Bab 29. Suku Pegunungan

12 4 0
                                    

Perjalanan itu membutuhkan waktu tiga hari. Beberapa kali rombongan istirahat dan membuka tenda. Kawanan Ralph memang tidak sebanyak penduduk desa Grimvale, tetapi cukup membuat para perampok berpikir ulang untk menyerang. Selain para algojo yang berbadan besar, serigala yang menyertai mereka mengintimidasi makhluk-makhluk lain.

Luke pernah mengawal mereka selama satu malam. Bulunya yang seputih salju menuai decak kagum beberapa werewolf ketika berubah. Tatapannya yang tajam, dan taringnya yang panjang membuat beberapa yang lain menghindar. Namun, tetap saja, mereka tak melepas pandangan ketika dia lewat.

Seperti janjinya, Luke bersikap lebih baik terhadap Tessa. Dia tidak lagi mengabaikan gadis itu. Dia juga sigap ketika Tessa membutuhkan pertolongan, seperti turun dari gerobak. Dia menyertai gadis itu ketika Tessa memutuskan untuk berjalan alih-alih berdiam dalam gerobak. Dan ketika gadis itu haus, Luke akan mencarikannya air. Ia juga menjawab ketika Tessa bertanya, meski kadang jawabannya singkat dan hanya, "Aku tak tahu."

Lyra masih menempel pada Luke, tetapi mereka tidak banyak bicara. Namun, ketika Tessa mengintip gadis itu saat bersama Luke, ia mendapati lyra memelototinya. Sepertinya, gadis itu memiliki perasaan terhadap Luke. Tapi Tessa tak peduli.

Ketika mencapai lereng gunung yang dimaksud, Ralph meminta Tessa dan Luke datang ke tendanya. Ia mewanti-wanti Tessa agar berhati-hati dan meminta Luke menjaga gadis it, karena bagaimanapun, Tessa adalah takdirnya.

Tessa dan Luke menunduk ketika Ralph menyinggung-nyinggung tentang sesuatu yang tidak mereka miliki. Takdir oleh Sang Goddess. Semua itu hanya dusta. Namun, tak ada yang mengoreksi. Mereka tak mau kawanan mencabik-cabik Tessa.

"Dengar," ujar Ralph serius. Dia tengah duduk di singgasananya yang megah, walau di tengah tenda. Dia mengacungkan telunjuknya yang bercincin emas sebagai isyarat betapa seriusnya perkataannya. Ia lalu melanjutkan, "Aku mungkin bisa menyuruh anggota kawananku untuk tidak menganggumu, tetapi kita akan memasuki kawanan baru, yang tentu saja tidak bisa kukendalikan. Aku mungkin bisa meminta Frank untuk tidak mengganggumu, tetapi aku ragu dengan kawanannya. Frank adalah pemimpin kawanan. Tapi, kuingatkan kalian,  mereka tak suka disebut kawanan. Mereka lebih suka disebut suku. Suku Pegunungan, lebih tepatnya."

Tessa menelan ludah dengan susah payah. Ia melirik Luke yang juga mengamatinya.

Ralph lantas melanjutkan, "Aku berjanji kita akan meninggalkan daerah ini setelah upacara itu selesai."

"Jadi, kita akan tinggal selama semalam?" Wajah Tessa sedikit lebih cerah.

"Semalam? Tentu saja tidak," jawab Ralph. "Mate Ceremony berlangsung selama tiga malam berturut-turut. Dan selama itu kau harus mematuhi perintahku. Jika kukatakan kau tidak boleh keluar, maka jangan lekuar. Bahkan jika kuminta kau sembunyi, maka sembunyilah. Kau mengerti?"

Tessa mengangguk, tetapi dia bertanya, "Kenapa kau mau menolongku sedemikian rupa?"

Ralph melirik pergelangan tangan Tessa, kemudian mengibaksan tangan. "Kau sudah tahu alasannya. Pokoknya aku sudah mengingatkan untuk mematuhi saja perintahku. Dan seandainya, hanya seandainya, ada sesuatu yang sangat gawat, kau harus lari. Saat itulah, aku butuh kau, Luke. Aku tahu kau lone wolf sebelumnya, dan terus terang, Cora sangat kesulitan mengaturmu. Kuharap kau bisa menguasai dirimu agar tidak terlalu liar saat Tessa membutuhkan."

Rahang Luke mengeras. Namun, lelaki itu mengangguk. "Tentu saja."

Ketika kembali ke rombongan, Tessa penasaran cara Luke mengatasi sisi liarnya. Namun, ia diam saja.

Suku Pegunungan berada di lereng gunung yang bernama Talasi. Gunung ini terletak di tengah-tengah daratan tempat mereka tinggal. Tingginya sekitar 3000 meter di atas permukaan laut. Namun, gunung tersebut bukanlah gunung tertinggi di daratan itu. Ada banyak gunung yang lebih tinggi lagi. Puncaknya bersalju, bahkan di musim panas sekalipun.

Redemption of Fallen AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang