XIII

2.2K 80 0
                                    

Sebenarnya banyak yg bertanya tanya tentang Agra yg masih menghisap dadanya, namun Anggara juga tak bisa menyalahkan orang orang untuk tak bertanya tentang itu.

Sebenarnya ia bisa saja menjawab, namun Agra pasti akan menangis jika ia bercerita. Dan Lynx pasti akan langsung menangani masalah itu.

Jadi ia tak bisa menjawab pertanyaan yang masih saja terdengar di media. Anggara menaruh handphonenya lalu menatap Agra yg sedang tidur diatas tubuhnya sembari menghisap dadanya.

Anggara menatap sendu Agra yang sedang tertidur nyaman, setiap Agra bersekolah tanpa ditemani olehnya, ia pasti akan selalu dikejar media untuk menanyakan hal yang sama.

Ia tak bisa melawan karena takut nama baik Anggara tercoreng olehnya yg hanya anak angkat, jadi ia tak berani bergerak seenaknya.

Lynx selalu menemani Agra setiap ia di sekolah karena tak ingin mengganggu Anggara yg terkadang sibuk dengan pekerjaannya.

Namun beberapa kali, ia ditahan oleh beberapa orang agar tidak mendekati Agra dan mereka akan mendatangi Agra yang justru semakin ketakutan.

Agra benci jika didekati orang banyak, apalagi jika untuk menanyakan hal yg sama terus menerus.

Dengan banyaknya kamera yang terdengar memfotonya membuatnya pusing, Agra mulai oleng karena orang orang mendesaknya untuk menjawab pertanyaan mereka.

Agra mengambil handphonenya lalu menelepon Anggara, "Nggara, gw nonjok orang boleh kan ya?" Anggara terdiam beberapa detik sebelum menjawab "asal lu nggak ngelukain Agra" "hm" telepon mati dan Asa langsung menonjok kamera yang terus menyorotnya.

"Awas Lo semua!!" Ia menonjok kamera kamera itu. Lynx hanya diam, ia membiarkan Asa melakukan pembalasan. Ia sudah merekam untuk beberapa detik jika media memfitnah tuan mudanya.

Lalu berlari mendekati Asa, "Asa? Anda tidak apa apa?" Asa mengangguk, wajahnya berubah merah karena panas.

"Ini" Lynx menyerahkan saputangannya lalu mengikuti Asa yang berjalan dengan cepat ke arah mobil.

"Lynx, kerumah" Lynx langsung membelokkan mobilnya lalu berjalan ke arah berlawanan. "Anda tidak ingin ke kantor Tuan Anggara?" Asa menggeleng.

"Nanti aja, gua mau mandi. Bau darah baju gw" Lynx akhirnya tak lanjut bertanya. Saat sudah sampai dirumah Lynx membuka pintu mobil lalu Asa langsung membuka bajunya.

"Asa, tolong jangan melepas baju di publik. Saya mohon" Asa langsung memakai kembali seragam bau darahnya lalu masuk kerumah.

Lynx menghela nafas, ia mengikuti Asa lalu memasuki kamarnya. Hanya Lynx dan Anggara yg boleh masuk kamarnya, Lynx sudah menemani Agra dari waktu kecil dan sudah menemani Anggara sewaktu ia baru membangun perusahannya.

Bisa dibilang ia dianggap keluarga mereka juga.

Lynx menunggu didepan pintu lalu langsung kembali berjalan setelah Asa mengikutinya di belakang.

"Silahkan Asa" Asa memasuki mobil lalu Lynx juga memasuki dari arah yang berlawanan. "Lynx, beli kopi dulu" Lynx lalu membelokkan mobilnya ke arah cafe.

"Uangnya ada, Sa?" Asa mengecek kantung bajunya lalu menggeleng, "Tuan Anggara memberi saya ini, dan anda bisa gunakan ini" Asa mengambil black card yang diberikan Lynx lalu masuk ke dalam cafe.

"Lynx mau apa?" Lynx yg masih mengikutinya menggeleng, "saya masih kenyang Asa, terimakasih" Asa menggeleng "kamu mau apa?" Lynx menghela nafas "Americano" Asa lalu mulai memesan minuman yang ia mau.

"2 Americano dan 1 kopi susu" waiter itu terkejut saat melihat kartu yg dipegang Asa, "b-baik, totalnya 53.000" Asa menyerahkan kartunya, tangan waiter itu gemetaran saat memegang black card milik Asa.

"Baik, terimakasih" mereka menunggu sebentar lalu kembali ke mobil setelah pesanan mereka datang.

"Asa, tolong jangan keluar untuk 2 bulan kedepan" Asa mengerutkan dahinya, "kenapa?" Lynx melirik Asa lalu menghela nafas, "2 Minggu yang akan datang, Tuan muda akan ujian untuk sekolah. Dan, saya mohon anda tidak keluar agar tidak membuat Tuan muda tidur" Asa lalu mengangguk.

"Kalo gua bikin nilai ujian Agra bagus?" Lynx menghela nafas "mungkin anda akan diberi hadiah oleh tuan Anggara" Lynx bisa melihat mata Asa berbinar.

"Yaudah! Yg ujian itu gw!" Lynx melirik Asa lalu menatapnya saat mereka harus berhenti karena lampu merah.

"Anda lupa jika mata Anda berbeda dengan Tuan muda Agra?" Asa tersenyum lebar menatap Lynx.

"Tinggal pake lensa kontak!" Lynx ternganga akibat ucapan Asa. "Hah... saya bingung" Lynx lalu terdiam dan kembali mengemudi.

Saat sudah sampai di kantor Anggara, Asa langsung menyambar kopinya lalu berlari kedalam.

Lynx mengejar dari belakang. Saat sudah sampai di lantai paling atas, Asa langsung menendang pintunya.

"Nggara?" Asa terkejut melihat ada seseorang yang duduk di pangkuan Anggara, ia menaruh kopi yang ia pegang lalu langsung memukul pemuda itu.

Anggara terkejut, ia membuka mata lalu langsung menemukan Asa yang sedang memukuli seseorang. Dia baru bangun dan langsung diberi pertunjukan gelud gratis.

"Lepas Asa" Asa berhenti lalu langsung menatap Anggara, "dasar tidak tau diri" Anggara menendang wajah pemuda itu lalu memanggil satpam.

"Tidak... Anggara!!" (Cowok yang ditarik yg manggil) Lynx masuk setelah memastikan pemuda itu pergi, "tuan Anggara, ini kopi yang dibelikan Asa untuk anda" Anggara melirik Asa yang asik meminum Americano-nya.

"Makasih" Lynx tersenyum, ia keluar sembari membawa Americano miliknya yg sudah mulai berubah warna karena es yg mulai mencair.

Asa dengan santai memainkan handphonenya di sofa ruangan Anggara, "Sa, makasih kopinya" Asa berdiri dari duduknya lalu ke hadapan Anggara.

"Nih kartu Lo. Oh iya, Nggara, gw boleh gantiin Agra bust ujiannya dia nggak?" Anggara menatapnya dengan mata terbelalak.

"Kenapa lu tiba tiba mau ujian?" Asa membuka mulut lalu menutupnya lagi, "nggak papa, cuma mau aja" Anggara mengangguk "yaudah, boleh" Asa dalam hati sudah melompat kesenangan.

Bruk

Ia tiba tiba terjatuh kebawah, Anggara terkejut. Tak lama tubuhnya terduduk, Agra terbangun. Anggara menatap Agra yg juga menatapnya, "Angga~" Agra merangkak mendekati Anggara.

"Abang! Nen!" Anggara terkejut saat melihat Agra, ia tak terlihat mengantuk setelah bergantian dengan Asa.

"Adek?" Agra duduk diantara pahanya lalu menatap Anggara "hm?" Anggara menggeleng, ia mengangkat kemejanya lalu menutupi kepala Agra dengan selimut.

Anggara memainkan rambut Agra yg mencuat dari dalam selimut, tak lama Agra tertidur. Anggara mengira akan seperti biasanya, semakin lama Asa keluar semakin lama Agra tertidur, namun ternyata tidak.

Setelah beberapa jam, Agra terbangun. Anggara terkejut melihatnya, Agra hanya menatapnya bingung. Anggara akhirnya tak berbicara apa apa, dan lanjut melakukan pekerjaannya.

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat

Hiyak, balik diriku mengetik setelah beberapa hari ditahan Leon

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang