Video iklan pertama She-Ya bersama Michika akhirnya tayang. Dengan begini, orang-orang akan makin sering melihat wajah Michika karena jangkauannya jelas makin luas. Kalau sebelumnya hanya sebatas di sosial media official She-Ya, sekarang iklan tersebut beredar di mana-mana. Di ads youtube, di instagram, di TV, bahkan di videotron. Diharapkan dengan iklan yang bisa dibilang jor-joran ini, orang-orang akan semakin mengenal She-Ya dan akan menggunakan product mereka untuk keperluan makeup-nya.
"Michika emang cantik ya." Komentar ini keluar dari mulut Chava saat melihat wajah Michika tampil di TV di tempat ia dan Oisin makan malam bersama hari ini.
Karena ucapan dan arah matanya, Oisin mengikutinya. Ia lihat Michika yang sedang tersenyum cerah sambil memperkenalkan rangkaian product She-Ya. "Hm." Oisin hanya menggumam, kemudian tatapannya segara ia alihkan lagi ke makanan yang ada di hadapannya. Ia masukkan kembali satu sendok makanan ke dalam mulutnya.
"Masih muda pula."
Mulut Oisin yang tengah mengunyah sontak memelan setelah mendengar kelanjutan kalimat Chava. Ia lihat dan perhatikan gadis yang duduk di depannya, yang masih sibuk menatap wajah Michika sambil meyangga dagunya menggunakan satu tangan. "Ada apa?" Oisin menyadari ada sesuatu dari Chava. Hanya saja, ia tidak tau itu apa.
Chava menghembuskan nafasnya kemudian berhenti menyangga dagu. Ia pun memutar leher dan kembali menatap Oisin. "Sin, apa kamu masih perlu nganter jemput Michika?"
Oh, jadi ini.
"Aku rasa Michika bisa pergi-pergi sendiri tanpa perlu kamu anter jemput." Lanjut Chava.
"Kita udah pernah bahas ini." Oisin berbicara setelah menenggak air mineralnya. Tanda makannya telah usai, meski makanannya belum sepenuhnya habis.
"Kamu udah bertindak kejauhan, Sin."
"Gue nggak akan bertindak sejauh ini kalo bukan buat lo."
Chava terdiam beberapa saat. Ia tatap wajah sang kekasih lekat. Kemudian ia menghela nafasnya panjang. "Apa cuma itu yang bisa kamu lakuin? Kenapa harus seperti itu? Apa nggak ada cara lain selain itu?"
Oisin tau Chava keberatan seperti ini tentunya karena cemburu. Ya siapa yang tidak cemburu sih, pacarnya sendiri malah jadi sering berduaan dengan gadis lain. Tapi satu yang harus Chava ingat, Chava adalah alasan dan tujuannya melakukan ini dengan terpaksa. Dan Chava adalah gadis yang ada di hatinya. Hari ini, esok dan seterusnya. "Kalo nggak begini, gue nggak bisa jamin dia bakalan stay."
"Tapi, Sin—"
"Lo mau dia pergi?" Oisin menyela perkataan Chava.
Chava terdiam. Ia bingung. Ia tidak tau harus berbuat apa.
"Kalo lo nggak masalah dia pergi, gue akan berhenti." Lanjut Oisin serius.
Chava masih terdiam. Ia masih bingung. Sekaligus menyayangkan, kenapa Michika begitu sulit. Andai saja Michika bisa lebih mudah, sedikit saja, maka ia tidak perlu merasa risau dengan perkataan orang-orang di kantor. Ia tidak perlu merasa cemburu pada Oisin. Namun sayang pada akhirnya Chava tidak punya pilihan lain. Karena memang hanya Oisin yang bisa menahan Michika. Bukan dirinya, meski ia yang telah menemukannya dan menginginkannya.
"Sin, aku tanya satu hal lagi." akhirnya Chava kembali bersuara.
"Hm?"
"Jujur sama aku, apa kesepakatan antara kamu dan Michika hanya sebatas itu?"
Oisin diam. Tentu saja bukan hanya sebatas itu. Lebih dari itu. Oisin sedang mempertimbangkan, apakah ia harus jujur pada Chava atau tidak?
"Sin?" Chava memajukan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Teen FictionBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...