Bab 23.

138 40 4
                                    

Lintang lekas mengetuk pintu kamar mandi membuat venus lekas keluar, venus menatap bingung melihat lintang yg tampak kebingungan begitu. Bahkan lintang sampai mengigit bibir bawah nya sangking bingung nya.

"Lo kenapa?" Tanya venus.

"Diluar ada temen kak sky."

"Hah! Temen kak sky? Siapa?"

"Gue gak tau. Mending lu cek deh dia berada diluar gak gue suruh masuk."

Venus mengiyakan lekas dia berjalan keluar kosan nya, venus membuka pintu kosan dan sedikit terkejut karena yg datang pandu. Venus tersenyum kikuk karena baru pertama ini dia di samperin oleh pandu.

"Kak pandu ada apa?"

"Sky nyuruh gue buat liatin lo, karena dari tadi lo susah di hubungi."

"Ah, ponsel gue kehabisan daya kak."

"Lo ikut gue sky mau ketemu sama lo."

Venus mengangguk "bentar ya kak gue pamit sama lintang."

Pandu mengangguk singkat dia kembali menunggu sedangkan venus harus masuk kedalam kosan buat pamit dengan lintang, setelah selesai venus lekas keluar lagi dengan tampilan yg sedikit rapi.

"Ayo kak."

Venus jalan duluan sementara pandu berjalan belakangan, sedikit melihat kosan venus mana tau dia bisa melihat wajah lintang yg begitu tidak asing itu. Setelah sampai dibawah kosan keduanya sama sama masuk kedalam mobil pandu yg mana venus agak canggung.

Diperjalanan baik venus dan pandu tidak ada yg mulai percakapan, hanya hawa dingin yg mereka rasakan. Bukan pandu melainkan venus yg mana dia melihat pandu begitu pendiam dan juga dingin.

"Kak pandu gimana keadaan kak sky" cicit venus sedikit bertanya.

"Baik. Mungkin setelah ini dia dapat sanksi dari profesor alex."

Venus meringis ngeri saja pasalnya karir sky sungguh sangat bagus di universitas union tersebut, jika diberikan sanksi itu sudah pasti kesalahan fatal. Venus merasa tidak enak hati karena dirinya sky mendapatkan bencana seperti ini.

"Gak perlu khawatir sky begitu karena bela lo" ucap pandu membuat venus terdiam saja.

Hingga sampailah mereka di apartemen sky yg mana venus baru pertama kali kesini, pandu mengajak venus buat keluar mobil dan lekas mengantarkan dia ke unit sky yg mana pria pucat itu sudah menunggu.

Naik ke lantai 15 yg mana tepat unit apartemen sky berada, setelah mereka sampai ke unit tersebut pandu lekas memasuki pin yg mana sudah dia hapal luar kepala.

"Masuk ve" ajak pandu membuat venus menuruti nya.

"Kak sky" panggil venus membuat sky yg sedang mengobati luka nya tadi menoleh.

Venus berlari kecil dan langsung duduk disamping sky, dia memegang luka itu sambil meringis.

"Sakit pasti" kata venus sambil meringis.

"Hm, tidak terlalu. Ndu makasih udah bawa venus sama gue."

"Hm, gue balik."

"Gimana? Apa lo menemukan kesenangan tadi" ujar sky dengan nada menggoda.

"Hm, cukup menyenangkan. Dan lo hutang cerita sama gue" kata pandu sambil menatap tajam kearah sky.

Sky terkekeh saja dia sudah tahu pasti kalau pandu akan bertanya perihal lintang, sementara venus seperti orang bodoh yg tidak mengerti arah pembicaraan kedua pemuda tampan ini.

"Gue cabut dulu" pamit pandu dan diyakan sama sky.

Setelah pandu pergi tinggal lah venus dan sky dalam ruangan itu, sky tidak segan memegang tangan venus dan mengecup nya. Sementara venus masih khawatir dan merasa bersalah karena luka sky disebabkan oleh dirinya.

"Kak, aku minta maaf karena belain aku kak sky jadi begini, pasti sakit kan ini bibirnya apalagi belum berhadapan dengan profesor alex nantinya."

Sky tidak menjawab malahan dia mengelus pipi venus dengan lembut, sesekali memegang bibir tebal venus yg masih menjadi candu buat sky sampai sekarang. Venus terpaku bahkan dia memejamkan matanya karena elusan lembut tangan sky menyapa bibirnya.

"Aku tidak masalah terluka demi kamu, ve. Asalkan kamu tidak terluka karena orang lain."

"Kaak-"

Belum sempet venus berucap bibir sky sudah mendarat ke bibirnya, hal hasil ciuman lembut tidak terelakan bagi keduanya. Venus bahkan sudah memegang kemeja sky dan merematnya karena merasakan ciuman lembut dengan sky, jujur sudah lama venus tidak merasakan ciuman lembut sky bahkan pertama dan terakhir saat mereka melakukan hubungan yg dilanggar norma. Namun siapa yg peduli untuk saat ini keduanya menikmati moment kebersamaan mereka.





Pandu duduk disebuah cafe yg mana sejak pulang dari apartemen sky dia memikirkan pertemuan nya dengan lintang, sejenak dia sedikit tidak ingat dengan lintang namun begitu dijalan tadi dia baru menyadari jika lintang dulu pernah dia berikan boneka berbentuk kelinci, memang sudah lama namun pandu masih ingat pertemuan mereka beberapa tahun silam.

Mata bulat lintang bahkan senyuman gigi kelinci kala mendapatkan boneka kelinci tersebut masih terlihat jelas dimata pandu, tetapi setelah pertemuan kedua mereka tadi dia jadi penasaran kenapa lintang tidak mengenal dirinya. Dan lagi pula kenapa sky menyembunyikan fakta ini.

Pandu mendesah pelan baru kali ini otaknya memaksakan buat berpikir keras apalagi kenyataan nya lintang dan dia satu kampus, sungguh hal tidak terduga selama ini karena baik pandu dan lintang tidak pernah ketemu di kampus.

"Takdir macam apa ini."

Anggap lah begitu karena sejak pertemuan nya dulu dengan lintang, pandu sama sekali tidak bertemu dengan lelaki bergigi kelinci. Dan baru kali ini dia bertemu dengan tatapan mata yg sama.

"Gue harus cari tau semuanya."

Agak nya memang benar pandu harus menyelidiki semuanya tentang lintang, kenapa saat itu mereka tidak bertemu kembali. Dan baru sekarang di pertemukan itupun berkat sky yg menyuruh dia melihat venus.

"Sendirian aja bang" seru Esther membuat pandu mendongak.

Esther langsung duduk dihadapan pandu dengan meletakan kopi yg dia pesan tadi, ditatapnya lekat membuat pandu berdecak.

"Ada apa?" Tanya nya membuat esther geleng kepala.

"Baru kali ini gue lihat muka lo kusut."

"Sok tau! Gue habis tempat sky tadi."

"Padahal gue gak tanya lo darimana, gue cuman lihat muka lo kusut seperti ada yg dipikirkan. Kalau lo ada masalah cerita lah sama gue, ya meskipun gue gak membantu lo sama sekali."

"Lo habis darimana?" Tanya pandu mengalihkan pembicaraan.

Esther berdecak saja dia sudah tahu kalau pandu mengalihkan pembicaraan, dari ketiga sahabatnya memang sky dan pandu spesies makhluk yg susah sekali menggali informasi tentang masalah mereka. Agak nya kedua sahabatnya itu mempunyai ranah sendiri dalam menyelesaikan nya.

"Gue habis kencan sama pacar gue, eh salah mantan maksudnya."

"Habis lo putusin karena apa, bosen lagi."

Esther meminum kopi nya "hm, udah gue bilang sama dia buat gak kekang gue. Apalagi tanya ini itu, gue paling males di kekang. Hal hasil gue putusin lah."

Pandu mendesah pelan "mau sampai kapan lo main main nya. Apa gak ada niatan serius."

Esther terdiam sejenak "ada. Nanti kalau gue ketemu sama dia, bang. Baru gue berhenti."

"Dia?"

"Hm, dia. Cinta pertama gue."
















To be continued.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang