Sejak beberapa jam yang lalu Winda mencoba menelpon Kiara untuk melihat cucu kesayangannya sedang apa, tapi tidak ada satu panggilanpun yang di angkat, beberapa pesan yang dikirimpun tidak ada respon.
Winda merasa belakangan ini Kiara seperti sedang menyembunyikan sesuatu, entah apa itu, tapi feelingnya sebagai seorang Ibu mengatakan hal itu.
Sepulang dari acara temannya, Winda langsung menuju ke salah satu mall yang ada di Jakarta, seingatnya tadi pagi Kiara bilang kalau dia akan mengajak Lala ke arena trampoline terbaru yang ada di mall itu.
Berada di antara ramainya orang-orang yang berlalu lalang di dalam mall, Winda berjalan menuju eskalator untuk ke lantai 3, kakinya menginjak satu anak tangga dari eskalator itu, kemudian sambil berdiri dia sesekali mencoba menelpon Kiara tapi anak itu masih belum juga mengangkat teleponnya.
Setelah sampai di lantai 3, Winda menengok ke arah kiri dan kanan, mencoba mencari arena bermain trampoline yang dimaksud oleh Kia tadi pagi, dia kemudian berjalan melewati beberapa stand-stand arena permainan sampai matanya menangkap seorang anak kecil tengah berdiri bersama dengan seorang wanita dewasa di sampingnya sedang mengantri minuman.
Winda memicingkan mata, mencoba memerhatikan anak kecil itu dengan seksama dan setelahnya, dia yakin kalau itu adalah cucunya, itu adalah Lala. Tapi, dengan siapa anak itu mengantri minuman?
Winda membiarkan mereka menyelesaikan pesanannya, setelah selesai dia berjalan mendekat ke arah mereka yang kini duduk di bangku yang tersedia di pinggir arena bermain.
"Lala?" panggilnya.
Yang dipanggil menoleh, lalu tersenyum lebar begitu mendapati Winda yang memanggilnya.
"Omaa!" teriaknya, lalu turun dari kursi dan sedikit berlari ke arahnya.
Winda menyambut Lala yang mendekat dengan merentangkan kedua tangannya lalu memeluk anak itu, kemudian juga mencium kedua pipi Lala dengan sayang.
"Kakak Kia mana, sayang?" tanya Winda, sambil matanya mencari sosok Kiara tapi tak dia temukan.
Lala menggeleng, "Kakak Kia tidak ikut." jawabnya.
"Tidak ikut, kenapa?"
Lala lagi-lagi menggeleng, kemudian anak itu berjalan menghampiri wanita yang tadi dilihat oleh Winda, di sebelah wanita itu juga ada seorang pria.
"Oma, Opa... Ini Oma Windaa!" ucap Lala pada kedua orang tersebut.
Winda mengerutkan kening heran, kenapa Lala memanggil mereka berdua dengan sebutan Oma dan Opa?
Yang wanita berdiri kemudian menghampiri Winda sambil tersenyum canggung.
"Halo, Mba, saya Ranti. Mamanya Bima." ucap wanita itu sambil mengulurkan tangan.
Deg!
Mendengar itu, seperti ada yang menghantam dadanya kuat-kuat, Winda jelas kaget setengah mati. Kenapa Lala bisa berada bersama mereka?
Winda tidak menyambut uluran tangan Ranti, rasanya tidak sudi berjabat tangan dengan orang tua dari Bima yang tidak bertanggung jawab sama sekali terhadap anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/116700263-288-k365885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavy Rainfall
Teen FictionTentang dua pasang anak kembar dengan permasalahannya masing-masing dan hujan selalu terlibat dalam rasa sedih juga bahagia mereka. Kiara masih harus menyelesaikan hubungannya dengan mantan kekasihnya --Bima, sebab ada sesuatu yang membuat mereka sa...