Semenjak keluar dari Desa Grimvale, Tessa tak pernah diperlakukan sebaik ini. Dia dibawa ke sebuah rumah kecil semi permanen yang nyaman. Ranjang hangat tersedia untuknya, bahkan patticoat dari wol. Ia juga diberi sarung tangan serta sepatu bot dari kulit. Jika keluar rumah, dia memiliki mantel dan sawl. Udara semakin dingin setiap harinya dan salju turun semakin intens.
Sudah hampir seminggu Tessa berada di Stormhollow, nama kawanan Ralph sang Alpha. Mereka sering berpindah, jadi mereka jarang membangun rumah permanen. Kebanyakan hanya berupa tenda, dan jika di musim dingin seperti ini, mereka akan tinggal lebih lama dari biasanya. Jadi, kadang mereka membangun rumah semi permanen.
Rumah yang ditempati Tessa sebenarnya adalah kamar khusus yang dibuat untuk Cora. Namun, Ralph meminta wanita itu meminjamkannya untuk Tessa, sementara Cora tinggal bersamanya di rumah besar miliknya.
Mulanya Cora menolak, tetapi Ralph memaksa. Dengan alasan sang Alpha membutuhkan wanita itu dekat dengannya.
Begitu Cora dan Ralph sendiri, mereka berdebat tentang gadis itu.
"Bagaimana kalau dia melarikan diri? Seharusnya, dialah yang kau awasi dengan membiarkannya tinggal dekat denganmu," usul Cora.
"Dia tidak cukup bodoh untuk memilih melarikan diri. Keputusan bergabung dengan kawanan ini lebih baik dari pada berkeliaran dan terancam mati di luar sana, baik oleh makhluk seperti kita maupun cuaca," terang Ralph.
Cora menggigit bibir bawahnya. Ia masih ragu.
"Lagi pula," lanjut sang Alpha, "dia tak mungkin meninggalkan Luke dan serigala satunya itu mati begitu saja. Kau lihat sendiri dia nekat datang ke sini hanya untuk Luke."
Cora mendesah. Ia tahu tak bisa menghentikan Ralph kalau sudah menginginkan sesuatu. "Kenapa harus dia? Kau tidak seperti itu terhadap gadis manusia lain?"
Lelaki gendut itu terkekeh. Tangannya yang pendek dan gemuk, serta mengenakan cincin-cincin emas mengelus pundak pasangannya, menenangkannya. "Apa kau tak melihat bakatnya?"
Kening Cora mengernyit. "Bakat apa?"
"Apa kau tidak curiga, bagaimana para serigala gusar di dekatnya?"
"Aku tidak mengerti."
Ralph terkekeh lagi. "Dia bisa mempengaruhi pikiran para serigala, Sayangku."
Kening Cora semakin tertekuk. "Tapi, mana mungkin?"
Ralph mengedikkan bahu. "Jika kau menyanggahku dengan alasan dia hanya manusia, sebaiknya jangan," ia memeringatkan. "Kurasa dia memiliki sejarah yang unik."
"Tidak mungkin," Cora mendengkus. Matanya memandang sinis. Ia sinis bukan hanya cemburu karena gadis itu istimewa, tetapi juga karena gadis itu begitu teguh terhadap Luke.
"Jangan cemburu, Sayangku," rayu Ralph yang salah paham dengan tingkah Cora. "Tak ada yang bisa menggantikanmu. Selamanya. Aku berjanji."
Cora melirik Ralph. Jemarinya yang lentik saling meremas. Ada kegelisahan dalam hatinya, tetapi juga ada kelegaan. "Dia tidak akan bersama kita selamanya, kan?"
Mata sang Alpha berkilat-kilat. "Kurasa tidak," jawabya, "tetapi, tidak ada salahnya menahan mereka berlama-lama bersama kita."
Cora, dengan gayanya yang manja, mengalungkan lengannya ke leher gemuk Ralph. "Berapa kau akan hargai mereka?"
Kening sang Alpha mengerut. "Sepuluh peti emas untuk Luke, lima peti untuk serigala satunya, dan lima belas untuk gadis itu."
"Tiga puluh peti emas?"
"Apa menurutmu terlalu murah?"
Cora mengedikkan bahu. "Terserah kau."
Sementara mereka membahas berapa peti emas yang wajib Luke, Tessa, dan Lyra setorkan untuk kebebasan mereka, Luke merintih di tenda. Lukanya fatal dan butuh waktu agak lama untuk pulih. Zev yang merasa bersalah karena mengumpankannya ke serigala lain pun membantunya. Di antara tugas-tugasnya sebagai pelayan, Zev menyempatkan diri untuk menemui ahli obat dan ramuan untuk membantu proses pemulihan Luke.
Walau werewolf dianugerahi kemampuan menyembuhkan diri, mereka memiliki batasan. Luka Luke amat parah, lehernya sempat koyak hingga darahnya nyaris terkuras. Selain luka luar, Luke juga mengalami luka dalam.
Hampir seminggu dia terbaring di ranjang keras milik Zev. Pada hari keenam, Luke baru sadar. Ia bisa makan, walau harus dilumatkan dahulu. Setiap hari Tessa menjenguknya. Ia menunggui Luke ketika Zev bertugas.
