Episode 6

7 1 1
                                    

Bukan hanya di kelas 12-B, tetapi di seluruh SMA Thamrin kegegeran itu terjadi. Seorang Oisin yang tidak pernah sekali pun digosipkan dekat apalagi pacaran dengan cewek di sekolah, tiba-tiba mengirimkan buket bunga untuk Michika. Mana bukan hanya satu, tapi banyak! Ada buket mawar merah, buket gerbera warna pink, buket bunga lili, buket bunga tulip, buket bunga matahari serta buket bunga krisan berwarna warni.

"Sin, maksudnya apa ya?" Kahlil bertanya pada Oisin, mewakili kebingungan teman-temannya yang lain. Pasalnya, Kahlil, Hunter, Leroy dan Krio sama-sama tau, Oisin itu pacaran dengan seorang cewek di luar SMA Thamrin yang bernama Chava.

"Nih anak emang udah sus sejak gendong Chika, terus bawa lari entah ke mana sih. Jangan-jangan lo apa-apain si Chika ya?" satu alis Hunter terangkat, menatap curiga ke arah Oisin.

"Lo selingkuh?" Kahlil langsung straight to the point. Tanpa babibu.

"Yo, lo restuin mantan lo itu sama nih anak?" sementara Leroy masih bisa terkekeh lepas sambil bertanya pada Krio.

"Hmmm..." Krio hanya menggumam sambil memperhatikan Oisin yang tampak kesal. Ia tidak yakin sih, dengan tuduhan Kahlil. Sebab ia sudah mendengar dari Michika tentang apa yang sudah Oisin lakukan terhadapnya.

Oisin jelas kesal karena semua ini adalah murni kesalahpahaman! Ia tidak seromantis itu sengaja mengirim bunga untuk seorang perempuan, apalagi Michika. Itu semua ia lakukan atas permintaan Chava! Dan karena Oisin tidak tau bunga kesukaan Michika, juga malas bertanya langsung pada yang bersangkutan, alhasil Oisin sengaja membeli banyak macam bunga. "Bunga itu bukan dari gue. Dari Chava." Hanya dua kalimat yang muncul dari mulut Oisin, sebelum ia pergi keluar dari kelas, mendului teman-temannya.

Saat Oisin melewati kelas 12-B, ia terkejut mendapati bau wangi bunga semerbak yang tercium dari dalam kelas. Ia juga berpapasan dengan anak-anak dari kelas itu yang keluar untuk pulang, sama sepertinya. Bedanya, anak-anak cewek yang keluar dari kelas itu membawa berbagai macam bunga. Tanpa perlu Oisin tanya, Oisin sudah tau. Itu adalah bunga-bunga yang ia pesan dan beli tadi pagi.

Hingga Michika muncul. Langkah Michika otomatis terhenti ketika melihat Oisin masih berdiri di tempat itu. Michika melirik cowok itu, menelisik dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan seksama. Mendadak Michika bergidik ngeri. Sebab dari sekian banyak orang, dirinyalah satu-satunya orang yang paling terkejut dengan apa yang Oisin lakukan. Memberikannya bunga? Hah? Sepertinya akan lebih masuk akal jika orang seperti Oisin mengirim santet kepadanya ketimbang bunga.

Oisin langsung berdecak. Sebab Michika muncul di depannya dengan tangan kosong. "Bunganya lo kasihin ke orang-orang?" Kan tadi Oisin lihat sendiri, anak-anak cewek yang keluar dari kelas 12-B membawa bunga. Pastinya bunga-bunga yang mereka bawa adalah bunga yang harusnya Michika terima.

"Iya." Michika menjawab jujur, cepat, dan tegas.

"Itu bunga dari Chava, bego."

"Hah? T-tapi, kata Pak Anung ini dari lo?" tentu saja Michika kaget. Apalagi Oisin membubuhi kalimatnya dengan kata bego.

"Lo ngarep banget itu dari gue?" sinis Oisin sembari melangkahkan kaki.

Michika kembali bergidik ngeri. "Siapa juga yang ngarep dari lo? Hih!" Setelahnya, muncul sedikit rasa bersalah. Jika memang itu bunga pemberian Chava melalui perantara Oisin, harusnya Michika tidak membagi-bagikannya kepada teman-teman sekelas.

*

"Kamu tau?"

Oisin menggelengkan kepala.

"Aku sama Sheila udah bikin keputusan yang tepat dengan mengajak Michika buat kerja sama. Awalnya aku nggak naruh ekspektasi tinggi sama dia, tapi ternyata dia bisa ngelampaui itu. Impact Michika ternyata cukup besar buat nyokong sales kita. Kalo insight dan impact-nya tetep konsisten sampe unggahan terakhirnya nanti, Sheila mau mempertimbangkan Michika buat jadi brand ambassador."

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang