(A-r-s-o-n: tandanya sedang berbicara dengan cara menulis perkata di tangan lawan bicaranya)
Agra sedang ada dipangkuan Anggara kali ini, dipangku menyamping karena ia sedang menyusu. Tentu ditutupi selimut, mengingat mereka masih ada di publik walau ada di dalam rumah.
"Angga, mau makan apa?" Anggara hanya tersenyum menatap Azam "ada apa aja Mas?" Azam menunjukkan telur dan mie yang baru kemarin mereka beli.
"Telur ceplok aja kalo nggak ngerepotin mas" Azam mengangguk. Anggara membenarkan posisi Agra lalu mengangkatnya.
"Pake kecap, Ngga?" Anggara mengangguk. Ia menepuk nepuk bokong Agra agar tertidur lagi. Ia baru pagi ini terkena demam dan sudah rewel sedari tadi.
Arson ingin mengajaknya bermain, tapi Azam melarangnya karena Agra butuh istirahat. Lynx tadi datang untuk membawa barang Agra yang tertinggal dan masih disini hingga sekarang.
Ia dikelilingi anak anak yang diasuh Azam, karena mereka mengajaknya bermain dan ia iyakan. Membuat mereka semua jadi bermain bersamanya.
"Angga...~" Anggara mengelus dahi Agra yang ditutupi kompres penurun panas, mencium dahinya.
"Iya, tidur lagi ya? Biarin obatnya bekerja."
Agra memainkan tangan Anggara di dalam selimut, mencubit-cubitnya, menggigitnya, lalu menghisapnya. "Angga~ jangan dilepas~" Anggara menghela nafas.
"Kotor, Sayang."
Agra terlihat akan menangis, bibirnya bergetar dan air mata langsung berlomba untuk turun. "Eugh... hiks— Angga... jahat!!" Tangisan kencang langsung terdengar.
Azam dengan sigap bertukar dengan Anggara, pemuda itu memasak dan ia menjaga Agra. "Anak siapa ini? Hum?" Agra secara perlahan menghentikan tangisannya melihat Azam yang baby talk padanya.
"Anggaaa." Azam tersenyum "pintar!" Agra tertawa sebelum akhirnya kembali menangis karena tak melihat Anggara di pandangannya.
"No no, Angga ada di sini. Tuh, itu Angga lagi masak buat mam" Agra tertawa lagi, Azam membawa Agra ke ruang tengah. Melihat semua anak anak yang ia asuh duduk di lantai sembari menonton siaran yang disetel Lynx.
Tv tabung yang sudah tak layak itu masih ada, layarnya semakin hancur dan semakin naik karena sudah tidak jaman menggunakan TV tabung tapi mereka tidak punya uang.
Jadi tv tabung itu menjadi jawabannya. Agra di dudukkan dekat Arson yang sedang bermain rubik. Meminta Arson untuk menjaganya.
Arson melirik Agra yang masih sesenggukan, ia menyeka air mata Agra lalu mengusap sisa susu di ujung bibirnya.
Agra menyentuh rubik yang baru saja diselesaikan Arson, mengacak acaknya. 'S-i-n-i' Agra bangun merangkak ke arah Arson yang kemudian mengangkatnya.
Tubuh Agra yang lebih kecil jadi duduk di pangkuan Arson. Arson hanya membiarkan, padahal ia tadi niatnya ingin membiarkan Agra tiduran di pahanya mengingat anak itu sedang sakit.
Tapi sepertinya Agra salah tangkap, Arson memainkan rambut Agra yang halus, mengepang rambutnya hingga jadi 3 kepangan kecil.
Tubuh Agra yang tadinya duduk tegak di paha Arson semakin turun hingga sekarang kepala anak itu bersandar di paha Arson sembari memeluk pahanya.
'B-a-n-g-u-n, j-a-n-g-a-n k-a-y-a-k g-i-t-u' Agra memalingkan wajah, merajuk. Anggara memanggil semua anak anak untuk ke dapur agar makan.
Ada ratusan anak di rumah ini, dan dapur langsung penuh dengan anak anak asuhannya. "Iya, yang nggak kebagian di ruang tengah ya" Azam mengarahkan anak anak lain untuk duduk di ruang tengah.
Arson masih bersama Agra, bahkan sekarang Agra malah menempel sekali pada Arson. "Adek, makan dulu nasinya" Agra menggeleng ketika Anggara memintanya.
Ia malah memainkan tangan kiri Arson yang bebas, Arson akhirnya memilih ia yang menyuapi Agra. "Nggaa—" Arson langsung memasukkan nasi dengan telur kecap ke mulut Agra.
Mata anak itu berbinar, Arson terkekeh. Ia menyuapi Agra hingga nasi di piring mereka berdua habis.
Beberapa anak yang lebih dewasa mengambil piring bekas semuanya makan, lalu mencucinya bersama sama.
Arson ikut membantu, tapi ditambah dengan Agra yang ikut duduk disampingnya. 'b-e-n-e-r m-a-u d-i-s-i-n-i?' Agra mengangguk, ia membawa bonekanya sembari duduk di lantai.
Arson berdiri lalu menyuruh Agra untuk duduk di kursinya (bentukannya jengkok ya ges ya) Arson mulai menyabuni semua piring bekas mereka, lalu mengopernya pada anak yang disampingnya.
"Nggak mau disini?" Arson menggeleng, meminta Agra untuk duduk disitu sedangkan ia jongkok untuk mencuci piring.
1 jam mereka habiskan untuk mencuci piring, Arson meraih tangan Agra lalu menggandengnya. "Adek, minum obat dulu" ternyata Arson membawanya ke Anggara untuk minum obat.
Agra berniat kabur, namun kekuatannya tetap kalah dari Arson. "Nggak..." ia mencoba menarik tangannya dari cekalan Arson.
Tapi pemuda itu sama sekali tidak bergerak, Agra langsung menangis lagi. "Astaga" Agra sudah menendang nendang angin karena tidak ingin.
'A-r-s-o-n i-k-u-t m-i-n-u-m' Arson mengambil sendok berisi obat Agra lalu meminumnya. Ia membuka mulut, menunjukkannya pada Agra.
'manis'
Agra akhirnya mau minum obat dengan tangannya yang dipegang Arson erat. Anggara tertawa saja melihat Agra malah sekarang menempel sekali dengan Arson.
Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat
Biodata
Nama: Arson
Umur: 17 Tahun
TTL: 23/12-????
Fakta: Bisu?
Likes:???
Dislikes:???
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa (Hiatus)
RandomBapak anak tapi panggilannya Abang Adek Notes: Nggak suka silahkan pergi, lebih baik habiskan waktu dengan yg lebih penting daripada ngetik hal jahat disini. BL tipis tipis (bukan incest) suka ada AU tiba tiba WANJAI BUKU GW MASUK PERINGKAT SATU WO...