XVIII

535 37 0
                                    

Entah mengapa hari ini Agra rewel, Anggara bingung sebenarnya kenapa karena ia juga terkejut.

"Adek? Kenapa hm? Nggak nyaman?" Agra tak menjawab, tapi dari gerak geriknya pasti ada yang membuatnya tidak nyaman.

"Iya Sayang, kenapa?" Anggara menaruh laptopnya di meja lalu menarik Agra yang masih uring uringan di lantai.

"Dingin disitu, jangan di lantai" Anggara mengelus punggung Agra yang semakin rewel, tubuh Agra yang mencoba menendangnya langsung Anggara tahan.

Tubuh Agra semakin memberontak bahkan kancing bajunya lepas, Anggara terpaksa menarik tubuh menjadi tiduran di atas tubuhnya.

Tangannya menempel di dahi Agra mencoba merasakan apakah anaknya sakit atau tidak.

Suhu tubuhnya tidak terasa lebih panas dari biasanya, Anggara semakin bingung karena tidak biasanya Agra rewel tanpa alasan yang jelas.

Anggara mencoba melakukan physical touch pada Agra, mencoba tips yang ia tau dari sosial media.

Tak lama, Agra yang tadinya rewel mulai tertidur dengan sendirinya. Dahi berkeringatnya Anggara seka, menatap wajah anaknya yang memerah karena panas.

"Mimpi indah Sayang"

Anggara tetap memangku Agra yang sedang tertidur, mencoba sebisa mungkin meminimalisir gerakannya agar Agra tidak terbangun.

Beberapa jam berlalu, Agra terbangun. Ia duduk di atas perut Anggara yang juga diam menatapnya.

Tangan mengepal itu mencoba untuk menggaruk kedua matanya karena rasa gatal. Dan Anggara tentu menghentikannya.

Elusan lembut justru ia dapat dibagian matanya yang gatal "udah?" Anggukan ia beri.

Mata sayunya itu menatap Anggara yang menatapnya penuh sayang. Rambut Agra yang berdiri itu dielus Anggara lembut.

Agra menatap Anggara lalu balas tersenyum.

Pipinya beberapa kali dikecup Anggara hingga akhirnya ia berhenti karena Agra yang tertawa dengan terputus putus. "Mam yuk?" Agra mengangguk. "Mau gendong atau jalan?" Tangan Agra terulur dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Iya gendong" Anggara menggendong Agra di pinggulnya lalu membawanya ke ruang makan. "Adek disitu dulu ya? Angga panasin mam adek dulu" Agra tak melepaskan pelukannya di leher Anggara.

Memberi respon jika ia tak ingin ditinggal.

Anggara tersenyum, gendongannya Anggara eratkan lalu kembali membawa Agra kedapur. Setelah lama berkutat di dapur masakan Anggara akhirnya selesai.

Dengan banyaknya bujukan yang ditujukan Anggara agar sang Anak mau makan, akhirnya semua itu terbayarkan ketika Agra memakan habis semua makanannya.

"Angga~! Mau Barney!!" Anggara yang sedang mencuci piring akhirnya memilih untuk menyalakan tv dan memainkan Barney di televisi. Selesai mencuci piring, Anggara kembali ke sisi Agra.

Anggara duduk di samping Agra, dan Agra yang menyadari keberadaan Anggara langsung bangun untuk duduk di pahanya, biskuit bayi yang selalu ada di toples dekat meja kopi ada di pelukan Agra.

"Angga, susu~" Anggara mengelus rambut Agra menatapnya sendu, sebelum tersenyum "nanti ya? Nanti sakit perutnya" Agra mengangguk walau terlihat wajahnya merajuk.

"Mau air di dot nggak? Biar Angga ambil" Agra mengangguk. Walau biskuit bayi itu tak membuat mulutnya kering tapi rasanya ia sangat haus. Tubuhnya diturunkan Anggara lalu bangkit untuk mengambil air.

Anggara kembali dengan botol dot dan kopi hitam di tangan ditangannya, Anggara menaruh gelas kopinya di meja kopi, lalu mengangkat Agra agar kembali duduk di pahanya, ia memberikan Agra botolnya.

"Maacih"

Bibirnya langsung melingkar di puting silikon itu, cukup lama di keadaan sunyi membuat Anggara sadar jika Agra terlalu diam. Ia melirik Agra yang sudah tertidur.

"Mimpi inda Sayang"

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya berisitirahat

Episode selanjutnya bakal mulai fokus Ama konflik ya guis, bai bai

Asa (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang