pacaran sama Chika. Kata gue, biar lo nggak digosipin sama Chika, lo spill aja hubungan lo sama Chava. Ntar orang-orang jadi pada diem."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Подростковая литератураBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...