Dalam seminggu itu, kawanan belum beraksi lagi. Mereka belum mendapat informasi tentang tempat-tempat yang aman serta menjanjikan. Tempat terakhir yang mereka jarah cukup menghasilkan, walau terjadi sedikit kekacauan awalnya. Sayangnya, mereka tak mendapatkan artefak desa. Sepertinya, sang kepala desa tahu benar mana yang merupakan harta, mana yang berupa hiasan. Jadi, ketika kalah dalam perang, benda tersebutlah yang dibawanya kabur.
Luka Lyra tidak separah luka Luke, tetapi kemampuan menyembuhkan diri serigala itu tidak sebanding dengan kemampuan sang calon alpha. Jadi, perlu lima hari untuk membuatnya sadar. Karena tak mengenal siapa pun di sana, Tessalah yang membantunya. Dia membantu menumbuk dan merebus ramuan untuk serigala itu.
Setelah Tessa menyatakan kesetujuannya untuk bergabung dengan Stormhollow, dia dan Lyra dipaksa meminum obat yang sama dengan obat yang telah Luke minum. Obat tersebut mampu membuat oeminumnya terikat ke dalam kawanan.
Tessa merasa aneh sesaat setelah minum obat itu. Ia mendengar pikiran-pikiran yang asing. Tak lama kemudian, ia memuntahkan obat itu.
Ralph memberinya lagi, dan memaksa Tessa menelannya. Namun, hasilnya sama saja. Tubuh Tessa menolak, hingga sang Alpha menyerah. Ia tak bisa menyia-nyiakan obat berharga tersebut hanya untuk dibuang dan dimuntahkan. Ralph percaya saja pada insting bahwa gadis itu tak mungkin mengkhianatinya selama Luke dan Lyra menjadi tawanannya.
Pada minggu kedua mereka bergabung dengan kawanan Stormhollow, Luke berhasil pulih. Luka-lukanya sembuh walau berbekas. Tessa senang sekali melihatnya. Lyra yang berhasil sembuh lebih dulu juga segera menemui lelaki itu.
"Lyra?" Luke mengernyit ketika gadis itu berdiri di pintu kamar Zev. Lyra tak mau mengenakan gaun. Ia merasa gaun adalah kutukan, walau dalam wujud manusia ia adalah perempuan. Ia lebih suka mengenakan celana berlapis kulit dan kemeja katun. Suhu tubuh serigala berbeda dengan suhu tubuh manusia, jelasnya pada Tessa saat gadis itu memaksa Lyra agar mengenakan sweter dari wol.
"Jangan takut," kata gadis serigala itu saat masuk ke kamar. "Aku sudah memutuskan untuk keluar dari kawanan Varek."
Luke terkesan tak mempercayainya.
"Kau yang membuatku keluar dari kawanan. Varek tahu aku membantumu, waktu kau ...." Lyra melirik Tessa yang juga ada di sana. Ia ragu-ragu melanjutkan.
"Tidak apa-apa. Katakan saja," pinta Luke.
"Yah, intinya, Varek tahu aku membantumu. Jadi, ketika aku mendengar kau tertangkap para perampok, aku datang mendahuluinya, berharap bisa membelimu sebelum dia mendapatkanmu. Tetapi, waktu aku sampai, kau sudah tak ada. Aku lalu diberitahu sesuatu tentang ...." Lyra kembali ragu. Ia melirik Zev yang pura-pura tidak menyimak mereka, kemudian melanjutkan, "..., 'takdirmu'. Jadi, aku membelinya. Kami menelusuri jejakmu dan ketika sampai di sini, aku melihat kau masuk ke gerobak. Kemudian, kami mengikutimu hingga ke desa itu."
Luke tersenyum lemah. Ia lantas berpaling pada Tessa. "Kenapa kau nekat membantuku?"
Tessa mengedikkan bahu. "Kau sudah berjanji akan membantuku kembali ke desaku, kan?"
Luke mendesah. Ia mengusap wajahnya yang lelah. "Terima kasih," katanya, yang membuat kening Tessa berkerut.
"Kenapa?" tanya gadis itu. "Kau tidak suka aku ada di sini, menyusulmu?"
"Entahlah," ujar Luke ragu-ragu, "kau membuat perasaanku menjadi lebih berat."
"Apa maksudmu?" Entah kenapa, Tessa menjadi kesal. Ia sudah berbuat sedemikian rupa demi lelaki itu, tetapi apa balasannya? Tidak bisakah lelaki itu mengucap terima kasih saja tanpa ada embel-embel di belakangnya? Tidak bisakan Luke mengucap terima kasih dengan ekspresi tulus dan bukannya penuh rasa sesal serta keraguan? Sama seperti ketika berterima kasih terhadap Lyra? Tessa keluar kamar itu dengan hati mendongkol. Luke benar-benar laki-laki yang menjengkelkan, tidak memiliki perasaan. Mungkin benar kata Cora, ia harus hati-hati terhadapnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption of Fallen Alpha
FantasiLuke Frostbane, pemegang tahta alpha selanjutnya, melarikan diri dari kawanan karena dituduh berkhianat. Dia juga diburu. Hanya sebuah artefak kuno yang mampu membersihkan dirinya dari tuduhan tersebut. Namun, sayang, artefak itu telah dicuri ribua...