[26] Bittersweet

559 75 14
                                    

"Can you shut up?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Can you shut up?"

"Dayana, sorry jangan marah sama gue. Gu-gue, gue nggak maksud buat cerita kaya gitu."

"Tapi udah kejadian kan, Elena? Udah banyak yang tau tentang hubungan kita, fuck off!"

Telinganya berdenging kala dirinya merasa bisa mendengar kembali segala percakapan yang pernah terucap antara ia dan Elena.

Itu jahat, Dayana menyadarinya betul. Jadi saat Nathanael memperlakukan hal yang sama padanya, Dayana akan selalu menerima. Ia seakan melihat pantulan dirinya di lelaki itu.

Alasan mengapa Dayana selalu tergagap saat berbicara pada Nathanael, pun karena trauma yang ia berikan pada Elena dulu. Ia bisa merasakan apa yang Elena rasakan. Ia bisa mengetahui sakit apa yang dulu ia berikan.

Dayana menyesali segala perbuatannya, sungguh, Dayana mengerti kesakitan yang ia perbuat. Pun tak ia pungkiri jika kehadiran Nathanael adalah karma baginya. Karma dari Elena.

Tapi bukan sosok Nathanael yang sekarang melingkarkan tangannya di pinggang ramping Dayana. Bukan Nathanael yang menciumi pundaknya penuh afeksi. Lelaki itu telah menjelma menjadi sosok yang seakan bisa melindungi Dayana, meraup tubuhnya yang begitu rapuh sejak perkelahiannya dengan Ricky kemarin.

"Hi, what are you doing here?" Ucap Nathanael halus di telinga.

Dayana membalikkan badan, tangannya ia bawa memegang lengan sang dominan. Tatapan mata mereka menyimpan banyak arti, dan meski tak diutarakan Dayana bisa merasakan sebersit kasih yang tanpa sadar telah Nathanael bagi.

"Cari angin." Ucap yang lebih muda sambil tersenyum kecil.

Nathanael balas senyuman itu, tangan kanannya mengelus pada pipi kemerahan Dayana, "I miss you, Baby Boy." Lelaki itu mencium puncak kepala pemuda tan, merengkuh tubuhnya membuat Dayana merasakan detakan jantung mereka yang berdetak serasi.

Namun, pantas kah ia?

Pantas kah Dayana merasakan kebahagiaan atas setutur kata yang Nathanael tadi ucap? Pantas kah ia menerima banyak perlakuan baik sedangkan ia tak lebih dari iblis yang berwujud manusia? Pantas kah Dayana mendapatkan pelukan yang membuat hatinya menghangat padahal ia hanya bisa menorehkan banyak luka?

"Elena jangan bebal, lo bisa sakit kalau kaya gini terus. Gue anter pulang!"

Suara-suara itu mampir kembali. Dayana yang selalu mengantar sang wanita untuk pulang sebab Elena selalu menunggunya kala latihan basket. Dayana yang selalu membelikannya camilan kecil guna memastikan perut Elena tidak kosong. Atau dia yang rela memberikan jaket kebanggaannya untuk Elena pakai jika angin sedang berhembus dingin.

Dayana memang bukan orang baik, namun tidak semua sisi dirinya adalah hal yang jahat. Dayana masih punya hati, meski mungkin sisi dirinya itu enggan ia bagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang