25

115 13 2
                                    

"Apasi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apasi?"

"Gue dari tadi nanya gak lo jawab-jawab!" Kesalnya.

Cuaca sedang terik-teriknya namun laki-laki aneh itu terus mengganggu Abel. Sehabis dari ruang guru tadi tiba-tiba di depan pintu sudah ada seorang Rio dengan senyum lebar memperlihatkan giginya.

"Gue penasaran Rimaaaa."

Langkah Abel terhenti dan wajahnya menghadap ke arah Rio. "Iya."

Hanya satu kata namun berarti rumor itu benar adanya, Rio semakin penasaran dengan alasan di balik itu.

Meninggalkan Rio yang diam Abel berjalan secepat mungkin menghindar namun tetap saja laki-laki itu kembali mengejarnya.

"Lo bisa gak si gak ngikutin gue? Berasa ketempelan banget," Celetuk Abel yang di balas dengan gelengan cepat oleh Rio.

"Lo depresi?"

Bukannya menjawab Abel malah mengabaikan pertanyaan itu. Bagaiamana tidak, Abel saja jelas tidak tahu apa yang di alami oleh si pemilik tubuh ini yang artinya dia tidak bisa menyimpulkan kalau Rima depresi atau apapun itu.

"Rimaaaa! Kalo ada apa-apa cerita sama gue! Lo ga sendirian! Gue bakal ada buat dengerin cerita lo!!"

Teriakan Rio terus Abel abaikan, bisa di pastikan mereka berdua mengganggu siswa yang lain. Namun mendengar apa yang Rio katakan seakan sebuah sihir yang membuat hatinya berdetak kencang, sudah begitu lama dia tidak pernah mendengar kata-kata itu dari orang lain.

Meskipun begitu dia hanya sendirian benar-benar sendirian.

Jika di ingat-ingat lagi sudah cukup lama Dina tidak masuk sekolah katanya sedang ada acara keluarga tapi entah kenapa lama sekali. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan, di telpon pun Dina selalu mengatakan sedang sibuk. Berbagai macam spekulasi berseliweran di otaknya banyak kejanggalan yang dia sendiri tidak tahu apa yang janggal itu.

Abel bertekad untuk mengungkap perihal percobaan bunuh diri Rima, namun rasanya sangat sulit karena tidak menemukan bukti apapun. Sudah lama dia tinggal di tubuh ini tapi tidak menemukan hasil apapun.

Helaan napas berat terdengar ketika Abel duduk kembali di kursinya, dia menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangan di atas meja. Perasaan prustasi begitu terasa semakin besar.

●●

Tepat di dalam rumah milih seorang pria yang tak lain adalah Abi, sebuah keluarga tengah duduk di ruang tamu.

"Kamu kapan mau nikahin Citra, Bi?"

Celetukan dari pria yang sudah berumur itu sontak membuat Abi yang tengah bermain dengan anaknya yang tak lain ialah arka menengok ke arah sang ayah.

"Citra udah bantu ngurusin Arka, ayah lihat dia bisa jadi ibu yang baik buat Arka. Udah lama kamu menyendiri gini, gak mau nikah lagi apa?"

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang