XII

2.4K 70 1
                                    

Anggara memangku laptopnya, sesekali ia juga menyesap kopinya yang sudah terasa dingin.

Pintu ruangannya terbuka dengan keras, Agra berlari masuk diikuti Lynx yang mengikuti dari belakang.

"Tuan muda!!" Anggara menaruh laptopnya di meja lalu membuka tangan, Agra melompat ke pelukannya.

"Adek Angga udah pulang, capek?" Agra mengangguk, ia memeluk erat Anggara. "Lynx mau disini?" Lynx menggeleng "saya akan pergi jika Tuan muda sudah bersama anda" Anggara mengangguk.

Lynx lalu pamit pergi setelah memastikan Agra tak akan mencarinya untuk waktu yang lama.

Anggara melanjutkan kerjaannya sembari memeluk Agra, Agra mengarahkan tangan Anggara ke mulutnya lalu menghisap jarinya.

Agra menghisap jarinya sembari terus melirik tangan Anggara yang berdansa di atas papan ketik miliknya.

Agra melirik Anggara lalu kembali fokus ke laptop di hadapannya, "Angga, ini apa?" Anggara melirik gelas miliknya "itu kopi- nggak boleh diminum kamu" Agra langsung menutup mulutnya.

"Yaudah" Agra memegang telunjuk Anggara lalu menghisap jarinya sembari menatap laptopnya.

Agra berdiri dari duduknya lalu mengambil tasnya, "tadi pas kelas hape disuruh kumpulin" Anggara berhenti mengetik lalu mendengarkan.

"Terus katanya tadi ada yang tawuran. Jadi pada dipulangin"

Anggara melirik handphonenya lalu mengambilnya, ia menelepon Ver lalu meninggalkan Agra di ruangannya.

"Bang, gimana kisah bisa ada tawuran?"

"..."

"Yaudah tiati"

Telepon dimatikan, Anggara kembali ke hadapan Agra lalu memangkunya lagi. "Angga, mau main sama Asta" Anggara menepuk bibirnya "jangan manggil nama, nggak sopan itu" Agra menatapnya bingung.

"Yang nyuruh manggilnya itu tuh orang om Ver, katanya nggak mau inget umur" Anggara terdiam, the silence so loud... Agra memainkan jarinya sembari menunduk, ia kira Anggara akan marah.

Namun tak berapa lama kemudian suara kekehan terdengar diruangan yang sunyi itu. "Kalo Bang Ver mah emang maunya gak dipanggil om, kalo yang lain panggil om aja" Agra mengangguk.

"Nanti Ver sama yang lain bakal Dateng, Adek sama Fian Asta dulu ya?" Agra mengangguk. Tak berapa lama datang Ver yang diikuti Fian dan Asta yang membawa banyak barang.

"Hello everybody!!" Anggara langsung memukul kepala Asta, "sakit njir" Anggara langsung menatapnya lalu membuka pintu ruangannya lebih lebar lagi.

"Masuk Lo semua" Anggara menatap Ver tak bersahabat lalu berjalan ke arah Agra yang ia tinggalkan di kursinya.

"Gua salah apaan Ra, buset baru dateng" Anggara menutup telinga Agra lalu membuka mulutnya "ya, lu ngajarin Agra buat nyebut nama Lo gak pake 'Om' agak laen" Ver terkekeh "ya maap, kagak mau inget umur kalo boleh jujur sayanya" Anggara mendelik.

"Kalo lu ultah gw bikin tulisan yang banyak kalo umur lo udah 32" Ver langsung tertawa, Asta dan Fian sudah duduk di lantai dan Agra ada di sofa.

Agra menatap bingung sahabat abangnya yang malah memilih duduk di lantai daripada di sofa, "Angga, mereka ngapain duduk di lamtai??" Anggara melirik Asta dan Fian yang malah menunjukkan tanda Peace sembari tersenyum.

"Cosplay gembel itu, biarin aja nanti juga naik sendiri" Fian mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa lalu menunjukkannya pada Agra, "kamu mau?" Fian menunjukkan mobil mobilan miliknya yang ia bawa dari rumah Asta.

Agra mengangguk, akhirnya mereka berdua duduk di lantai bermain mobil mobilan. Tak lama, Fian kembali ke hadapan Asta dengan tangan yang bertaut.

"Mau susu..." Asta mengeluarkan botol susu dari dalam tas lalu menuangkan air panas ke botolnya dan mengocok botolnya.

Asta memberinya pada Fian setelah mengecek suhunya lalu membiarkan Fian berlari ke arah Agra untuk bermain.

Tak lama, ruangan Anggara menjadi sangat sunyi. Asta mencari cari Fian dan Agra yang tidak terlihat, mobil mobilannya diletakkan di lantai dan mereka berdua tak terlihat.

Mereka bertiga kelimpungan mencari Agra dan Fian yang menghilang tanpa jejak karena sepatu, handphone, gelang, kalung, dan botol susu milik mereka ditinggal begitu saja.

Mereka tak bisa melacaknya karena barang barang yang ada GPS itu di lepaskan oleh mereka berdua dan ditinggal.

Setelah tiga jam mencari, Anggara ingat ada satu ruangan yang belum ia cek. Ia membuka pintu yang menyatu dengan dinding itu lalu menemukan ada Fian dan Agra yang tertidur di kasur itu sembari berpelukan.

Asta memekik gemas, Ver langsung mengambil handphonenya untuk mengambil foto, Anggara memijat pelipisnya.

Ia lupa jika ia memberitahu little Fian tentang kamar ini, dan sepertinya karena mengantuk Agra juga diajak olehnya.

Akhirnya mereka bertiga kembali berbincang di luar.

Saya nggak terlalu bisa nulis sebenarnya, cuma karena Nao udah nangis dan dia ngamuk katanya harus update jadi dia ceritain ke saya tentang plot aslinya, tapi karena bukan dia yang nulis saya disuruh bikin filler aja.

Kemaren abis main hujan, mabok anaknya, kemaren pilek udah kayak orang abis nyanyi lagu rock 24/7 saking suaranya ilang Ampe nggak kedengeran, saya bingung, udah minum obat masih kagak membaik akhirnya dia nangis karena kesel nggak sembuh sembuh terus katanya saya nggak update buku dia.

Dah ah kepanjangan curhatan saya, besok lagi ya kemungkinan besok udah Nao yang pegang akunnya.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang