Tessa tak memiliki barang berharga, kecuali mahkota kecil yang dipaksa Luke ke pergelangan tangannya. Namun, ia tak menampik membutuhkan pakaian hangat untuk musim seperti ini. Jadi, ia mengemasi beberapa gaun, kardigan, jaket, dan mentel. Sarung tangan tak ketinggalan. Ia memaksa menjejalkan sepatu bot ke dalam tas besarnya sebelum meletakkan tas tersebut ke dalam gerobak.
Kawanan berangkat ketika malam menjelang. Para pelayan, termasuk Zev mendorong gerobak berisi barang-barang bawaan, sementara yang lain berjaga. Sang Alpha memilih menaiki kereta, tentu saja, bersama Cora dan algojo yang mengawalnya. Mereka berjalan semalam suntuk.
Tessa satu-satunya manusia di antara mereka, duduk bersama anak-anak di dalam gerobak yang didorong oleh segerombolan werewolf pekerja. Luke memilih mengawasinya dengan mengekori gerobak tersebut. Lyra bersamanya. Mereka tampak sedikit bercanda dengan saling senggol dan tertawa, yang membuat Tessa sedikit merasa gerah. Padahal salju turun dengan lebatnya. Ia melihat Luke sesekali tersenyum kepada Lyra dan Tessa hanya bisa mengawasi mereka.
Cemburu kah dia? Tessa tak yakin. Hanya saja, ia belum pernah melihat Luke tersenyum ketika bersamanya. Dan Luke amat tampan ketika tersenyum. Hal yang membuat Tessa semakin kesal. Ia mengalihkan pandangan, melihat apa pun selain mereka. Di sekitarnya para serigala berjaga. Mereka berjalan mengitari rombongan, sebagian menuntun jalan.
Sesekali, saat Tessa bosan, dia akan turun dan ikut berjalan bersama yang lain. Ia juga mengobrol dan turut membantu mendorong gerobak. Ia sempat berharap Luke memerhatikannya, tetapi lelaki itu bersikap seolah tak mengenal Tessa. Hal itu membuat sang gadis muram.
Pada penghujung malam, rombongan akan berhenti. Mereka membuka tenda dan beristirahat. Sebagian berjaga dan berburu, tetapi Tessa tak bisa tidur. Ia turun ke sungai dan mengisi botolnya dengan air, walau sebenarnya tidak butuh. Sebab, setiap mereka berhenti, Ralph mengundangnya ke tenda untuk makan dan beristirahat. Sang alpha juga menawarinya untuk ikut ke kereta yang sama, tetapi Tessa menolak. Ia ingin dekat dengan Luke. Alasan dia turun ke sungai untuk mengambil air pun sebenarnya karena ingin mengintip Luke. Ia sempat melihat lelaki itu turun tadi, bersama Lyra.
"Kau bakal butuh aku nanti." Terdengar suara Lyra dari balik semak. Diam-diam, Tessa mendekati sempak itu. Ia merunduk agar Lyra dan orang yang diajaknya bicara tidak menyadari kehadirannya.
"Tidak. Sungguh, aku tidak apa-apa. Aku sudah menjalani ini selama tiga tahun dan aku masih waras." Itu adalah suara Luke.
"Karena sebelumnya ada Cora yang membantumu. Dia tak lagi bisa membantumu. Dia bersama Ralph. Kau butuh wanita untuk melewati malam itu. Aku bisa membantumu." Tessa mengintip celah daun dan melihat Lyra mendekat pada Luke. Gadis itu mengelus lengan sang lelaki.
Luke mendorong tangan Lyra. "Aku sudah bisa mengatasinya. Aku lone wolf sebelumnya."
Lyra mendecakkan lidah. "Tak ada werewolf jantan yang bisa mengatasinya. Itu kutukan kita."
Luke menggeleng.
Gadis itu melanjutkan, "Apa jangan-jangan kau berharap pada perempuan itu?"
"Tidak!"
Lura mendengkus. "Baguslah! Aku tak percaya kau bertakdir dengannya. Lagi pula, dia manusia, tak cukup untuk memuaskanmu."
"Lyra, kumohon! Aku bisa mengatasinya. Oke?" Luke mendorong bahu sang gadis. "Sekarang, kembalilah dulu ke atas. Aku ada keperluan."
Lyra mendecakkan lidah, tetapi menurut. Ia beranjak pergi.
Ketika punggung sang gadis tak terlihat lagi, Luke berkata, "Apa kau pikir bersembunyi di balik semak dapat menyamarkan bau manusiamu?"
Tessa tersentak saat dirinya ketahuan. Perlahan, ia bangkit. Wajahnya memerah karena malu. "Aku ... aku ... well, aku tak sengaja--"
"Sudahlah, aku tak peduli." Luke berbalik dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption of Fallen Alpha
ФэнтезиLuke Frostbane, pemegang tahta alpha selanjutnya, melarikan diri dari kawanan karena dituduh berkhianat. Dia juga diburu. Hanya sebuah artefak kuno yang mampu membersihkan dirinya dari tuduhan tersebut. Namun, sayang, artefak itu telah dicuri ribua...