Bab 4.

245 68 4
                                    

Sky tersenyum tipis kala terbayang pertemuan dia yg tidak sengaja dengan venus, meskipun tidak secara langsung maksudnya venus tidak mengetahui tentang keberadaan nya di dalam cafe semalam. Sambil membaca buku materi tentang mata kuliah hari ini senyum tipis masih terpatri di bibirnya, sangking masih membayangkan wajah venus sky sampai tidak menyadari kehadiran pandu yg sudah duduk dihadapan nya.

"Sky" panggil pandu entah sudah beberapa kali.

Pandu heran tidak biasa nya teman nya ini kehilangan fokus, bahkan senyum tipis yg tersembunyi dibibirnya kali ini terlihat.

"Sky" pandu sekali lagi memanggil sky.

Dengan kesabaran yg sudah habis pandu menggebrak meja dengan begitu kuat, sangking kuatnya orang yg berada dalam ruangan itu melihat kearah nya. Pandu lekas menangkupan tangan pertanda dia minta maaf, sementara sky hanya memandang pandu dengan datar.

"Ada apa?" Tanya sky dengan nada yg sangat datar.

"Lo gue panggilin ada kali puluhan kali. Lo kenapa pake senyum senyum segala."

"Hm, gak ada."

"Gak ada atau lo senyum jangan bilang karena lelaki masa lalu lo itu."

Senyum sky terbit kembali membuat pandu paham jika sky tengah berada dalam nostalgia masa lalu, sky berdehem sebentar menteralkan wajahnya menjadi wajah yg datar.

"Kenapa jadi bahas gue?"

"Gue jadi penasaran seperti apa orang nya yg udah buat lo senyum gak jelas seperti ini."

"Gak usah penasaran!"

Pandu terkekeh kecil "oke, gue gak akan penasaran lagi. Tapi nanti malam lo harus datang ke pertemuan antar genk. Karena tadi Nicholas bilang ada pertemuan di club Esther ntar malam."

"Hm, gue pasti datang. Tapi bukan buat minum."

"Ya, gue paham soal itu. Tenang aja mereka gak akan buat lo mabuk, lagian besok juga lo masih ada acara di kampus."

Sky mengangguk paham lantas pandu berdiri karena urusan nya telah selesai dengan sky, dia meninggalkan sky di ruangan perpustakaan. Sementara sky sendiri masih betah dengan beberapa buku yg dia baca.





"Ini ruangan apa anjirr" kata lintang yg sudah mati ketakutan karena dibawa venus keruangan seni.

"Ruangan seni bego, lo gak liat kalau disini karya seni mereka semua."

"Tapi ve kenapa serem banget mana sepi lagi, gue balik kelas aja lah gak jadi masuk klub seni lo."

"Ck! Cemen banget lo jadi lakik ini tuh gak serem."

Tetap saja yg namanya lintang tentu saja takut akan hantu apa lagi memang ruangan ini cukup sepi, lebih tepatnya hanya ada mereka berdua. Lintang melihat lihat kesekitar sampai matanya tertuju pada sesuatu.

"Aakkkkhhhhhh" jerit lintang membuat venus melirik kearah sahabat nya itu.

"Lo kenapa sih?"

"Itu liat disamping lo ve" kata lintang sambil menunjuk kearah yg dia lihat tadi.

Venus mendesah keras dia menepuk lengan lintang dengan kesal, dia pikir lintang itu memang melihat hantu namun ternyata itu hanya sebuah patung.

"Itu patung bego kenapa sih lo parnoan banget."

Sebenarnya venus juga takut namun dia tahan agar lintang mau mengikuti klub ini, dia tahu jika lintang takut dengan hantu begitu pun dia. Namun lebih takutan lintang daripada dirinya, tiba tiba seseorang keluar dari arah depan mereka membuat lintang memeluk venus.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang